Firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Anbiyâ’ 107. Menjelaskan
tentang agama Islam adalah agama yang rahmatan li al-Ȃlamîn
!$tBur »oYù=yör& wÎ) ZptHôqy úüÏJn=»yèù=Ïj9 ÇÊÉÐÈ
Dan tiadalah
Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
M. Qurasih Shihab mengatakan ayat ini memberikan
pengertian bahwa Islam adalah agama yang damai, tidak hanya menciptakan
kedamaian kepada pemeluknya saja, namun Islam juga menciptakan kedamaian kepada
seluruh manusia dan bahkan terhadap seluruh makhluk-Nya, baik itu binatang
maupun tumbuh-tumbuhan. M. Quraish Shihab juga mengatakan bahwa Islam sebagai
agama rahmah mampu memenuhi hajat manusia, memenuhi hajat batin manusia,
meraih ketenangan, ketentraman serta pengakuan atas wujud, hak, bakat, dan
fitrahnya sebagaimana terpenuhi pula hajat keluarga kecil dan besar, menyangkut
perlindungan, bimbingan dan pengawasan serta saling pengertian dan
penghormatan.[2]
Untuk menjaga keharmonisan antarumat beragama, Allah SWT. melarang umatnya mencaci Tuhan agama
lain. Larangan Allah SWT.tersebut dijelaskan melalui QS. Al-An’âm ayat 108
wur
(#q7Ý¡n@
úïÏ%©!$#
tbqããôt
`ÏB
Èbrß
«!$#
(#q7Ý¡usù
©!$#
#Jrôtã
ÎötóÎ/
5Où=Ïæ
3
y7Ï9ºxx.
$¨Yy
Èe@ä3Ï9
>p¨Bé&
óOßgn=uHxå
§NèO
4n<Î)
NÍkÍh5u
óOßgãèÅ_ó£D
Oßgã¥Îm7t^ãsù
$yJÎ/
(#qçR%x.
tbqè=yJ÷èt
ÇÊÉÑÈ
Dan janganlah
kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah SWT. karena
mereka nanti akan memaki Allah SWT. dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.
Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian
kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa
yang dahulu mereka kerjakan.
Menurut M. Quraish Shihâb, ayat ini merupakan larangan Allah SWT. memaki kepercayaan orang lain, sebab hal itu
tidak akan menguntungkan dan memberikan maslahat terhadap agama Islam. Agama Islam datang dengan kebenaran, sedangkan makian biasanya ditempuh oleh mereka
yang yang lemah. Seorang Muslim harus memelihara lidahnya dari perkataan yang
kotor, karena hal itu bisa saja menimulkan anti pati dari non-Muslim terhadap
agama Allah SWT. yang mulia.[3]
Umat Islam sering terpancing
mencaci Tuhan non-Muslim, alasnnya adalah
untuk menunjukkan bahwa hanya Allah SWT. Tuhan semesta alam yang pantas
disembah. Dalam komunitas jejaring sosial media banyak
sekali terjadi saling cacimaki antara non-Muslim dengan orang Muslim yang mengaku sebagai penganut agama yang taat, sehingga tidak jarang nama Allah SWT. dan Nabi-Nya dicacimaki
sebagaimana umat muslim mencacimaki Tuhan mereka. Sebagai contoh penulis kutip
percakapan mereka melalui Facebook seluler sebagai berikut:[4]
Ulul Senlah : Yang
munuhankan yesus adalah mnsia2 hina dan sgt terhina baik di dunia apalagi
akhirat...
Richard Gunawan : si ulul
minta bukti, tp knapa mohamad bilang trima quran dr awloh, gak ada saksi, gak
ada bukti, tapi si ulul diem aja? munafik.
Daonna Raziq Sitompul: @richard: hahaha kok malah nyela disini seeh bknnya lo yg nerima ajaran
yesus tanpa mempelajari dulu ckckckck
Ly Triani Simamora: @daona:idh
org sirik nongol lg,emank iblis gak bosen2 y gangguin qt2,daona2 mlang nian nsb
qmu gak knl Yesus,eh tw gak yg dsmpken admin tc bnr'n loe,jd gak ush cmas msh
ad koq tmpt buat loe2 pd b'tobat...
