1.
Kâfir
Term Kâfir ditemukan dalam al-Qur’an sebanyak 523 kali dalam al-Qur’an.[1]Salah satunya dapat dilihat melalui Q.S. Al-Kȃfirûn.
¨ ö@è%
$pkr'¯»t
crãÏÿ»x6ø9$#
ÇÊÈ Iw ßç6ôãr&
$tB
tbrßç7÷ès?
ÇËÈ Iwur
óOçFRr&
tbrßÎ7»tã
!$tB
ßç7ôãr&
ÇÌÈ Iwur
O$tRr&
ÓÎ/%tæ
$¨B
÷Lnt6tã
ÇÍÈ Iwur
óOçFRr&
tbrßÎ7»tã
!$tB
ßç6ôãr&
ÇÎÈ ö/ä3s9
ö/ä3ãYÏ
uÍ<ur
ÈûïÏ
ÇÏÈ
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah, dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah, dan aku tidak
pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah, untukmu agamamu, dan untukkulah,
agamaku."
Menurut M. Quraish Shihab, kata al-Kȃfirûn dalam
ayat ini terambil dari kata ka fa ra yang pada mulanya berarti menutup.
Al-Qur’an menggunakan kata tersebut untuk berbagai makna yang masing-masing
dapat dipahami sesuai dengan kalimat dan konteksnya. Menurutnya kata ka fa
ra ini dapat diartikan sebagai orang yang mengingkari keesaan Allah SWT.
dan kerasulan Nabi Muhammad SAW. Seperti dalam Q.S. Saba’ ayat 3., selain itu Kȃfir
juga diartikan sebagai orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah SWT. seperti
yang terdapat dalam Q.S. Ibrahim ayat 7., dan Kȃfir dapat juga diartikan
sebagai orang yang tidak mengamalkan tuntunan Allah SWT. walaupun
mempercayai-Nya., sebagimana yang yang Allah SWT. Jelaskan pada Q.S. Al-Baqarah
ayat 85.[2] Dan yang dimaksud dengan Kȃfir dalam
ayat ini Menurut M. Quraish Shihab adalah orang yang tidak mempercayai Allah
SWT. dan tidak pula mengakui kerasulan Nabi Muhammad SAW.[3]
Selain itu makna
Kȃfir juga dapat dilihat dalam QS. al-Baqarah 6.
¨bÎ)
úïÏ%©!$#
(#rãxÿx.
íä!#uqy
óOÎgøn=tæ
öNßgs?öxRr&uä
÷Pr&
öNs9
öNèdöÉZè?
w
tbqãZÏB÷sã
ÇÏÈ
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi
mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga
akan beriman.
Menurut M. Quraish Shihab, ayat ini berbicara tentang
orang Kȃfir yang kekafirannya telah mendarah daging dalam jiwa mereka
sehingga tidak lagi mungkin akan berubah. Hal itu disebabkan keengganan mereka beriman
sehingga Allah SWT. mengunci mati hati mereka dan pendengaran mereka, yakni
Allah SWT. membiarkan mereka dalam kesesatan sesuai dengan keinginan hati
mereka sehingga akhirnya hati mereka terkunci mati dan telinga mereka tidak
dapat menerima bimbingan.[4] M. Quraish Shihab mengatakan bahwa ulama membagi
Kâfir kepada lima macam; Pertama, mereka yang tidak mengakui
wujud Allah SWT. seperti halnya penganut ateis dan komunis. Kedua,
adalah mereka yang mengetahui kebenaran dan menolaknya, ini disebabkan oleh
kedengkian mereka kepada pembawa kebenaran itu. Ketiga, yaitu mereka
yang ingkar terhadap nikmat Allah SWT. Keempat, yaitu mereka yang
mengingkari dan tidak mengerjakan perintah agama namun tetap percaya. Kelima,
tidak merestui dan dan berlepas diri.[5]
Setelah melihat penjelasan di atas dapat disimpulkan yang
dimaksud Kafîr dalam istilah toleransi umat beragama menurut M. Quraish
Shihab adalah mereka yang tidak mengakui Allah SWT. dan Nabi Muhammad SAW.,
sedangkan Kâfir yang diartikan sebagai kufur nikmat dan ingkar
terhadap sebagian ajaran namun masih mengakui adanya Allah SWT. bukanlah yang
menjadi objek toleransi antarumat beragama.
Sejalan dengan itu, Muhammad Ghâlib dalam bukunya Ahli Kitâb
Makna dan Cakupannya juga mengatakan bahwa kata Kâfir dalam al-Qur’an selain berarti sebagai
ingkar terhadap ajaran Allah SWT. dan Rasul-Nya., kalimat Kâfir juga
dapat dikembalikan kepada beberapa pengertian:[6]
a.
Kafûr, kelompok yang menutupi buah, term ini
hanya muncul satu kali dalam al-Qur’an yaitu pada Q.S. Al-Insan ayat 5 yang diartikan
sebagai nama mata air di surga.
¨bÎ)
u#tö/F{$#
cqç/uô³t
`ÏB
<¨ù(x.
c%x.
$ygã_#tÏB
#·qèù$2
ÇÎÈ
Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi
minuman) yang campurannya adalah air kafur
b.
Kuffâr, adalah jama’
dari Kâfir yang diartikan
sebagai petani. Kalimat ini terdapat dalam Q.S. Al-Hadid ayat 20.
(#þqßJn=ôã$#
$yJ¯Rr&
äo4quysø9$#
$u÷R9$#
Ò=Ïès9
×qølm;ur
×puZÎur
7äz$xÿs?ur
öNä3oY÷t/
ÖèO%s3s?ur
Îû
ÉAºuqøBF{$#
Ï»s9÷rF{$#ur
(
È@sVyJx.
B]øxî
|=yfôãr&
u$¤ÿä3ø9$#
¼çmè?$t7tR
§NèO
ßkÍku
çm1utIsù
#vxÿóÁãB
§NèO
ãbqä3t
$VJ»sÜãm
(
Îûur
ÍotÅzFy$#
Ò>#xtã
ÓÏx©
×otÏÿøótBur
z`ÏiB
«!$#
×bºuqôÊÍur
4
$tBur
äo4quysø9$#
!$u÷R$!$#
wÎ)
፯tFtB
Írãäóø9$#
ÇËÉÈ
Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan
suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering
dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti)
ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan
dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
c.
Kaffârah, diartikan sebagai denda atau penebus dosa
dan kesalahan tertentu. Term ini banyak ditemukan dalam al-Qur`an di
antaranya yaitu pada Q.S. Al-Maidah
ayat 45, 89, 95.
$oYö;tFx.ur
öNÍkön=tã
!$pkÏù
¨br&
}§øÿ¨Z9$#
ħøÿ¨Z9$$Î/
ú÷üyèø9$#ur
Èû÷üyèø9$$Î/
y#RF{$#ur
É#RF{$$Î/
cèW{$#ur
ÈbèW{$$Î/
£`Åb¡9$#ur
Çd`Åb¡9$$Î/
yyrãàfø9$#ur
ÒÉ$|ÁÏ%
4
`yJsù
X£|Ás?
¾ÏmÎ/
uqßgsù
×ou$¤ÿ2
¼ã&©!
4
`tBur
óO©9
Nà6øts
!$yJÎ/
tAtRr&
ª!$#
y7Í´¯»s9'ré'sù
ãNèd
tbqßJÎ=»©à9$#
ÇÍÎÈ
Dan Kami telah
tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas)
dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga,
gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan
(hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya.
Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka
mereka itu adalah orang-orang yang zalim.
Allah SWT. juga menjelaskan dalam Q.S.
Ibrâhîm ayat 7, bahwa Kâfir dapat juga diartikan dengan ingkar terhadap
nikmat-Nya, hal ini dapat juga dilakukan oleh seorang Muslim yang
beriman kepada Allah SWT. dan Rasul-Nya.
øÎ)ur
c©r's? öNä3/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyÎV{ ( ûÈõs9ur ÷Länöxÿ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓÏt±s9 ÇÐÈ
Dan (ingatlah
juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang tidak mengakui
nikmat Allah SWT. juga disebut dengan Kâfir, hanya saja hal ini lebih
tepatnya disebut dengan kufur nikmat, dan hal ini bisa saja dilakukan
oleh orang yang bergama Islâm dan yang beriman. Menurut al-Asfahâni dan
Ibnu al-Manzûr, yang lebih dekat kepada arti Kâfir secara istilah adalah
menutupi dan menyembunyikan.[7]
No comments:
Post a Comment