Sunday, September 29, 2019

Islam Sebagai Rahmat Bagi Seluruh Alam Menurut Quraish Sihab


1.    Rahmat Bagi Seluruh Alam.[1]
Firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Anbiyâ’ 107. Menjelaskan tentang agama Islam adalah agama yang rahmatan li al-Ȃlamîn
!$tBur š»oYù=yör& žwÎ) ZptHôqy šúüÏJn=»yèù=Ïj9 ÇÊÉÐÈ  
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

M. Qurasih Shihab mengatakan ayat ini memberikan pengertian bahwa Islam adalah agama yang damai, tidak hanya menciptakan kedamaian kepada pemeluknya saja, namun Islam juga menciptakan kedamaian kepada seluruh manusia dan bahkan terhadap seluruh makhluk-Nya, baik itu binatang maupun tumbuh-tumbuhan. M. Quraish Shihab juga mengatakan bahwa Islam sebagai agama rahmah mampu memenuhi hajat manusia, memenuhi hajat batin manusia, meraih ketenangan, ketentraman serta pengakuan atas wujud, hak, bakat, dan fitrahnya sebagaimana terpenuhi pula hajat keluarga kecil dan besar, menyangkut perlindungan, bimbingan dan pengawasan serta saling pengertian dan penghormatan.[2]
Untuk menjaga keharmonisan antarumat beragama, Allah SWT. melarang umatnya mencaci Tuhan agama lain. Larangan Allah SWT.tersebut dijelaskan melalui QS. Al-An’âm ayat 108
wur (#q7Ý¡n@ šúïÏ%©!$# tbqããôtƒ `ÏB Èbrߊ «!$# (#q7Ý¡uŠsù ©!$# #Jrôtã ÎŽötóÎ/ 5Où=Ïæ 3 y7Ï9ºxx. $¨Y­ƒy Èe@ä3Ï9 >p¨Bé& óOßgn=uHxå §NèO 4n<Î) NÍkÍh5u óOßgãèÅ_ó£D Oßgã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ (#qçR%x. tbqè=yJ÷ètƒ ÇÊÉÑÈ  
Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah SWT. karena mereka nanti akan memaki Allah SWT. dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.

Menurut M. Quraish Shihâb, ayat ini merupakan larangan Allah SWT. memaki kepercayaan orang lain, sebab hal itu tidak akan menguntungkan dan memberikan maslahat terhadap agama Islam. Agama Islam datang dengan kebenaran, sedangkan makian biasanya ditempuh oleh mereka yang yang lemah. Seorang Muslim harus memelihara lidahnya dari perkataan yang kotor, karena hal itu bisa saja menimulkan anti pati dari non-Muslim terhadap agama Allah SWT. yang mulia.[3] 
Umat Islam sering terpancing mencaci Tuhan non-Muslim,  alasnnya adalah untuk menunjukkan bahwa hanya Allah SWT. Tuhan semesta alam yang pantas disembah. Dalam komunitas jejaring sosial media banyak sekali terjadi saling cacimaki antara non-Muslim dengan orang Muslim yang mengaku sebagai penganut agama yang taat, sehingga tidak jarang nama Allah SWT. dan Nabi-Nya dicacimaki sebagaimana umat muslim mencacimaki Tuhan mereka. Sebagai contoh penulis kutip percakapan mereka melalui Facebook seluler sebagai berikut:[4]
Ulul Senlah :  Yang munuhankan yesus adalah mnsia2 hina dan sgt terhina baik di dunia apalagi akhirat...
Richard Gunawan : si ulul minta bukti, tp knapa mohamad bilang trima quran dr awloh, gak ada saksi, gak ada bukti, tapi si ulul diem aja? munafik.
Daonna Raziq Sitompul:  @richard: hahaha kok malah nyela disini seeh bknnya lo yg nerima ajaran yesus tanpa mempelajari dulu ckckckck
 Sunday Ade Sitorus: terpujilah TUHAN
Ly Triani Simamora: @daona:idh org sirik nongol lg,emank iblis gak bosen2 y gangguin qt2,daona2 mlang nian nsb qmu gak knl Yesus,eh tw gak yg dsmpken admin tc bnr'n loe,jd gak ush cmas msh ad koq tmpt buat loe2 pd b'tobat...
Tp lucu bgt y qm gt ad brita umt is...Lihat Selengkapnya
Richard Gunawan : daonna@ udah gue pelajari bro. negara2 islam adalah Negara miskin, terbelakang, bodoh. makanya mereka percaya gitu aja sama mohamad. Hahaha

