a. Yahûdi
Kata yang berarti Yahudi di dalam al-Qur`an ada pada beberapa bentuk, yaitu
dengan kata هادوا , اليهود, هودا dan
يهوديا . kata هادوا sebanyak 10 kali, yaitu pada surat
al-Baqarah ayat 62, pada surat al-Nisâ’ ayat 46 dan 160, al-Mâ’idah ayat 41, 44
dan 69, surat al-An’âm ayat 146, al-Nahl ayat 118, al-Hajj ayat 17 dan pada
surat al-Jum’ah ayat 6. Dan kata هودا terulang sebanyak dua kali yaitu
pada surat al-Baqarah ayat 135 dan 140. Sedangkan kata اليهود terulang sebanyak 7 kali yaitu dua
kali pada surat al-Baqarah ayat 113 dan 120, pada surat al-Mâ’idah 18, 51, 64,
82 dan pada surat al-Taubah ayat 30. Sedangkan kata يهوديا hanya terulang satu kali yaitu pada
surat Ali-‘Imrân ayat 68. [1]
Secara bahasa kata Yahûdi terambil dari kata (- هودا يهود هاد-).
Menurut al-Ashfahâni kata ( الهود
) berarti kembali dengan pelan.
Menurut ‘Arabiy kata ( هاد
) berarti kembali dari kebaikan kepada kejahatan atau sebaliknya dari kejahatan
kepada kebaikan. Oleh karena itu ( هاد
) dapat diartikan sebagai tobat
atau kembali, seperti yang terdapat dalam Q.S. Al-A’râf ayat
156.[2]
ó=çGò2$#ur $uZs9 Îû ÍnÉ»yd $u÷R9$# ZpuZ|¡ym Îûur ÍotÅzFy$# $¯RÎ) !$tRôèd y7øs9Î) 4 tA$s% þÎ1#xtã Ü=Ϲé& ¾ÏmÎ/ ô`tB âä!$x©r& ( ÓÉLyJômuur ôMyèÅur ¨@ä. &äóÓx« 4 $pkâ:çGø.r'|¡sù tûïÏ%©#Ï9 tbqà)Gt cqè?÷sãur no4q2¨9$# tûïÏ%©!$#ur Nèd $uZÏG»t$t«Î/ tbqãZÏB÷sã
Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia
ini dan di akhirat; Sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah
SWT. berfirman: "Siksa-Ku akan kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki
dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk
orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman
kepada ayat-ayat kami".
Menurut M. Quraish Shihab, pada
ayat sebelumnya Nabi Musa AS. dalam doanya menegaskan bahwa Allah SWT.
melakukan apa yang dikehendaki-Nya, dan tidak ada pelindung kecuali Dia,
perlindungan mencakup penolakan mudharat atau pemberian manfaat, maka
keduanya disebut pada ayat ini, yaitu permohonan sebelumnya yakni “ Dan
tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; Sesungguhnya kami
kembali (bertaubat) kepada Engkau “ yakni dari segala dosa dan pelanggaran
dan kekurangan kami.[3]
Menurut M. Quraish Shihab, kalimat innȃ hudnȃ ilaik, merupakan
pengakuan yang tulus yang diharapkan dapat mengantar kepada penerimaan atas doa
yang dipanjatkan. Menurutnya kembali kepada Allah SWT. dan mengikuti jalan yang
digariskan-Nya merupakan satu-satunya cara untuk meraih kebahagiaan dunia
akhirat.[4]
Buku Ensiklopedi Indonesia juga memberikan
pengertian terkait dengan kata Yahudi tersebut sebagai suku Bangsa Israel
setelah kerajaan Daud dan Salomon pecah.[5] Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan
bahwa Yahudi adalah bangsa yang berasal dari Isrâîl.[6] Yahudi merupakan
agama bangsa Ibrânî yang dikenal dengan sebutan Asbâth. Allah SWT. mengutus Nabi Musa AS. kepada mereka dengan