Tp lucu bgt y qm gt ad brita umt is...Lihat Selengkapnya
Tp lucu bgt y qm gt ad brita umt is...Lihat Selengkapnya
Richard Gunawan :
daonna@ udah gue pelajari bro. negara2 islam adalah Negara miskin, terbelakang,
bodoh. makanya mereka percaya gitu aja sama mohamad. Hahaha
Islâm sebagai agama yang preventif
tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Itulah sebabnya di dalam al-Qur’an Allah
SWT. melarang umat Islam mencaci Tuhan non-Muslim jika ingin menjaga nama Allah
SWT. dari cacimaki mereka. Bahkan melalui Q.S. Thaha ayat 44[5] Allah SWT. memerintahkan untuk berkata lembut
kepada se-seorang yang mengaku sebagai Tuhan. Kesimpulannya adalah tidak ada
satupun alasan bagi seorang Muslim untuk membenci orang lain karena berbeda
agama.
Timbul masalah, ketika banyak yang salah menafsirkan
firman Allah SWT. pada Q.S. Al-Taubah
ayat 29 yang menjelaskan tentang adanya perintah untuk membunuh
orang-orang yang tidak beriman dan orang Kâfir. Pada Q.S. Al-Taubah ayat 29.
(#qè=ÏG»s%
úïÏ%©!$#
w
cqãZÏB÷sã
«!$$Î/
wur
ÏQöquø9$$Î/
ÌÅzFy$#
wur
tbqãBÌhptä
$tB
tP§ym
ª!$#
¼ã&è!qßuur
wur
cqãYÏt
tûïÏ
Èd,ysø9$#
z`ÏB
úïÏ%©!$#
(#qè?ré&
|=»tFÅ6ø9$#
4Ó®Lym
(#qäÜ÷èã
spt÷Éfø9$#
`tã
7t
öNèdur
crãÉó»|¹
ÇËÒÈ
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula)
kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh
Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah),
(yaitu orang-orang) yang diberikan al-Kitab kepada mereka, sampai mereka
membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.
M. Quraish Shihab berpendapat, bahwa sebenarnya orang-orang yang harus diperangi dan dibunuh dalam ayat ini ditujukan
kepada Ahli Kitâb yang melakukan penyerangan terhadap Islam. Pada saat itu mereka telah menyiapkan pasukannya dan
bergabung dengan tentara Romawi untuk menyerang umat Islâm. Hal ini mereka
lakukan karena mereka merasa terancam dengan kehadiran umat Islam yang semakin banyak dan karena sifat asli mereka yang
sejak dari awal enggan untuk masuk Islam.[6]
Keterangan di atas membuktikan bahwa kendatipun Allah
SWT. memerintahkan manusia untuk memerangi orang Kâfir, namun Allah SWT.
juga membatasinya. Memerangi orang Kâfir hanya dapat dilakukan jika mereka
telah mengganggu keamanan dan keimanan umat Islâm. Jika mereka tidak mau masuk Islam,
Allah SWT. tidak memerintahkan untuk membunuh mereka. Bagi mereka yang tidak
mau memeluk agama Islam harus
membayar jizyah kepada umat Islam untuk
menjaga keamanannya, namun jika
mereka berasal dari orang miskin dan para pendeta, mereka tidak akan dipungut jizyahnya.[7]
Hal yang senada juga terdapat dalam Q.S. Al-Taubah ayat 6, 12, 36 dan 123.
Kesemuanya menjelaskan bahwa perperangan terhadap non-Muslim hanyalah untuk
mempertahankan Islam dan menjaga
keamanan Islam, bukan untuk menghancurkan. Bahkan dalam Q.S. Al-Anfal ayat 61-62,
dijelaskan bahwa Allah SWT sangat menganjurkan perdamaian.
bÎ)ur (#qßsuZy_ ÄNù=¡¡=Ï9 ôxuZô_$$sù $olm; ö@©.uqs?ur n?tã «!$# 4 ¼çm¯RÎ) uqèd ßìÏJ¡¡9$# ãLìÎ=yèø9$# ÇÏÊÈ bÎ)ur (#ÿrßÌã br& qããyøs cÎ*sù y7t7ó¡ym ª!$# 4 uqèd üÏ%©!$# yr& ¾ÍnÎóÇuZÎ/ úüÏZÏB÷sßJø9$$Î/ur ÇÏËÈ
Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka
condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah SWT. Sesungguhnya Dialah
yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. dan jika mereka bermaksud menipumu,
maka Sesungguhnya cukuplah Allah SWT. (menjadi pelindungmu). Dialah yang
memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin.