Islâm sebagai agama yang preventif tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Itulah sebabnya di dalam al-Qur’an Allah SWT. melarang umat Islam mencaci Tuhan non-Muslim jika ingin menjaga nama Allah SWT. dari cacimaki mereka. Bahkan melalui Q.S. Thaha ayat 44[5] Allah SWT. memerintahkan untuk berkata lembut kepada se-seorang yang mengaku sebagai Tuhan. Kesimpulannya adalah tidak ada satupun alasan bagi seorang Muslim untuk membenci orang lain karena berbeda agama.
Timbul masalah, ketika banyak yang salah menafsirkan firman Allah SWT. pada Q.S. Al-Taubah ayat 29 yang menjelaskan tentang adanya perintah untuk membunuh orang-orang yang tidak beriman dan orang Kâfir. Pada Q.S. Al-Taubah ayat 29. 
(#qè=ÏG»s% šúïÏ%©!$# Ÿw šcqãZÏB÷sム«!$$Î/ Ÿwur ÏQöquø9$$Î/ ̍ÅzFy$# Ÿwur tbqãBÌhptä $tB tP§ym ª!$# ¼ã&è!qßuur Ÿwur šcqãYƒÏtƒ tûïÏŠ Èd,ysø9$# z`ÏB šúïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tFÅ6ø9$# 4Ó®Lym (#qäÜ÷èムsptƒ÷Éfø9$# `tã 7tƒ öNèdur šcrãÉó»|¹ ÇËÒÈ  

Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.

M. Quraish Shihab berpendapat, bahwa sebenarnya orang-orang yang harus diperangi dan dibunuh dalam ayat ini ditujukan kepada Ahli Kitâb yang melakukan penyerangan terhadap Islam. Pada saat itu mereka telah menyiapkan pasukannya dan bergabung dengan tentara Romawi untuk menyerang umat Islâm. Hal ini mereka lakukan karena mereka merasa terancam dengan kehadiran umat Islam yang semakin banyak dan karena sifat asli mereka yang sejak dari awal enggan untuk masuk Islam.[6]
Keterangan di atas membuktikan bahwa kendatipun Allah SWT. memerintahkan manusia untuk memerangi orang Kâfir, namun Allah SWT. juga membatasinya. Memerangi orang Kâfir hanya dapat dilakukan jika mereka telah mengganggu keamanan dan keimanan umat Islâm. Jika mereka tidak mau masuk Islam, Allah SWT. tidak memerintahkan untuk membunuh mereka. Bagi mereka yang tidak mau memeluk agama Islam harus membayar jizyah kepada umat Islam untuk menjaga keamanannya, namun jika mereka berasal dari orang miskin dan para pendeta, mereka tidak akan dipungut jizyahnya.[7]
Hal yang senada juga terdapat dalam Q.S. Al-Taubah ayat 6, 12, 36 dan 123. Kesemuanya menjelaskan bahwa perperangan terhadap non-Muslim hanyalah untuk mempertahankan Islam dan menjaga keamanan Islam, bukan untuk menghancurkan. Bahkan dalam Q.S. Al-Anfal ayat 61-62, dijelaskan bahwa Allah SWT sangat menganjurkan perdamaian.
 bÎ)ur (#qßsuZy_ ÄNù=¡¡=Ï9 ôxuZô_$$sù $olm; ö@©.uqs?ur n?tã «!$# 4 ¼çm¯RÎ) uqèd ßìŠÏJ¡¡9$# ãLìÎ=yèø9$# ÇÏÊÈ   bÎ)ur (#ÿr߃̍ムbr& šqããyøƒs  cÎ*sù y7t7ó¡ym ª!$# 4 uqèd üÏ%©!$# šy­ƒr& ¾ÍnÎŽóÇuZÎ/ šúüÏZÏB÷sßJø9$$Î/ur ÇÏËÈ       
Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah SWT. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. dan jika mereka bermaksud menipumu, maka Sesungguhnya cukuplah Allah SWT. (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin.

