Monday, March 4, 2019

TAQLÎB MAKÂN AL-HARF DALAM KAJIAN BAHASA ARAB


TAQLÎB MAKÂN AL-HARF DALAM KAJIAN BAHASA ARAB
A.    Pengertian Taqlîb al-Makân
1.      Qalbu al-Makan secara bahasa
Secara etimologi taqlîb al-makân terdiri dari dua kata, yaitu: taqlîb dan makân. Taqlîb berasal dari kata (قلب- يقلب – تقليبا) artinya: membolak-balik atau merubah[1]. Sedangkan Makan berasal dari kata (مكّن – يمكّن – تمكينا) artinya: kedudukan atau posisi.[2] Berarti taqlîb al-makân adalah membolak-balik atau merubah kedudukan atau posisi.
Secara terminologi taqlîb al-Makân dipahami oleh ulama bahasa secara beragam. Al-Tsa’laby dalam Sunan al-‘Arab[3] menjelaskan bahwasanya taqlîb itu adalah menempatkan sebagian huruf ke tempat huruf yang lain dalam satu kata. Al-Suyuthi  mengutip ungkapan Aby Hayân di dalam kitab al-Luma’[4] menjelaskan bahwasanya al-qalbu al-makân itu adalah menempatkan satu huruf ke tempat huruf yang lain dengan cara mendahulukan atau mengakhirkan, yang mana metode ini diterapkan kebanyakan pada huruf mahmûz dan mu’tal adapun penerapan pada huruf yang lainnya hanya sedikit. Ibn Malik[5] memberikan contoh pada mu’tal dan mahmûz seperti هاري  pada هائر , شاكي  pada شائك , راء pada رأي.
2.      Qalbu al-Makân menurut Kufah dan Basrah
Terjadi perbebadaan pendapat antara ulama Kufah dan Basrah mengenai qalbu al-makân. Ulama Basrah menolak adanya qalbu al-makân pada pada sebuah kata, menurut mereka kata seperti (جبذ , جذب) bukanlah sebuah qalbu al-makân karena ini adalah dua kata yang berbeda yang salah satunya tidak menjadi asal bagi yang lainnya. qalbu al-makân sendiri menurut mereka bukanlah membolak-balik huruf dalam satu kata, akan tetapi sama halnya dengan tashrif seperti: (شاكي, شائك) salah satunya menjadi asal bagi kata lain.[6]
Sebaliknya Ulama Kufah mengakui adanya qalbu al-makân harf dalam satu kata, bahkan memperluas makna qalbu makan itu sendiri secara mutlak terhadap dua kata yang berbeda bentuk dengan syarat memiliki keterkaitan makna dengan cara mendahulukan sebagian huruf ketempat huruf yang lain, meskipun berada dalam satu bentuk tashrîf.[7]
Ibn Muadib mengutip dari al-Kasa’i tentang berlakunya qalbu al-makân terhadap huruf dalam satu kata, bahkan menurut al-Kasa’i ahlu fusohâ’ banyak melakukan hal seperti ini, seperti: (ضب = وبض, رجل مكلب = مكبل) kemudian al-Kasa’i bertanya kepada orang yang memiliki pengetahuan terhadap bahasa Arab mengenai qalbu al-makân apakah bentuk ini sekedar qiyasan atau tidak? Maka dijawab : itu bukanlah qiyas, artinya qalbu al-makân adalah bentuk yang mutlak.[8]
3.      Shohîh  dan Mu’tal
Sebelum pembahasan panjang tentang sebab dan bentuk qalbu al-makân penulis terlebih dahulu menjelaskan pada huruf-huruf yang diubah atau diganti ketika dilakukan metode ini.
