Salah satu
kewajiban Muslim adalah berbelas kasihan kepada manusia dan menyayangi mereka.
Sikap lembut dalam menyampaikan kebenaran yang diutarakan dengan kasih sayang
dan tanpa merendahkan dan menghinakan orang-orang yang melakukan kedurhakaan adalah
salah satu penyebab meresapnya hidayah ke dalam hati. Hanya dengan cara inilah
dakwah dapat diterima oleh banyak fihak.
Allah SWT. ternyata telah menjelaskan tentang metode dakwah yang tepat dan
mudah diterima. Dalam Q.S. Al-Nahl ayat 125.
äí÷$#
4n<Î)
È@Î6y
y7În/u
ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/
ÏpsàÏãöqyJø9$#ur
ÏpuZ|¡ptø:$#
(
Oßgø9Ï»y_ur
ÓÉL©9$$Î/
}Ïd
ß`|¡ômr&
4
¨bÎ)
y7/u
uqèd
ÞOn=ôãr&
`yJÎ/
¨@|Ê
`tã
¾Ï&Î#Î6y
(
uqèdur
ÞOn=ôãr&
tûïÏtGôgßJø9$$Î/
ÇÊËÎÈ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.
Menurut M. Quraish Shihab, pada ayat sebelumnya Allah SWT. menjelaskan tentang Nabi Ibrâhîm AS. sebagai pemimpin yang memiliki sifat-sifat yang mulia, penganut agama tauhîd, maka dalam ayat ini Allah SWT. memberikan tuntunan kepada
Nabi untuk mengajak manusia kepada agama tauhîd, yaitu agama Nabi Ibrâhîm AS. yang pribadinya diakui oleh
penduduk Jazirah Arab yaitu Yahûdi
dan Nasrânî.[2]
M. Quraish
Shihab juga mengatakan bahwa Allah SWT. meletakkan dasar-dasar dakwah untuk
pegangan bagi umat manusia di kemudian hari dalam mengemban tugas dakwah, Pertama,
Allah SWT. menjelaskan kepada Rasul-Nya bahwa dakwah ini adalah dakwah
untuk agama Allah SWT. sebagai jalan menuju ridha-Nya, bukan untuk
pribadi orang yang berdakwah atau golongan dan kaumnya. Rasul SAW.
diperintahkan untuk membawa manusia ke jalan Allah SWT. semata. Kedua, Allah SWT. menjelaskan kepada Rasul agar berdakwah dengan
hikmah, hikmah itu mengandung beberapa arti: [3]
a. Pengetahun tentang rahasia dan faedah segala
sesuatu. Dengan pengetahuan sesuatu itu dapat diketahui keberadaannya.
b. Perkataan yang tepat dan benar menjadi argumen
untuk menjelaskan mana yang haq dan mana yang bâthil.
c. Mengetahui hukum-hukum al-Qur`an, paham agama,
takut kepada Allah SWT. serta benar
perkataan dan perbuatan.
Ketiga, Allah SWT. menjelaskan bahwa bila terjadi perdebatan
dengan kaum Musyrik dan Ahli Kitâb, agar membantah meraka dengan
cara yang baik. Keempat, akhir dari segala usaha itu adalah iman kepada
Allah SWT. karena hanya Dialah yang menganugerahkan iman kepada jiwa manusia,
bukan orang lain ataupun dirinya sendiri.[4]
Ayat ini membuktikan bahwa Islam itu sangatlah indah, tidak selamanya jihad dan
dakwah dalam Islam itu dengan pedang, kerena di dalam Islam juga diatur agar
berdakwah dengan hikmah.
M. Quraish
Shihab menjelaskan bahwa setidaknya cara dakwah yang baik adalah dengan
menggunakan uslûbul inshȃf. Pembicara tidak secara jelas menyalahkan
lawan bicaranya, bahkan boleh jadi memberi kesan kebenaran pada pihak lawan
bicara. M. Quraish Shihȃb memberikan contoh redaksi yang menyatakan “ kepercayaan
kita memang berbeda bahkan bertolak belakang, sehingga pasti salah satu di
antara kita ada yang benar dan ada pula yang salah. Mungkin kami yang benar
mungkin juga Anda, dan mungkin juga kami yang salah dan mungkin juga Anda
“.[5] Dengan demikian dakwah kepada non-Muslim akan
lebih mudah diterima tanpa merendahkan mereka disebabkan perbedaan agama yang
dianut.
Melalui Q.S. Ali-Imran
ayat 64 Allah SWT. juga telah menjelaskan tentang kesatuan sumber agama.
ö@è%
@÷dr'¯»t
É=»tGÅ3ø9$#
(#öqs9$yès?
4n<Î)
7pyJÎ=2
¥ä!#uqy
$uZoY÷t/
ö/ä3uZ÷t/ur
wr&
yç7÷ètR
wÎ)
©!$#
wur
x8Îô³èS
¾ÏmÎ/
$\«øx©
wur
xÏGt
$uZàÒ÷èt/
$³Ò÷èt/
$\/$t/ör&
`ÏiB
Èbrß
«!$#
4
bÎ*sù
(#öq©9uqs?
(#qä9qà)sù
(#rßygô©$#
$¯Rr'Î/
cqßJÎ=ó¡ãB
ÇÏÍÈ
Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang)
kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan
kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia
dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain
sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada
mereka: "Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah)".
Ayat ini
menunjukkan kesungguhan Nabi Muhammad SAW. yang sangat besar terhadap
orang-orang Yahudi dan Nashrani agar dapat menerima ajakannya untuk memeluk
agama Islam dan mengesakan Allah SWT. Pada ayat ini Allah SWT. memerintahkan
kepada Nabi untuk mengajak semua fihak terutama Ahli Kitab dengan cara yang
lebih simpati dan lebih halus dari yang lalu. Dalam dakwahnya kali ini, ia
tidak sedikitpun memberi kesan adanya kelebihan dalam diri beliau maupun umat
Islam.[6]
Bahwa dakwah
yang paling tepat menurut M. Quraish Shihab adalah dengan mencoba masuk kedalam
pemikiran mereka tanpa merendahkan pemikiran mereka dan disampaikan dengan
dengan cara yang lebih simpati dan lebih halus.
[1] Tema ini juga dijadikan sebagai tema sub judul
oleh M. Quraish Shihâb dalam
bukunya, Lentera al-Qur`an, op,
cit., hal. 59
No comments:
Post a Comment