Menurut M. Quraish Shihab, pada ayat sebelumnya Allah SWT. menjelaskan tentang perlakuan musuh dan persiapan untuk menghadapi mereka, maka pada ayat ini Allah SWT. menjelaskan sikap terhadap mereka yang cenderung berdamai. Meskipun mereka bermaksud buruk dengan berpura-pura menunjukkan kecenderungannya kepada perdamaian, maka jangan takut sesungguhnya cukuplah Allah SWT yang menjadi pelindungmu. Meskipun demikian, M. Quraish Shihab berpendapat bahwa kecenderungan itu harus disertai dengan kesungguhan.[8] Oleh sebab itu semua umat Islam harus meyakini bahwa perdamaian adalah tujuan akhir dari segala masalah dan perbedaan, dan apapun yang telah dilakukan untuk perdamaian tersebut hendaklah berlindung dan mengharapkan pertolongan Allah SWT. Namun yang terjadi adalah banyaknya pemahaman yang salah terhadap Q.S. al-Baqarah ayat 120 ini.
 `s9ur 4ÓyÌös? y7Ytã ߊqåkuŽø9$# Ÿwur 3t»|Á¨Y9$# 4Ó®Lym yìÎ6®Ks? öNåktJ¯=ÏB 3 ö@è% žcÎ) yèd «!$# uqèd 3yçlù;$# 3 ÈûÈõs9ur |M÷èt7¨?$# Nèduä!#uq÷dr& y÷èt/ Ï%©!$# x8uä!%y` z`ÏB ÉOù=Ïèø9$#   $tB y7s9 z`ÏB «!$# `ÏB <cÍ<ur Ÿwur AŽÅÁtR ÇÊËÉÈ    
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.

Secara sederhana ayat ini seolah-olah menjelasakan bahwa Yahudi dan Nahrani adalah agama yang senantiasa memberikan keresahan dan ancaman bagi Islam. Padahal menurut M. Quraish Shihab, pada ayat sebelumnya Allah SWT. menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW. diutus untuk menyampaikan berita gembira dan peringatan bagi semua pihak, maka pada ayat ini menjelaskan bahwa tidak semua orang senang dan gembira terhadap apa yang disampaikan oleh Nabi SAW. Orang-orang yang berimanlah yang rela dan berbahagia terhadap berita tersebut, sedangkan sebagian orang yang beragama Yahudi dan orang yang beragama Nashrani tidak akan rela kepadamu sepanjang masa sampai engkau hanya memberi berita gembira kepada mereka tentang ajaran yang mereka anut.[9]
Menurut M. Quraish Shihab, Q.S. Al-Baqarah ayat 120 ini biasa dijadikan sebagai bukti bahwa orang yang beragama Yahudi dan orang yang beragama Nashrani tidak rela kecuali jika umat Islam mengikuti agama mereka. Padahal penafsiran seperti ini tidak sesuai dengan hubungan ayat, tidak juga dengan makna yang dikemukakan oleh mayoritas ulama. Dan menurut M. Quraish Shihab, ayat ini juga tidak dapat dijadikan sebagai dalil bahwa Ahli Kitab dan Nasrani berupaya mengkristenkan dan meyahudikan umat Islam. Namun jika Yahudi dan Nashrani ada yang melakukan hal tersebut tentu saja tidak dapat disangkal, hanya saja dapat dipastikan bahwa bukanlah ayat ini yang membicarakan tentang hal tersebut.[10]   
Dapat disimpulkan bahwa Islam sebagai rahmah bagi alam menurut M. Quraish Shihab adalah suatu keharusan yang mampu memberikan rasa aman dan damai bagi seluruh manusia, bahkan seluruh makhluk-Nya. dan mencakup segala aspek kehidupan.


[1] Tema ini juga dijadikan sebagai tema sub judul oleh M. Quraish Shihâb dalam bukunya, hanya saja tema aslinya adalah Muhammad SAW ; Rahmat bagi Seluruh Alam,. Lentera al-Qur`an, op, cit., hal. 28
                [2] M. Quraish Shihâb, al-Misbâh, op,cit., Vol 8, hal 520
                [3] M. Quraish Shihâb, al-Misbâh, ibid., Vol 4, hal. 243
[4] http://www.facebook.com/note.php?note_id=176965718989503
[5] Ayatnya adalah:
$t6ydøŒ$# 4n<Î) tböqtãöÏù ¼çm¯RÎ) 4ÓxösÛ ÇÍÌÈ   Ÿwqà)sù ¼çms9 Zwöqs% $YYÍh©9 ¼ã&©#yè©9 ㍩.xtFtƒ ÷rr& 4Óy´øƒs

                [6] M. Quraish Shihâb, al-Misbah, ibid., Vol 5, hal. 573
[7] Ibid, Vol 5
[8] M. Quraish Shihâb, al-Misbah, ibid., Vol 5, hal. 487
[9] M. Quraish Shihâb, al-Misbah, ibid., Vol 1, hal. 308
[10] Ibid.,