Sunday, September 29, 2019

Yahudi dalam al Qur'an menurut Qurais Shihab


a.    Yahûdi
Kata yang berarti Yahudi di dalam al-Qur`an ada pada beberapa bentuk, yaitu dengan kata  هادوا , اليهود, هودا dan  يهوديا . kata هادوا sebanyak 10 kali, yaitu pada surat al-Baqarah ayat 62, pada surat al-Nisâ’ ayat 46 dan 160, al-Mâ’idah ayat 41, 44 dan 69, surat al-An’âm ayat 146, al-Nahl ayat 118, al-Hajj ayat 17 dan pada surat al-Jum’ah ayat 6.  Dan kata هودا terulang sebanyak dua kali yaitu pada surat al-Baqarah ayat 135 dan 140. Sedangkan kata اليهود terulang sebanyak 7 kali yaitu dua kali pada surat al-Baqarah ayat 113 dan 120, pada surat al-Mâ’idah 18, 51, 64, 82 dan pada surat al-Taubah ayat 30. Sedangkan kata يهوديا hanya terulang satu kali yaitu pada surat Ali-‘Imrân ayat 68. [1]
Secara bahasa kata Yahûdi terambil dari kata (- هودا يهود  هاد-). Menurut al-Ashfahâni kata ( الهود ) berarti kembali dengan pelan. Menurut ‘Arabiy kata ( هاد ) berarti kembali dari kebaikan kepada kejahatan atau sebaliknya dari kejahatan kepada kebaikan. Oleh karena itu ( هاد ) dapat diartikan sebagai tobat atau kembali, seperti yang terdapat dalam Q.S. Al-A’râf  ayat 156.[2]
 ó=çGò2$#ur $uZs9 Îû ÍnÉ»yd $u÷R9$# ZpuZ|¡ym Îûur ÍotÅzFy$# $¯RÎ) !$tRôèd y7øs9Î) 4 tA$s% þÎ1#xtã Ü=ŠÏ¹é& ¾ÏmÎ/ ô`tB âä!$x©r& ( ÓÉLyJômuur ôMyèÅur ¨@ä. &äóÓx« 4 $pkâ:çGø.r'|¡sù tûïÏ%©#Ï9 tbqà)­Gtƒ šcqè?÷sãƒur no4qŸ2¨9$# tûïÏ%©!$#ur Nèd $uZÏG»tƒ$t«Î/ tbqãZÏB÷sãƒ
Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; Sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah SWT. berfirman: "Siksa-Ku akan kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami".

