Monday, March 4, 2019

Kualifikasi Perempuan dalam al-Qur’an


A.    Kualifikasi Perempuan dalam al-Qur’an
Kualifikasi berasal dari kata kwalitas yang berarti baik buruk (keadaan suatu benda)[1]. Di sini kualifikasi perempuan diartikan membedakan perempuan berdasarkan baik buruk akhlak dan kepribadiannya. Kualifikasi perempuan dalam al-Qur’an dibedakan atas:
1.      Perempuan yang Baik dalam Al -Qur’an
a.       Maryam Putri Imran
Kisah Maryam ini tercantum dalam QS. Ali Imran [3]: 42, QS.Maryam [19]: 28, QS. al Muknimun [23]: 50, QS. al Tahrim [66]: 12, QS.  al Maidah [5]: 75, 17, 116.
Di sini penulis akan mengemukakan satu ayat yang dianggap mewakili ayat lain yang bercerita tentang Maryam yaitu QS. al Tahrim [6]: 12
zNtƒósDur |MoYö/$# tbºtôJÏã ûÓÉL©9$# ôMoY|Áômr& $ygy_ösù $sY÷xÿoYsù ÏmŠÏù ÆÏB $oYÏmr ôMs%£|¹ur ÏM»yJÎ=s3Î/ $pkÍh5u ¾ÏmÎ7çFä.ur ôMtR%x.ur z`ÏB tûüÏFÏZ»s)ø9$# ÇÊËÈ  

Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, Maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan Dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-KitabNya, dan Dia adalah Termasuk orang-orang yang taat.

Pada ayat ini allah SWT membuat perumpamaan bagi orang-orang mukmin, yaitu keadaan Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya dan telah diberikan keramah. Ia dipilih TuhanNya dan ia memberi reaksi kepada Jibril tentang pengisian rahimnya dengan ucapan sebagaimana diabadikan dalam surat Maryam ayat 18:
ôMs9$s% þÎoTÎ) èŒqããr& Ç`»uH÷q§9$$Î/ y7ZÏB bÎ) |MZä. $|É)s? ÇÊÑÈ  
Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa".

Dengan demikian mantaplah keshalehan dan kesucian maryam, maka ditiupkanlah ke dalam rahimnya oleh Jibril AS sebagian roh ciptaan Allah, yang mewujudkan seorang Nabi yaitu Isa AS bin Maryam binti Imran, membenarkan syari’at Allah SWT dan kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi-NabiNya. Dia termasuk orang yang bertakwa, tekun beribadah, merendahkan diri dan taat kepada Tuhannya.
Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya bahwa tuan (penghulu) wanita penghuni surga ialah Maryam lalu Fatimah menyusul Khadijah dan ‘Aisyah.[2]
Di dalam kitab sahih diterangkan bahwa laki-laki yang sempurna, banyak bilangannya tetapi perempuan yang sempurna hanya empat yaitu Asiah binti Muzahim istri fir’aun, Maryam binti ‘Imran, Khadijah binti Khuwailid dan Fatimah binti Muhammad, sedangkan kelebihan Siti Aisyah atas wanita-wanita yang lain seperti kelebihan Zarid atas makanan-makanan yang lain.[3]

b.      Istri-Istri Nabi Muhammad SAW
Kehidupan istri-istri Nabi SAW merupakan acuan bagi para mu’minah dalam kehidupan berkeluarga, adapun ayat-ayat yang mengisahkan istri-istri Nabi SAW adalah QS. al Ahzab [33]: 6, 28, 30, 32, 50, 55, 59, QS. al Tahrim [66]: 1-3, 5.
Penulis akan menjelaskan satu diantara ayat-ayat diatas yang penulis anggap mewakili ayat-ayat tersebut yaitu QS. al-Ahzab [33]: 32
uä!$|¡ÏY»tƒ ÄcÓÉ<¨Z9$# ¨ûäøó¡s9 7tnr'Ÿ2 z`ÏiB Ïä!$|¡ÏiY9$# 4 ÈbÎ) ¨ûäøøs)¨?$# Ÿxsù z`÷èŸÒøƒrB ÉAöqs)ø9$$Î/ yìyJôÜuŠsù Ï%©!$# Îû ¾ÏmÎ7ù=s% ÖÚttB z`ù=è%ur Zwöqs% $]ùrã÷è¨B ÇÌËÈ  

Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Perkataan yang baik,

Dalam ayat ini Allah SWT memperingatkan kepada istri-istri Nabi SAW, bahwa mereka dengan julukan “Ummahât al Mu’minîn” sama  sekali tidak dapat dipersamakan dengan wanita mu’minat lainnya dari segi keutamaan dan penghormatan mereka, jika mereka betul-betul bertakwa. Tidak ada seorang wanita pun yang dapat menyerupai kedudukan mereka apalagi melebihi keutamaan mereka karena suami mereka adalah “Sayyid al Anbiyâ’ Wa al mursalîn ”.
Oleh karena itu jika mereka berbicara dengan orang lain, maka mereka dilarang merendahkan suara yang dapat menimbulkan perasaan kurang baik terhadap kesucian dan kehormatan mereka, terutama jika yang mereka hadapi itu orang-orang fasik atau munafik yang diragukan i’tikad baiknya. Istri-istri Nabi SAW setelah beliau wafat tidak boleh dinikahi oleh siapapun, sesuai dengan firman Allah dalam QS. al Ahzab [33]:  53
$# Iwur br& (#þqßsÅ3Zs? ¼çmy_ºurør& .`ÏB ÿ¾ÍnÏ÷èt/ #´t/r& 4 ¨bÎ) öNä3Ï9ºsŒ tb%Ÿ2 yZÏã «!$# $¸JŠÏàtã
Dan tidak (pula)  menikahi istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) disisi Allah[4].

c.       Istri Fir’aun
Ayat-ayat al-Qur’an yang bercerita mengenai istri Fir’aun ini terdapat dalam QS. al Qashash 28;  9 dan QS. al Tahrim [66]: 11.
Disini penulis akan mengemukakan firman Allah dalam QS. al-Tahrim [66]: 11.
šUuŽŸÑur ª!$# WxsVtB šúïÏ%©#Ïj9 (#qãZtB#uä |Nr&tøB$# šcöqtãöÏù øŒÎ) ôMs9$s% Éb>u Èûøó$# Í< x8yYÏã $\F÷t/ Îû Ïp¨Yyfø9$# ÓÍ_ÅngwUur `ÏB šcöqtãöÏù ¾Ï&Î#yJtãur ÓÍ_ÅngwUur šÆÏB ÏQöqs)ø9$# šúüÏJÎ=»©à9$# ÇÊÊÈ          

Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.

Pada ayat ini Allah SWT membuat perumpamaan tentang keadaan orang-orang yang beriman, yaitu Asiah binti Muzahim, istri Fir’un. Dalam perumpamaan itu Allah menjelaskan bahwa hubungan orang-orang mukmin dengan orang-orang kafir tidak akan membahayakan kalau dirinya murni dan suci dari kotoran. Sekalipun Asiah binti Muzahim dibawah pengawasan suaminya, musuh Allah yang sangat berbahaya yaitu Fir’un, tetapi ia tetap beriman. Ia selalu memohon dan berdo’a yang artinya: “Ya tuhanku! Bagunkan lah untukku sebuah rumah di sisimu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’un dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim”. [5]

d.      Istri Ibrahim
Kisah istri Ibrahim terdapat dalam QS. Hud [11]: 71 dan QS. al Zariyat [51]: 29.
Disini penulis akan mengemukakan QS. al-Zariyat [51]: 29.
ÏMn=t7ø%r'sù ¼çmè?r&tøB$# Îû ;o§Ž|À ôM©3|Ásù $ygygô_ur ôMs9$s%ur îqègx ×LìÉ)tã ÇËÒÈ  
Kemudian isterinya datang memekik lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata: "(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul".