Dalam Ilmu Shorf dijelaskan, bahwa bentuk-bentuk model setiap kata biasa disebut dengan Bina’. Bentuk ini terbagi menjadi dua bagian :
a.       Bina’ Shohîh
Bentuk Shohih adalah satu kata yang di dalamnya tidak mengandung huruf-huruf ‘illah, Shohih terbagi menjadi tiga bagian:
1)      Salîm: satu kata yang tidak ada didalamnya huruf-huruf ‘Illah, huruf Mahmûz, dan juga tidak ada bentuk Tadh’îf. Contohnya:
ضرب, سلم, كتب
2)      Mahmuz : satu kata yang terdapat didalamnya terdapat huruf hamzah (الهاء). Contohnya:
-        مهموز فاء الفعل   : أكل, أخذ
-        مهموز عين الفعل  : سأل, رأي
-        مهموز لام الفعل   : قوأ, كلأ
3)      Mudha’âf : satu kata yang terdapat didalamnya dua huruf yang sama pada ‘ain fi’il dan lam fi’il, yang kemudian digabungkan dengan ditambahkan harakat tasydid padanya. Contohnya:
مدد menjadi مدّ, جدد menjadi جدّ.[9]
b.      Binâ’ Mu’tal
Bentuk Mu’tal adalah: satu kata yang terdapat didalamnya huruf-huruf ‘Illah (الألف, الواو, الياء), Mu’tal ada empat bagian:
1)      Matsal: satu kata yang terdapat di dalamnya ‘illah pada fa fi’il. Contohnya: وصل, يسر.
2)      Ajwâf : satu kata yang terdapat didalamnya ‘illah pada ‘ain fi’il. Contoh: قال, سار.
3)      Nâqish: satu kata yang terdapat didalamnya ‘illah pada lam fi’il. Contoh: مشي, جري.
4)      Lafîf : satu kata yang terdapat didalamnya dua huruf ‘illah. Terbagi dua bagian:
-          Lafîf Mafrûq: huruf ‘illah pada fa fi’il dan lam fi’il.
Contoh: وقي, وفي
-          Lafîf Maqrûn: huruf ‘illah pada ‘ain fi’il dan lam fi’il.
Contoh: طوي, روي.[10]
4.      Sebab-sebab terjadinya qalbu makâniy:
a.       Meringankan lidah dalam pengucapan, seperti: kata جاء  sebagai ism fa’il dari kata جاء , asal katanya adalah جائيء, ketika terkumpulnya dua hamzah pada akhir kata, maka hamzah yang kedua dirubah ي menjadi جائي, kemudian ي dihapus menjadi جاء.
b.      Meletakkan satu huruf ke tempat huruf yang lain karena kesalahan bahasa yang tidak disengaja baik dalam tulisan dan perkataan, sebagaimana perkataan orang-orang Tripoli dalam kata نصف  menjadi نفص, أنصاف  menjadi أنفاص, زوج  menjadi جوز , dan orang-rang Mesir mengatakan: مسرح  menjadi مرسج, عطشان menjadi عشطان, dan orang Jazair mengatakan pada kata : أرانب menjadi أنارب, maka takaran wazan semuanya adalah: نفص  (فلع), أنفاص (أفلاع), جوز (لعف), مرسح (معفل), عشطان(فلعان), dan أنارب(أعافل).
c.       Melepaskan kesulitan dalam pengucapan untuk rasa yang aman, seperti kalimat: أشياء kata jama’ dari شيء kata jama’ yang aslinya adalah شيئاء dengan wazannya فعلاء, karna bertemunya dua hamzah maka dikedepankan hamzah pertama (lam kalimat) kepada tempat (fa’ kalimat) menjadi أشياء dengan wazan لفعاء.[11]
5.      Bentuk- Bentuk Qalbu al-Makân:[12]
a.       Mengedepankan a’in fi’il ketempat fa fi’il, takaran  فعل menjadi عفل, seperti contoh:
1)      Kata أَيِسَ dengan takaran عَفِلَ, dengan mengedepankan ‘ain keatas fa atau mengedepankan hamzah keatas ya’ yang asal katanya adalah يَئِسَ.
2)      Kata  جَاهَ dengan takaran عَفَلَ, asal katanya وَجَهَ dengan takaran فعل, dikedepankan a’in keatas fa maka kalimatnya menjadi جوه kemudian huruf waw diubah menjadi alif dan kalimatnya menjadi جاه.
3)      Kata آرام jama’ dari رئم dengan takaran أعفال, kata aslinya adalah أرءام mengedepankan hamzah keatas ra, lalu digabungkan dua hamzah dan mengubah hamzah kedua menjadi mad dari jenis harakah maka menjadiآرام .
