Sunday, September 29, 2019

Non-Muslim dalam al-Qur’an menurut Qurais Sihab


A.  Non-Muslim dalam al-Qur’an 
Sebelum menjelaskan non-Muslim, maka terlebih dahulu dijelaskan siapakah Muslim. Secara etimologi, Islam berasal dari bahasa Arab yang  terambil dari kata سلم  yang berarti selamat dan sentosa. Dari kata ini kemudian dibentuk menjadi kata اسلم yang berarti pemeliharaan dalam keadaan selamat, sentosa, dan berarti pula berserah diri, patuh, tunduk dan taat. Dari kata ini pulalah kata اسلام muncul yaitu اسلم - يسلماسلاما yang mengandung makna selamat, damai, dan patuh kepada allah SWT.[1] Sedangkan secara istilah, Islam menurut Sa’îd Hawwâ’ adalah agama yang dibawa oleh seluruh Nabi dan Rasul, sejak Nabi Adam AS. sampai Nabi Muhammad SAW. yang menjadi penutup risâlah.[2]
Nabi Muhammad SAW. juga pernah mengatakan melalui hadisnya yang diriwayatkan oleh Bukhâri dan Muslim bahwa Islam adalah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. dan Muhammad SAW. adalah rasul-Nya, mendirikan solat dan menunaikan zakat, puasa pada bulan ramadhan, dan menunaikan haji bagi yang mampu.[3]
Kalimat islâm di antaranya terdapat dalam Q.S. Ali Imrân ayat 19 yaitu,
¨bÎ) šúïÏe$!$# yYÏã «!$# ÞO»n=óM}$# 3 $tBur y#n=tF÷z$# šúïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# žwÎ) .`ÏB Ï÷èt/ $tB ãNèduä!%y` ÞOù=Ïèø9$# $Jøót/ óOßgoY÷t/ 3 `tBur öàÿõ3tƒ ÏM»tƒ$t«Î/ «!$#  cÎ*sù ©!$# ßìƒÎŽ|  É>$|¡Ïtø:$# ÇÊÒÈ  
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah SWT. hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah SWT. Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

Menurut M. Quraish Shihâb, kata îslam dalam ayat ini menjelaskan bahwa al-Qur`an tidak pernah mengungkapkan Islam sebagai agama kecuali setelah agama ini sempurna diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Menurutnya tidak keliru jika kata îslam pada ayat ini dipahami sebagai ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW., karena baik dari tinjauan agama maupun sosiologis, itulah nama ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Secara Aqîdah Islȃmiyah siapapun yang mendengar Q.S. Ali Imrân ayat 19 ini dituntut untuk menganut ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. walaupun di sisi Allah SWT. semua agama yang dibawa oleh para rasul adalah Islam, sehingga siapapun sejak Adam AS. hingga akhir zaman yang tidak menganut agama yang sesuai dengan ajaran yang disampaikan oleh rasul-rasul mereka, maka Allah SWT. tidak akan menerimanya.[4]
Berdasarkan pemaparan ini dapat disimpulkan bahwa menurut M. Quraish Shihab Islam sebagai sebuah agama adalah ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW., sehingga setelah kehadiran Islam yang dibawa Nabi Muhammad semua agama sebelumnya yang dibawa oleh para nabi-nabi haruslah mengikuti dan memeluk Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.  
Penjelasan tentang Islam ini dapat menjadi acuan untuk menentukan  siapa saja yang merupakan non-Muslim di dalam al-Qur’an, dengan kata lain, jika Islam adalah ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. maka non-Muslim di dalam al-Qur`an adalah semua orang yang tidak mengakui dan percaya kepada Islam. Lalu jika dihubungkan dengan kehidupan saat ini, maka non-Muslim adalah semua orang yang menganut agama selain Islam.
Ketika menafsirkan Q.S. Al-Hajj ayat 17, M. Quraish Shihȃb menyebutkan bahwa Ahli Kitȃb[5], Yahûdi,[6] Nashrȃni,[7] Shȃbi’ûn,[8] dan Majûsi[9] adalah agama yang dianut oleh masing masing kaum selain Islam.[10]
Selain itu, Kȃfir[11] dan Musyrik[12] juga merupakan bagian dari non-Muslim, karena Kȃfir dan Musyrik terkadang dibedakan Allah SWT. dengan Ahli Kitab dan non-Muslim lainnya. Firman Allah SWT. pada Q.S al-Bayyinah ayat 6.
¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. ô`ÏB È@÷dr& É=»tGÅ3ø9$# tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$#ur Îû Í$tR zO¨Yygy_ tûïÏ$Î#»yz !$pkŽÏù 4 y7Í´¯»s9'ré& öNèd ŽŸ° Ïp­ƒÎŽy9ø9$# ÇÏÈ    
Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.