membawa Taurat.[7] Musa AS. adalah seorang Banî Isrâîl yang lahir di
Mesir pada masa kekuasaan Fir’aun, ( Ramses II, yang hidup antara tahun 1301 –
1234 SM ). Musa AS. dibesarkan di Istana Fir’aun setelah sang bunda
menghanyutkannya di sungai Nil. Sami’ bin Abdullâh al-Maghlût dalam bukunya Atlâs
al-Adyân juga menjelaskan bahwa saat ini terdapat 15 juta orang yang mengaku
sebagai penganut Yahudi di seluruh dunia. Mereka berasal dari basis-basis
berbeda. Orang-orang Yahudi mengklaim diri mereka sebagai bangsa pilihan Allah
SWT. untuk menunaikan beberapa kewajiban tertentu dan mengemban tanggung jawab
khusus, misalnya membangun masyarakat yang adil dan menyembah
Allah SWT. Berbeda dengan agama-agama lain, Yahudi tidak berusaha mengajak
orang lain untuk memeluk agama mereka, namun mereka menerima jika orang lain
ingin masuk agama merekai.[8]
Sementara itu, M. Quraish Shihâb mengatakan
bahwa Ulama berpendapat kata Yahudi ini terambil dari bahasa Ibrâni, yaitu (يهوذ
). Dalam bahasa Arab kata ini hanya ditulis dengan sedikit
perbedaan meletakkan titik di atas huruf (
د ). Perlu diingat bahwa peletakan titik dan baris pada bahasa
Arab dikenal jauh setelah turunnya al-Qur’ân. Bahasa Arab seringkali merubah pengucapan satu kata
asing yang diserapnya, dan di sini hal tersebut terjadi seperti demikian.[9]
Menurut M. Quraish Shihab, sebagaimana yang dikatakan
Tharir ibn Asyur bahwa istilah Yahudi baru dikenal setelah kematian Nabi
Sulaiman AS. sekitar tahun 975 SM. Kerajaan Nabi Sulaiman AS. Terbagi dua
setelah kematiannya. Kerajaan pertama dipimpin oleh putranya Rahbi’am dengan ibukota
kekuasaannya di Yerusalem. Kerajaan ini hanya diikuti oleh cucu Yahuza dan
Benyamin saja. Sedangkan kerajaan yang ke dua dipimpin oleh Yurbi’am putra
Banath, yaitu salah seorang anak buah Nabi Sulaiman AS. yang gagah berani dan
diserahi oleh Nabi kekuasaan yang berpusat di Samirah. Mereka inilah yang
disebut sebagai Yahudi.[10]
Sehingga Yahudi menurut M. Quraish Shihab adalah keturunan Yurbi’am putra
Banath, yaitu salah seorang anak buah Nabi Sulaiman AS. yang gagah berani dan
diserahi oleh Nabi Sulaiman AS. kekuasaan yang berpusat di Samirah.
M. Quraish Shihâb juga berpendapat bahwa kesan umum yang diperoleh bila
al-Qur`ân menggunakan kata ( اليهود ) [11] maka isinya adalah gambaran negatif tentang mereka. Sedangkan
jika menggunakan kata ( هادوا )[12] maka kandungannya
adalah berupa kecaman, namun di lain kesempatan mereka juga mempunyai sifat
yang netral.[13]
[2] M. Quraish Shihâb dkk, Ensiklopedi al-Qur’an Kajian Kosa Kata,
Jilid II, ( Jakarta : Lentera Hati, 2007), h. 1092
[7] Sami bin Abdullâh al-Maghlûth, Atlâs Agama-Agama, judul asli
: Atlâs al-Adyân, Penerjemah: Faud Saifuddin Nour dan Ahmad Ginanjar
Sya’ban, (Jakarta : Al-Mahira, 2010),
hal. 17
No comments:
Post a Comment