Menurut M.
Quraish Shihab, pada ayat sebelumnya Allah SWT. menjelaskan tentang perlakuan
musuh dan persiapan untuk menghadapi mereka, maka pada ayat ini Allah SWT.
menjelaskan sikap terhadap mereka yang cenderung berdamai. Meskipun mereka
bermaksud buruk dengan berpura-pura menunjukkan kecenderungannya kepada perdamaian,
maka jangan takut sesungguhnya cukuplah Allah SWT yang menjadi pelindungmu. Meskipun
demikian, M. Quraish Shihab berpendapat bahwa kecenderungan itu harus disertai
dengan kesungguhan.[8] Oleh sebab itu semua umat Islam harus
meyakini bahwa perdamaian adalah tujuan akhir dari segala masalah dan
perbedaan, dan apapun yang telah dilakukan untuk perdamaian tersebut hendaklah
berlindung dan mengharapkan pertolongan Allah SWT. Namun yang terjadi adalah
banyaknya pemahaman yang salah terhadap Q.S. al-Baqarah ayat 120 ini.
`s9ur
4ÓyÌös?
y7Ytã
ßqåkuø9$#
wur
3t»|Á¨Y9$#
4Ó®Lym
yìÎ6®Ks?
öNåktJ¯=ÏB
3
ö@è%
cÎ)
yèd
«!$#
uqèd
3yçlù;$#
3
ÈûÈõs9ur
|M÷èt7¨?$#
Nèduä!#uq÷dr&
y֏t/
Ï%©!$#
x8uä!%y`
z`ÏB
ÉOù=Ïèø9$#
$tB
y7s9
z`ÏB
«!$#
`ÏB
<cÍ<ur
wur
AÅÁtR
ÇÊËÉÈ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada
kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya
petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu
mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak
lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.
Secara
sederhana ayat ini seolah-olah menjelasakan bahwa Yahudi dan Nahrani adalah
agama yang senantiasa memberikan keresahan dan ancaman bagi Islam. Padahal
menurut M. Quraish Shihab, pada ayat sebelumnya Allah SWT. menjelaskan bahwa
Nabi Muhammad SAW. diutus untuk menyampaikan berita gembira dan peringatan bagi
semua pihak, maka pada ayat ini menjelaskan bahwa tidak semua orang senang dan
gembira terhadap apa yang disampaikan oleh Nabi SAW. Orang-orang yang
berimanlah yang rela dan berbahagia terhadap berita tersebut, sedangkan
sebagian orang yang beragama Yahudi dan orang yang beragama Nashrani tidak akan
rela kepadamu sepanjang masa sampai engkau hanya memberi berita gembira kepada mereka
tentang ajaran yang mereka anut.[9]
Menurut M.
Quraish Shihab, Q.S. Al-Baqarah ayat 120 ini biasa dijadikan sebagai bukti
bahwa orang yang beragama Yahudi dan orang yang beragama Nashrani tidak rela
kecuali jika umat Islam mengikuti agama mereka. Padahal penafsiran seperti ini
tidak sesuai dengan hubungan ayat, tidak juga dengan makna yang dikemukakan
oleh mayoritas ulama. Dan menurut M. Quraish Shihab, ayat ini juga tidak dapat
dijadikan sebagai dalil bahwa Ahli Kitab dan Nasrani berupaya mengkristenkan
dan meyahudikan umat Islam. Namun jika Yahudi dan Nashrani ada yang melakukan
hal tersebut tentu saja tidak dapat disangkal, hanya saja dapat dipastikan
bahwa bukanlah ayat ini yang membicarakan tentang hal tersebut.[10]
Dapat
disimpulkan bahwa Islam sebagai rahmah bagi alam menurut M. Quraish
Shihab adalah suatu keharusan yang mampu memberikan rasa aman dan damai bagi
seluruh manusia, bahkan seluruh makhluk-Nya. dan mencakup segala aspek
kehidupan.
[1] Tema ini juga dijadikan sebagai tema sub judul
oleh M. Quraish Shihâb dalam bukunya, hanya saja tema aslinya adalah Muhammad
SAW ; Rahmat bagi Seluruh Alam,. Lentera al-Qur`an, op, cit.,
hal. 28