Ayat ini mengungkapkan  bahwa isteri Nabi Ibrahim AS yang bernama Siti Sarah, setelah mendengar berita bahwa dia akan mendapatkan anak laki-laki, ia memekik dengan suara yang kuat lalu menepuk mukanya sendiri, karena heran dan malu seraya mengatakan: “Bagaimana mungkin aku akan melahirkan seorang anak, padahal aku adalah seorang perempuan tua yang mandul?”. [6]

e.       Ibu Musa
Mengenai cerita Ibu Musa dapat dilihat dalam QS. al Qasas [28]: 7, 10, 13. Penulis akan mengemukakan disini QS. al-Qasas [28]: 7.
!$uZøŠym÷rr&ur #n<Î) ÏdQé& #ÓyqãB ÷br& ÏmÏèÅÊör& ( #sŒÎ*sù ÏMøÿÅz Ïmøn=tã ÏmŠÉ)ø9r'sù Îû ÉdOuŠø9$# Ÿwur Îû$sƒrB Ÿwur þÎTtøtrB ( $¯RÎ) çnrŠ!#u Å7øs9Î) çnqè=Ïæ%y`ur šÆÏB šúüÎ=yößJø9$# ÇÐÈ  

Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari Para rasul.

Adalah suatu hal yang sangat mengerikan dan mencemaskan setiap ibu yang melahirkan anak laki-laki dan mengetahui bahwa anak itu akan direnggut dari pangkuannya kemudian dibunuh tanpa rasa iba dan belas kasihan. Demikianlah halnya Ibu Musa ketika melahirkannya. Walaupun kelahiran Musa dapat disembunyikan tetapi lama-kelamaan pasti akan diketahui juga oleh tukang jagal anak-anak, yang banyak bertebaran diseluruh pelosok negeri. Inilah yang selalu ditakuti dan dicemaskan oleh Ibu Musa setelah ia melahirkannya. Ia selalu gelisah dan khawatir memikirkan  nasib anaknya yang telah dikandungnya dengan susah payah selama sembilan bulan, yang menjadi harapannya setelah bayi itu besar. Karena itu ia selalu memohon do’a kepada Tuhan agar anaknya diselamatkan dari bahaya maut yang selalu mengancamnya. Dalam keadaan gelisah dan cemas itulah Allah mengilhamkan kepada ibu Musa  as bahwa dia tidak perlu khawatir dan cemas. Hendaklah dia tetap menyusukan dan menjaganya dengan sebaik-baiknya. Bila dia merasa takut karena ada tanda-tanda bahwa anaknya itu akan diketahui, maka hendaklah ia melemparkan anaknya ke sungai Nil dan janganlah merasa ragu dan khawatir, karena Allah akan menjaga dan memeliharanya serta akan mengembalikan ke pangkuan ibunya, dia pula yang akan menyusuinya dan nanti anak itu akan menjadi Rasul Allah yang akan menyampaikan dakwah kepada Fir’un sendiri.[7]

f.       Saudari Musa
Kisah saudari Musa tercantum dalam QS. Taha [20]: 40 dan QS. al-Qashas [28]: 11. Disini penulis akan mengemukakan QS. al-Qashahs [28]: 11.
ôMs9$s%ur ¾ÏmÏG÷zT{ ÏmÅ_Áè% ( ôNuŽÝÇt7sù ¾ÏmÎ/ `tã 5=ãZã_ öNèdur Ÿw šcrããèô±o ÇÊÊÈ  

Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia" Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya,

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Ibu Musa berkata kepada saudari Musa: “ Ikutilah dia dan carilah kabar beritanya”, Lalu saudari Musa pergi ke pasar-pasar dan tempat-tempat keramaian mendengar pembicaraan orang-orang, tentang anak yang dihanyutkan ke sungai. Akhirnya dia melihat sendiri dari jauh anak itu dibawa ke Istana Fir’un, sedang orang-orang ramai melihat kejadian yang aneh itu. Di istana orang-orang sibuk mencari siapa yang akan menyusukan anak itu, karena ia menolak setiap wanita yang akan menyusukannya. Lalu saudari Musa memberanikan diri tampil ke muka dan mengatakan bahwa ia mengetahui seorang wanita yang sehat dan banyak air susunya, dan mungkin anak itu mau disusukan oleh wanita tersebut. Wanita itu dari keluarga baik-baik dan pasti anak itu akan dijaga dengan penuh perhatian dan kasih sayang.[8]