Menurut M. Quraish Shihab, ayat ini dijadikan sebagai salah satu alasan untuk membedakan antara kaum Musyrik dan Ahli Kitab. Kendati orang-orang Yahudi pada hakikatnya mempersekutukan Allah SWT. juga, yaitu dengan menyatakan bahwa ‘ Uzair adalah anak Tuhan, atau Nashrani yang mengakui bahwa Isa AS. adalah salah satu dari oknum Trinitas.[13]


[1] Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif,  (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 11
[2] Saîd, Hawwâ, al-Islâm, terj. Abdul Hayy, judul asli, al-Islâm,  (Jakarta, I’tishom, 2002), hal. 4
[3] Abuddin Nata, op, cit., hal. 21, hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim
الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله صلى الله عليه و سلم  وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا
                [4] M. Quraish Shihâb, al-Misbah, op, cit, Vol 2, hal. 41
[5] Term Ahli Kitâb berulang dalam al-Qur’ân sebanyak 31 kali. Pada surat al-Baqarah ayat 105 dan 109, pada surat Ali ‘Imrân ayat 64, 65, 69, 70, 71, 72, 75, 98, 99, 110, 113 dan 199, pada surat al-Nisâ’ ayat 123, 153, 159 dan 171, pada surat al-Mâi’dah ayat 15, 19, 59, 65, 68, dan 77, pada surah al-Ankabût ayat 46, pada surat al-Ahzâb ayat 26, pada surat al-Hadîd ayat 29, pada surat al-Hasyar ayat 2 dan 11, pada surat al-Baiyinah ayat 1 dan 6. Fu’âd Abd al-Bâqiy, al-Mu’jam, op, cit., hal. 95. Selain istilah Ahli Kitâb, al-Qur’ân juga memberikan istilah ûtul kitâb dan ûtu nashîban minal kitâb. Istilah ûtul kitâb diulang sebanyak 18 kali. Dalam surat al-Baqarah ayat 101, 144 dan 145. Surat Ali ‘Imrân ayat 19, 20, 100, 186 dan  187. Surat al-Nisâ’ ayat 47 dan 131, pada surah al-Mâ’idah terdapat dua kali pengulangan pada ayat ke 5, ayat 57, pada surah al-Taubah 29, pada surah al-Hadîd ayat 16, dan dalam  surat al-Muddatssir dua kali pengulangan pada ayat ke 31, pada surat al-Baiyinah ayat ke 4. Kata ûtu nashîban minal kitâb sebanyak 3 kali. Dalam surat Ali ‘Imrân ayat 23, al-Nisâ’ ayat 44 dan 51. Ibid., hal. hal. 11-12
[6] Penulis menemukan kata yang berarti Yahudi di dalam al-Qur’ân ada pada beberapa bentuk, yaitu dengan kata  هادوا , اليهود, هودا dan  يهوديا . kata هادوا sebanyak 10 kali, yaitu pada surat al-Baqarah ayat 62, pada surat al-Nisâ’ ayat 46 dan 160, al-Mâ’idah ayat 41, 44 dan 69, surat al-An’âm ayat 146, al-Nahl ayat 118, al-Hajj ayat 17 dan pada surat al-Jum’ah ayat 6.  Dan kata هودا terulang sebanyak dua kali yaitu pada surat al-Baqarah ayat 135 dan 140. Sedangkan kata اليهود terulang sebanyak 7 kali yaitu dua kali pada surat al-Baqarah ayat 113 dan 120, pada surat al-Mâ’idah 18, 51, 64, 82 dan pada surat al-Taubah ayat 30. Sedangkan kata يهوديا hanya terulang satu kali yaitu pada surat Ali-‘Imrân ayat 68. Fu’âd Abd al-Bâqiy, al-Mu’jam, ibid., hal. 739
[7] Penulis menemukan bahwa kata yang berarti Nashrani di dalam al-Qur’ân ada pada beberapa bentuk yaitu dengan kata نصرانيا  dan kata نصارى . kata نصرنيا  satu kali pada surat al-‘Imrân ayat 67. Dan kata نصارى delapan kali pada surat al-Baqarah yaitu pada ayat 62, 111, dua kali pada ayat 113, dan satu kali pada ayat 120,135 dan 140. Lima kali pada surat al-Mâidah yaitu pada ayat 14, 18, 51, 69, 82. Satu kali pada surat al-Taubah ayat 30 dan pada surat al-Hajj ayat 17, Fu’âd Abd al-Bâqiy, al-Mu’jam, ibid., hal. 704
[8] Kata Sâbiûn terulang sebanyak tiga kali, pada surat al-Baqarah ayat 62, pada surat al-Mâ’idah ayat 69 dan pada surat al-Hajj ayat 17. Ibid., hal. 399
[9] Sedangkan Majûsi di dalam al-Qur’an hanya disebutkan satu kali, yaitu pada surat al-Hajj ayat 17.
[10] M. Quraish Shihab, al-Misbah, op, cit.,  Vol 9, hal 27
[11]Kata Majûsi di dalam al-Qur’an hanya disebutkan satu kali, yaitu pada surat al-Hajj ayat 17. Fu’âd Abd al-Bâqiy, al-Mu’jam, op, cit., hal.  hal. 605-613
[12] Kata musyrik disebutkan lebih dari 168 kali dengan sighat yang berbeda, ibid., hal. 379-381  
[13] M. Quraish Shihab, al-Misbah, op, cit., Vol 15, hal 447  

No comments:

Post a Comment