4)      Kata أينق dengan takaran أعفل yang aslinya أنيق dengan takaran أفعل dan asli lainnya أنوق orang arab sulit dalam pengucapan dhammah atas waw kemudian dikedepankan menjadi أونق  kemudian waw diubah menjadi ya menjadi أينق.[13]
b.      Mengedepankan lam ketempat ‘ain dan ‘ain ketempat lam, takaran فعل menjadi فَلَعَ, dengan contoh berikut:
1)      Kata قِسِّيٌّ dengan takaran wazannya فلوع, kalimat mufrodnya قوس asal katanya adalah قووس  dengan takarannya فعول dikedepankan huruf lam fi’il (sin) keatas ‘ain fi’il  menjadi قسوو, kemudian waw pertama diganti dengan ya menjadi قسوي, lalu huruf waw kedua diganti ke ya menjadi قسي, kemudian harakat dhommah diganti menjadi kasrah, sibawaihy memberikan alasan karena kurang disukai penggabungan dua waw dan dua dhommah.[14]
2)      Kata ناء dengan takaran wazannya فلع asal dari kata نأي dengan takaran فعل, dikedepankan huruf ya ke hamzah menjadi نيأ, kemudian huruf ya diubah menjadi alif
3)      Kata شاك  dengan takaran فال, asal katanya adalah شائك, huruf kaf di kedepankan atas hamzah dan kembali pada asal mu’talnya yaitu شاكو, kemudian huruf waw diubah menjadi ya menjadi شاكي, lalu huruf ya diubah menjadi harakat tanwin شاك.
4)      Kata جاء dan شاء dengan takaran فال asal katanya adalah جائئ kata ism fa’il bertemunya dua guruf hamzah yang membuat berat dalam pengucapan, kemudian mengubah posisi huruf lam ke ‘ain menjadiجائي dengan takaran  فالعkemudian huruf ya dihapus dengan takaran فال.[15]
c.       Mengedepankan huruf lam keatas fa mengubah takaran فعل ke لفع seperti kalimat أشياء seperti contoh sebelumnya takarannya لفعاء menurut Sibawaih dan para jumhur Basrah dan takaran أفعلاء menurut Ahfash dan Fara’
d.      Mengedepankan huruf ‘ain keatas lam dan mengakhirkan huruf fa takarannya menjadi علف model ini sangat sedikit seperti الحادي dan الطادي
1)      Kata الحادي  adalah ism fâ’il  dari kata واحد dengan takaran فاعل kemudian terjadi qalbu makân  dengan takaran العالف dengan mengakhirkan huruf waw setelah huruf dal menjadi الحادو  kemudian huruf waw  di ubah menjadi ya menjadi الحادي.
2)      Kata  الطادي  adalah ism fâ’il asal kata dari وطد  seperti dikutip dari Ibn Jinny dalam kitab al-Khasâis [16], perubahannya sama seperti kata الحادي.
e.       Mengedepankan huruf lam pertama keatas ‘ain pada kata lebih dari tiga huruf dan kata ini sangat sedikit yaitu dengan takaran فلعل, seperti contoh طأمن asal dari kata طمأن dengan takaran فعلل dengan mengedepankan hamzah keatas mim ini menurut pendapat kelomok Sibawaih.[17]

6.      Ciri-Ciri Qalbu Makan:
Qolbu makan  dapat diketahui dengan beberapa ketentuan yang telah ditetapkan oleh para ulama Shorf :
a.       Jika suatu kata berasal dari kata kerja atau nama, dapat diketahui dengan mengembalikan kepada masdar yang telah di taqlîbkan, sebagai contoh:
1)      Kata الجاه berasal dari masdar وجه darinya menjadi توجه مواجهة, semua kata ini  terdiri dari huruf waw, jim, dan ha, yang mana semua bisa berubah dengan berbagai bentuk secara qalbu makân . Ibn Jinni berkata:[18] Farra’ berpendapat bahwa الجاه  berasal dari kata الوجه.