g.      Putri-Putri Luth
Cerita tentang putri-putri Luth ini dapat dilihat dalam QS. Hud [11]: 78,79 dan QS. al Hijr [15]: 71. Penulis akan mengemukakan QS. Hud [11]: 78.
¼çnuä!%y`ur ¼çmãBöqs% tbqããtökç Ïmøs9Î) `ÏBur ã@ö7s% (#qçR%x. tbqè=yJ÷ètƒ ÏN$t«ÍhŠ¡¡9$# 4 tA$s% ÉQöqs)»tƒ ÏäIwàs¯»yd ÎA$uZt/ £`èd ãygôÛr& öNä3s9 ( (#qà)¨?$$sù ©!$# Ÿwur ÈbrâøƒéB Îû þÏÿø|Ê ( }§øŠs9r& óOä3ZÏB ×@ã_u ÓÏ©§  
Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: "Hai kaumku, Inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, Maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. tidak Adakah di antaramu seorang yang berakal?"

Dalam ayat ini dijelaskan, telah datang kepada Nabi Luth kaumnya, dengan tergesa-gesa dan penuh nafsu untuk melakukan kebejatan kepada para tamu Nabi Luth AS. Sudah menjadi kebiasaan mereka untuk berbuat yang keji, yaitu melakukan sodomi. Lalu Nabi Luth berkata kepada mereka: “ Wahai kaumku inilah putri-putriku, dan putri-putri kaumku silahkan kamu kawin dengam mereka. Mereka masih suci bagimu dan kamu dapat bergaul secara halal dan baik dengan mereka daripada memuaskan seleramu dengan melakukan homoseksual yang sangat keji dan merusak moral serta kesehatan. Maka bertakwalah kepada Allah dan hindarilah azab Allah, dan janganlah kamu mencemarkan nama baikku dengan memperkosa tamu-tamuku. Sebab menghinakan tamu sama dengan menghinakan tuan rumahnya. Tidakkah ada diantara kamu seorang yang mempunyai akal yang sehat dan kebijaksanaan yang dapat mencegahmu dari perbuatan keji.[9]
h.      Perempuan yang tinggal di surga
Hal ini diceritakan Allah dalam QS. al Baqarah [2]: 35, QS. Ali Imran [3]: 195, QS. al Nisa [4]: 124, QS. al A’raf [7]: 19 dan QS. Gâfir [40]: 40. Di sini penulis akan menjelaskan firman Allah dalam QS. al-Baqarah [2]: 35.
$uZù=è%ur ãPyŠ$t«¯»tƒ ô`ä3ó$# |MRr& y7ã_÷ryur sp¨Ypgø:$# Ÿxä.ur $yg÷ZÏB #´xîu ß]øym $yJçFø¤Ï© Ÿwur $t/tø)s? ÍnÉ»yd notyf¤±9$# $tRqä3tFsù z`ÏB tûüÏHÍ>»©à9$# ÇÌÎÈ  

Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang zalim.

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Adam AS dan istrinya dibolehkan menikmati makanan apa saja dan dimana saja dalam surga tersebut dengan aman dan leluasa. Hanya saja Allah SWT melarang mereka mendekati dan memakan buah suatu pohon tertentu yang hanya merupakan salah satu pohon saja diantara banyak pohon-pohon yang ada dalam surga, yaitu pohon Khuldi. Allah berfirman: “Jika kalian berdua memakannya, maka kalian telah menzalimi diri kalian sendiri, sebab dengan begitu berarti kalian telah berbuat maksiat”.[10]


[1] W.J.S. Poerwadarminta, op cit., h. 545
[2] Departemen Agama RI, op cit., Jilid X, h. 231-232
[3] Ibid.,
[4] Depag RI, op cit., Jilid VIII, h. 5-6
[5] Ibid, Jilid X, h. 231
[6]  Ibid, Jilid IX, h. 490
[7] Ibid, Jilid VII, h. 304
[8] Ibid, h. 308
[9] Ibid, Jilid IV, h. 551
[10] Ibid, Jilid I, h. 97

No comments:

Post a Comment