1.
Ahli Kitâb
Secara bahasa Ahli Kitâb
adalah potongan kata dari ( اهل ) dan ( الكتاب ), ( اهل ) artinya adalah famili, keluarga
atau saudara[1], sedangkan ( الكتاب ) artinya biasa dikenal dengan buku
atau kitab. Maka dapat disimpulkan secara bahasa bahwa Ahli Kitâb adalah
keluarga kitab. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan Ahli
Kitâb adalah orang-orang yang yang berpegang pada ajaran kitab suci selain
al-Qur’ân.[2] Dalam buku Ensiklopedi Indonesia, Ahli Kitâb
diartikan sebagai orang-orang yang berpegang kepada agama yang mempunyai kitab
suci yang berasal dari Tuhan. Sebutan ini untuk membedakan mereka dari
penyembah berhala dan orang-orang Musyrik lainnya.[3]
Sedangkan secara istilah, banyak ulama memberikan pendapat, di antaranya
pendapat yang mengatakan bahwa Ahli Kitâb adalah kaum yang memiliki
Kitab Suci. Secara khusus, istilah Ahli Kitâb ini dipakai untuk para
penganut agama sebelum datangnya agama Islam.[4] Al-Maudûdi seorang pakar Agama Islam kontemporer dalam
majalah al-Wâ’i Kuwait terbitan bulan maret 1972 sebagaimana yang
dikutip oleh M. Quraish Shihȃb mengatakan bahwa, Imam Syâfi’i memahami istilah Ahli
Kitâb sebagai Yahudi dan Nashrani keturunan Banî Isrâil, tidak
termasuk kepada bangsa-bangsa lain yang menganut agama Yahudi dan Nashrani. Alasan beliau antara lain karena Nabi Musa AS. dan Nabi
Isa AS. hanya diutus untuk Bani Isrâil bukan kepada bangsa-bangsa
lainnya.[5]
Selain istilah Ahl al-Kitab, al-Qur`an juga menggunakan istilah ûtu
al-Kitȃb, ûtu nashîban min al-Kitȃb, al-Yahûd, al-Ladzîna
Hȃdu, Bani Isrȃîl, al-Nashȃra, dan istilah lainnya. Kata Ahl
al-Kitȃb terulang di dalam al-Qur'an sebanyak tiga puluh satu kali, ûtu
al-Kitȃb delapan belas kali, ûtu nashîban min al-Kitȃb tiga kali, al-Yahûd
delapan kali, al-Ladzîna Hȃdu sepuluh kali, al-Nashȃra empat
belas kali, dan Bani Isrȃîl empat puluh satu kali.[6]
Menurut M. Quraish Shihâb, yang dimaksud dengan Ahli Kitâb
adalah semua penganut agama Yahudi dan Nashrani, kapan dan di manapun dan dari
keturunan siapapun mereka[7]. Alasannya berlandaskan al-Qur’an Surat al-An’âm ayat
156.
br& (#þqä9qà)s?
!$yJ¯RÎ)
tAÌRé&
Ü=»tGÅ3ø9$#
4n?tã
Èû÷ütGxÿͬ!$sÛ
`ÏB
$uZÎ=ö7s%
bÎ)ur
$¨Zä.
`tã
öNÍkÉJy#uÏ úüÎ=Ïÿ»tós9
Kami turunkan al-Qurân itu agar kamu tidak
mengatakan: "Bahwa Kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan saja
sebelum kami, dan Sesungguhnya kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca.
Menurut M. Quraish Shihab, makna “ kitab suci yang berasal adari Allah SWT.
hanya diturunkan kepada dua golongan saja sebelum kami”, adalah
kitab Taurat kepada Yahudi dan kitab Injil kepada Nashrani.[8] Hal ini menunjukkan bahwa menurut M. Quraish
Shihab seluruh penganut Yahudi dan Nasrani adalah Ahli Kitab, meskipun mereka
bukanlah golongan Bani Israil. Bahkan menurut M. Quraish Shihab bahwa Ahli
Kitab bisa saja berada di Madinah, atau di daerah-daerah lain.[9]
Kata yang lain
mengandung makna serupa adalah ûtul kitâb yang terdapat dalam surah
al-Baqarah ayat 101.
$£Js9ur öNèduä!$y_ ×Aqßu ô`ÏiB ÏYÏã «!$# ×-Ïd|ÁãB $yJÏj9 öNßgyètB xt6tR ×,Ìsù z`ÏiB tûïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# |=»tFÅ2 «!$# uä!#uur öNÏdÍqßgàß öNßg¯Rr(x. w cqßJn=ôèt ÇÊÉÊÈ
Dan setelah
datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah SWT. yang membenarkan apa
(Kitab) yang ada pada mereka, sebagian dari orang-orang yang diberi Kitab
(Taurat) melemparkan Kitab Allah SWT. ke belakang (punggung)nya, seolah-olah
mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah Kitab Allah SWT.)
Maksud ûtul kitâb
dalam ayat ini adalah Yahudi atau orang-orang yang diberikan kepadanya kitab Taurat.[10]
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa ûtul kitâb merupakan
persamaan kata dari Ahli Kitâb,
yang keduanya sama-sama berarti orang yang memiliki Kitab.
Kata ûtu nashîban minal
kitâb dalam Q.S. Ali ‘Imran ayat 23.
Os9r& ts? n<Î) úïÏ%©!$# (#qè?ré& $Y7ÅÁtR z`ÏiB É=»tGÅ6ø9$# tböqtãôã 4n<Î) É=»tFÅ2 «!$# zNä3ósuÏ9 óOßgoY÷t/ ¢OèO 4¯<uqtGt ×,Ìsù óOßg÷YÏiB Nèdur tbqàÊÌ÷èB ÇËÌÈ
Tidakkah
kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bagian yaitu Al Kitab
(Taurat), mereka diseru kepada Kitab Allah SWT. supaya Kitab itu menetapkan
hukum di antara mereka; Kemudian sebagian dari mereka berpaling, dan mereka
selalu membelakangi (kebenaran).
Menurut M.
Quraish Shihab, Kata ûtu nashîban minal
kitâb yang dimaksud dalam ayat ini adalah
kaum Yahudi yang hidup pada masa
Rasulullah SAW. yang diajak untuk
membuka lembaran Taurat dalam rangka membuktikan kerasulan beliau.[11] Ayat
ini juga membuktikan bahwa kata ûtu nashîban minal kitâb
merupakan istilah lain dari Ahli Kitâb.
[1]Ahmad Warson
Munawwir, al-Munawwir Kamus Bahasa Arab Indonesia. (Yogyakarta : Unit
Pengadaan Buku-Buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren al-Munawwir Krapyag,
1984), hal. 50
[3]
Hassan Shadiliy, Ensiklopedi Indonesia Jilid I, (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve,
1980), hal.115.
[4]
Hasan Mu’arif Ambary dkk, Ensiklopedi
Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,1996). cet. 6 hal. 77
No comments:
Post a Comment