Sunday, September 29, 2019

Kesatuan Sumber Agama Menurut Quraish Shihab



1.     Kesatuan Sumber Agama[2]
Salah satu cara untuk memelihara toleransi antarumat beragama adalah mengetahui titik temu antar agama tersebut. Al-Qur`an pada dasarnya telah memerintahkan kepada manusia untuk mencari persamaan-persamaan atau titik temu agama lain sehingga dapat dijadikan sebagai landasan hidup rukun dan damai dalam suatu masyarakat. Menurut M. Quraish Shihab, ada satu surat di dalam al-Qur`an yang menyebutkan tempat-tempat suci di mana ajaran agama terbesar yang dikenal umat manusia pertama kali muncul secara berdampingan. Surat tersebut adalah surat al-Thin.[3]
ÈûüÏnG9$#ur ÈbqçG÷ƒ¨9$#ur ÇÊÈ   ÍqèÛur tûüÏZÅ ÇËÈ   #x»ydur Ï$s#t7ø9$# ÂúüÏBF{$# ÇