A. Non-Muslim dalam al-Qur’an
Sebelum menjelaskan non-Muslim, maka terlebih dahulu dijelaskan siapakah Muslim.
Secara etimologi, Islam berasal dari bahasa Arab yang terambil dari kata سلم
yang berarti selamat dan sentosa. Dari kata ini kemudian dibentuk
menjadi kata اسلم yang berarti pemeliharaan dalam
keadaan selamat, sentosa, dan berarti pula berserah diri, patuh, tunduk dan
taat. Dari kata ini pulalah kata اسلام muncul yaitu اسلم - يسلم – اسلاما yang mengandung makna selamat,
damai, dan patuh kepada allah SWT.[1] Sedangkan secara istilah, Islam menurut Sa’îd Hawwâ’ adalah agama yang
dibawa oleh seluruh Nabi dan Rasul, sejak Nabi Adam AS. sampai Nabi Muhammad
SAW. yang menjadi penutup risâlah.[2]
Nabi Muhammad
SAW. juga pernah mengatakan melalui hadisnya yang diriwayatkan oleh Bukhâri dan
Muslim bahwa Islam adalah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. dan
Muhammad SAW. adalah rasul-Nya, mendirikan solat dan menunaikan zakat, puasa
pada bulan ramadhan, dan menunaikan haji bagi yang mampu.[3]
Kalimat islâm di antaranya terdapat dalam Q.S. Ali
Imrân ayat 19 yaitu,
¨bÎ) úïÏe$!$# yYÏã «!$# ÞO»n=óM}$# 3 $tBur y#n=tF÷z$# úïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# wÎ) .`ÏB Ï÷èt/ $tB ãNèduä!%y` ÞOù=Ïèø9$# $Jøót/ óOßgoY÷t/ 3 `tBur öàÿõ3t ÏM»t$t«Î/ «!$# cÎ*sù ©!$# ßìÎ| É>$|¡Ïtø:$# ÇÊÒÈ
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah SWT. hanyalah Islam. tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi al-Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa
yang kafir terhadap ayat-ayat Allah SWT. Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat
hisab-Nya.
Menurut M. Quraish Shihâb, kata îslam dalam ayat
ini menjelaskan bahwa al-Qur`an tidak pernah mengungkapkan Islam sebagai agama
kecuali setelah agama ini sempurna diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Menurutnya tidak keliru jika kata îslam pada ayat ini dipahami sebagai
ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW., karena baik dari tinjauan agama
maupun sosiologis, itulah nama ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.
Secara Aqîdah Islȃmiyah siapapun yang mendengar Q.S. Ali Imrân
ayat 19 ini dituntut untuk menganut ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
walaupun di sisi Allah SWT. semua agama yang dibawa oleh para rasul adalah
Islam, sehingga siapapun sejak Adam AS. hingga akhir zaman yang tidak menganut
agama yang sesuai dengan ajaran yang disampaikan oleh rasul-rasul mereka, maka
Allah SWT. tidak akan menerimanya.[4]
Berdasarkan pemaparan ini dapat disimpulkan bahwa menurut
M. Quraish Shihab Islam sebagai sebuah agama adalah ajaran yang dibawa oleh
Nabi Muhammad SAW., sehingga setelah kehadiran Islam yang dibawa Nabi Muhammad
semua agama sebelumnya yang dibawa oleh para nabi-nabi haruslah mengikuti dan
memeluk Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Penjelasan tentang Islam ini dapat menjadi acuan untuk
menentukan siapa saja yang merupakan
non-Muslim di dalam al-Qur’an, dengan kata lain, jika Islam adalah ajaran yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. maka non-Muslim di dalam al-Qur`an adalah semua
orang yang tidak mengakui dan percaya kepada Islam. Lalu jika dihubungkan
dengan kehidupan saat ini, maka non-Muslim adalah semua orang yang menganut
agama selain Islam.
Ketika menafsirkan Q.S. Al-Hajj ayat 17, M. Quraish
Shihȃb menyebutkan bahwa Ahli Kitȃb[5], Yahûdi,[6] Nashrȃni,[7] Shȃbi’ûn,[8] dan Majûsi[9] adalah agama yang dianut oleh masing masing
kaum selain Islam.[10]
Selain itu, Kȃfir[11] dan Musyrik[12] juga merupakan bagian dari non-Muslim, karena
Kȃfir dan Musyrik terkadang dibedakan Allah SWT. dengan Ahli Kitab
dan non-Muslim lainnya. Firman Allah SWT. pada Q.S al-Bayyinah ayat 6.
¨bÎ)
tûïÏ%©!$#
(#rãxÿx.
ô`ÏB
È@÷dr&
É=»tGÅ3ø9$#
tûüÏ.Îô³ßJø9$#ur
Îû
Í$tR
zO¨Yygy_
tûïÏ$Î#»yz
!$pkÏù
4
y7Í´¯»s9'ré&
öNèd
°
ÏpÎy9ø9$#
ÇÏÈ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang yang
musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu
adalah seburuk-buruk makhluk.