Menurut M. Quraish Shihab, pada ayat sebelumnya Nabi Musa AS. dalam doanya menegaskan bahwa Allah SWT. melakukan apa yang dikehendaki-Nya, dan tidak ada pelindung kecuali Dia, perlindungan mencakup penolakan mudharat atau pemberian manfaat, maka keduanya disebut pada ayat ini, yaitu permohonan sebelumnya yakni “ Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; Sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau “ yakni dari segala dosa dan pelanggaran dan kekurangan kami.[3]
Menurut M. Quraish Shihab, kalimat innȃ hudnȃ ilaik, merupakan pengakuan yang tulus yang diharapkan dapat mengantar kepada penerimaan atas doa yang dipanjatkan. Menurutnya kembali kepada Allah SWT. dan mengikuti jalan yang digariskan-Nya merupakan satu-satunya cara untuk meraih kebahagiaan dunia akhirat.[4]
Buku Ensiklopedi Indonesia juga memberikan pengertian terkait dengan kata Yahudi tersebut sebagai suku Bangsa Israel setelah kerajaan Daud dan Salomon pecah.[5] Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Yahudi adalah bangsa yang berasal dari Isrâîl.[6] Yahudi merupakan agama bangsa Ibrânî yang dikenal dengan sebutan Asbâth. Allah SWT.  mengutus Nabi Musa AS. kepada mereka dengan membawa Taurat.[7] Musa AS. adalah seorang Banî Isrâîl yang lahir di Mesir pada masa kekuasaan Fir’aun, ( Ramses II, yang hidup antara tahun 1301 – 1234 SM ). Musa AS. dibesarkan di Istana Fir’aun setelah sang bunda menghanyutkannya di sungai Nil. Sami’ bin Abdullâh al-Maghlût dalam bukunya Atlâs al-Adyân juga menjelaskan bahwa saat ini terdapat 15 juta orang yang mengaku sebagai penganut Yahudi di seluruh dunia. Mereka berasal dari basis-basis berbeda. Orang-orang Yahudi mengklaim diri mereka sebagai bangsa pilihan Allah SWT. untuk menunaikan beberapa kewajiban tertentu dan mengemban tanggung jawab khusus, misalnya membangun masyarakat yang adil dan menyembah Allah SWT. Berbeda dengan agama-agama lain, Yahudi tidak berusaha mengajak orang lain untuk memeluk agama mereka, namun mereka menerima jika orang lain ingin masuk agama merekai.[8]
Sementara itu, M. Quraish Shihâb mengatakan bahwa Ulama berpendapat kata Yahudi ini terambil dari bahasa Ibrâni, yaitu (يهوذ ). Dalam bahasa Arab kata ini hanya ditulis dengan sedikit perbedaan meletakkan titik di atas huruf (  د ). Perlu diingat bahwa peletakan titik dan baris pada bahasa Arab dikenal jauh setelah turunnya al-Qur’ân. Bahasa Arab seringkali merubah pengucapan satu kata asing yang diserapnya, dan di sini hal tersebut terjadi seperti demikian.[9]
Menurut M. Quraish Shihab, sebagaimana yang dikatakan Tharir ibn Asyur bahwa istilah Yahudi baru dikenal setelah kematian Nabi Sulaiman AS. sekitar tahun 975 SM. Kerajaan Nabi Sulaiman AS. Terbagi dua setelah kematiannya. Kerajaan pertama dipimpin oleh putranya Rahbi’am dengan ibukota kekuasaannya di Yerusalem. Kerajaan ini hanya diikuti oleh cucu Yahuza dan Benyamin saja. Sedangkan kerajaan yang ke dua dipimpin oleh Yurbi’am putra Banath, yaitu salah seorang anak buah Nabi Sulaiman AS. yang gagah berani dan diserahi oleh Nabi kekuasaan yang berpusat di Samirah. Mereka inilah yang disebut sebagai Yahudi.[10] Sehingga Yahudi menurut M. Quraish Shihab adalah keturunan Yurbi’am putra Banath, yaitu salah seorang anak buah Nabi Sulaiman AS. yang gagah berani dan diserahi oleh Nabi Sulaiman AS. kekuasaan yang berpusat di Samirah.
M. Quraish Shihâb juga berpendapat bahwa kesan umum yang diperoleh bila al-Qur`ân menggunakan kata ( اليهود ) [11] maka isinya adalah gambaran negatif tentang mereka. Sedangkan jika menggunakan kata ( هادوا )[12] maka kandungannya adalah berupa kecaman, namun di lain kesempatan mereka juga mempunyai sifat yang netral.[13]


[1] Fu’âd Abd al-Bâqiy, al-Mu’jam,op, cit., hal. 739
[2] M. Quraish Shihâb dkk, Ensiklopedi al-Qur’an Kajian Kosa Kata,  Jilid II, ( Jakarta : Lentera Hati, 2007), h. 1092
[3] M. Quraish Shihâb, al-Misbâh, op, cit., Vol 5, h. 264
[4] M. Quraish Shihâb, al-Misbâh, ibid., Vol 5. hal. 266
[5] Hassan Shadiliy, Jilid 7, op. Cit., hal. 3959
[6] Depdikbud, op. cit,. hal. 1015
[7] Sami bin Abdullâh al-Maghlûth, Atlâs Agama-Agama, judul asli : Atlâs al-Adyân, Penerjemah: Faud Saifuddin Nour dan Ahmad Ginanjar Sya’ban, (Jakarta : Al-Mahira, 2010),  hal. 17
[8] Sami bin Abdullâh al-Maghlûth, Atlâs Agama-Agama, Ibid, hal. 20  
[9] M. Quraish Shihâb, al-Misbâh, Vol 1, hal. 214
[10] M. Quraish Shihâb, al-Misbâh, ibid., Vol 1, hal. 215
[11] Lihat QS. Al-Baqarah ayat 120
[12] Lihat QS. Al-Baqarah ayat 62
[13] M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, op, cit,. hal. 366

No comments:

Post a Comment