2)      Kata ناء  berasal dari masdarالنأي, asal hurufnya adalah nun, hamzah, dan ya disana terdapat qalbu makân dalam kalimat.
b.      Jika kalimat berbentuk jama’ maka untuk mengetahuinya dengan mengembalikan ke bentuk tunggal, seperti kalimat: آراء kata jama’ dari رأي dan asal katanya adalah آرءاء, kemudian huruf hamzah kedua dikedepankan sebelum huruf ra dengan menjadi أأراء, maka bertemu dua hamzah  diawal kalimat yang mana awal hamzah berharakat sedangkan yang kedua sukûn, kemudian hamzah kedua ditaqlibkan menjadi jenis harakat menjadi آراء.
c.       Dengan melihat kepada asal bentuk tashrif dari nama fâ’il yang berasal dari kata kerja berbentuk ajwâf , dari kalimat ini terdapat dua hamzah yang bertemu pada akhir kalimat, kemudian ‘ain fi’il diganti dengan hamzah seperti kata جاء dengan takaran wazannya فال dari asal kata جائئ dengan takaran فالع seperti contoh sebelumnya.
d.      Kalimat yang jarang dipakai seperti kata آدر kata jama’ dari دأر, kata yang sering dipakai adalah أدور kemudian huruf hamzah di kedepankan sebelum dal menjadi أأدر, kemudian huruf hamzah diubah menjadi alif karena berharakat sukûn, dan ketika bertemunya dua huruf alif  maka menjadi آدر dengan takaran wazan أعفل.
e.       Ketika ada suatu kata terdapat didalamnya huruf ‘illah, maka terdapat taqlîb makân seperti contoh : أيس dengan takaran عفل, kemudian huruf ya  diubah menjadi menjadi alif  ketika dua alif bertemu maka alif  kedua berubah menjadi harakat menjadi آس,  maka ketika ada kata berbentuk أيس sebenarnya kata itu berasal dari bentuk يئس.
f.       Ketika bertemu perkataan dalam al-Qur’an yang ada kaedah dalam ilmu nahwu dan sorf, dari kata شيئ yang jama’nya menjadi شيئاء  dengan takaran فعلاء  diubah menjadi أشياء dengan takaran لفعاء, seperti contoh ayat berikut :
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw (#qè=t«ó¡n@ ô`tã uä!$uô©r& bÎ) yö6è? öNä3s9 öNä.÷sÝ¡n@ [19]


[1] AW. Munawwir, Op.cit. H. 1145
[2] Ibid.,H. 1353
[3] Suhbi shâlih, Dirasât fi Fiqh al-Lughoh, (Beirut, cet.8, 1980)h. 371
[4] Jalaluddin Al-Suyûthi, Ham’u al-hawâmi’, (tt., Mu’assasah al-Risâlah)jl.6 h. 276
[5] ‘Abd al-Rahman al-Sayid, Syarh al-Tashil Li Ibn Malik, (tt. Dâr el-Hijr)h. 316
[6] Mu’min bin Sobri al-Gannam, Manhaj al-Kûfiyin fi al-Shorf, (Riyadh: Unv. Um al-Quro, 1997)j.1, H.280
[7] Op.cit, H. 278
[8] Ibid.
[9] Ahmad Hamlawi, Syaz al-‘Urfi fi Fann al-Shorfi, (Cairo, Dar al-Salam, 2006)h. 24-25
[10] Ibid, h. 25-27
[11]Nuriy ‘Ali Syarinah dkk., al-Wâdhih fi ‘Ilm al-Sorfiy, (Tripoli, al-Jamahiriyah al-‘Udzma, Kuliyyah al-Da’wah al-Islamiyah) h. 23
[12] Ibid. h.24
[13] Sayid Muhammad Murtadho al-Zubaidy, Tâj al-‘Urs, (Bangaza, Dâr Libya, lm. tt), jld. 4,h. 103
[14] Sibawaih Abu Basyr ‘Amru bin ‘Utsmân, (tt. Al-Hai’ah al-‘Ammah li al-Kitab, 1975)Jld.4, h.380
[15] Ridho al-Din al-Istrabaziy, (beirut, tt, 1975)Jid.1, h.27
[16] Ibn Jinniy, al-Khasâis, (al-Najar, tp, tt) Jld.2, hlm.78
[17] Sibawaih , h.381
[18] Ibn JInniy., h.76
[19] Nuriy ‘Ali Syarinah dkk., al-Wadhih fi ‘Ilm al-Sorfiy, h. 27-29

No comments:

Post a Comment