Menurut M. Quraish Shihab, ayat ini dijadikan sebagai
salah satu alasan untuk membedakan antara kaum Musyrik dan Ahli Kitab.
Kendati orang-orang Yahudi pada hakikatnya mempersekutukan Allah SWT. juga, yaitu
dengan menyatakan bahwa ‘ Uzair adalah anak Tuhan, atau Nashrani yang mengakui
bahwa Isa AS. adalah salah satu dari oknum Trinitas.[13]
[2] Saîd, Hawwâ, al-Islâm,
terj. Abdul Hayy, judul asli, al-Islâm, (Jakarta, I’tishom, 2002), hal. 4
الإسلام أن
تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله صلى الله عليه و سلم وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة
وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا
[5] Term Ahli Kitâb berulang dalam al-Qur’ân sebanyak 31 kali. Pada surat al-Baqarah
ayat 105 dan 109, pada surat Ali ‘Imrân ayat 64, 65, 69, 70, 71, 72, 75, 98,
99, 110, 113 dan 199, pada surat al-Nisâ’ ayat 123, 153, 159 dan 171, pada
surat al-Mâi’dah ayat 15, 19, 59, 65, 68, dan 77, pada surah al-Ankabût ayat
46, pada surat al-Ahzâb ayat 26, pada surat al-Hadîd ayat 29, pada surat
al-Hasyar ayat 2 dan 11, pada surat al-Baiyinah ayat 1 dan 6. Fu’âd Abd
al-Bâqiy, al-Mu’jam, op, cit., hal. 95. Selain istilah Ahli Kitâb,
al-Qur’ân juga memberikan istilah ûtul kitâb dan ûtu nashîban minal
kitâb. Istilah ûtul kitâb diulang sebanyak 18 kali. Dalam surat
al-Baqarah ayat 101, 144 dan 145. Surat Ali ‘Imrân ayat 19, 20, 100, 186
dan 187. Surat al-Nisâ’ ayat 47 dan 131,
pada surah al-Mâ’idah terdapat dua kali pengulangan pada ayat ke 5, ayat 57,
pada surah al-Taubah 29, pada surah al-Hadîd ayat 16, dan dalam surat al-Muddatssir dua kali pengulangan pada
ayat ke 31, pada surat al-Baiyinah ayat ke 4. Kata ûtu nashîban minal
kitâb sebanyak 3 kali. Dalam surat Ali ‘Imrân ayat 23, al-Nisâ’ ayat 44 dan
51. Ibid., hal. hal. 11-12
[6] Penulis menemukan kata yang berarti Yahudi di dalam
al-Qur’ân ada pada beberapa bentuk, yaitu dengan kata هادوا , اليهود, هودا dan يهوديا . kata هادوا sebanyak 10 kali, yaitu pada surat al-Baqarah ayat 62, pada
surat al-Nisâ’ ayat 46 dan 160, al-Mâ’idah ayat 41, 44 dan 69, surat al-An’âm
ayat 146, al-Nahl ayat 118, al-Hajj ayat 17 dan pada surat al-Jum’ah ayat
6. Dan kata هودا terulang sebanyak dua kali yaitu pada surat al-Baqarah ayat 135
dan 140. Sedangkan kata اليهود terulang sebanyak 7 kali yaitu dua kali pada surat al-Baqarah
ayat 113 dan 120, pada surat al-Mâ’idah 18, 51, 64, 82 dan pada surat al-Taubah
ayat 30. Sedangkan kata يهوديا hanya terulang satu kali yaitu pada surat Ali-‘Imrân ayat 68. Fu’âd Abd al-Bâqiy, al-Mu’jam, ibid., hal. 739
[7] Penulis menemukan bahwa kata yang berarti Nashrani di dalam al-Qur’ân ada
pada beberapa bentuk yaitu dengan kata نصرانيا dan kata نصارى . kata نصرنيا satu kali pada
surat al-‘Imrân ayat 67. Dan kata نصارى delapan kali pada surat
al-Baqarah yaitu pada ayat 62, 111, dua kali pada ayat 113, dan satu kali
pada ayat 120,135 dan 140. Lima kali pada surat al-Mâidah yaitu pada ayat 14,
18, 51, 69, 82. Satu kali pada surat al-Taubah ayat 30 dan pada surat al-Hajj
ayat 17, Fu’âd Abd al-Bâqiy, al-Mu’jam, ibid., hal. 704
[8] Kata Sâbiûn terulang sebanyak tiga
kali, pada surat al-Baqarah ayat 62, pada surat al-Mâ’idah ayat 69 dan pada
surat al-Hajj ayat 17. Ibid., hal. 399
[9] Sedangkan Majûsi di dalam al-Qur’an hanya disebutkan satu kali,
yaitu pada surat al-Hajj ayat 17.
[10] M. Quraish Shihab, al-Misbah, op, cit., Vol 9, hal 27
[11]Kata Majûsi di dalam al-Qur’an hanya disebutkan satu kali, yaitu
pada surat al-Hajj ayat 17. Fu’âd Abd al-Bâqiy, al-Mu’jam, op, cit., hal.
hal. 605-613
No comments:
Post a Comment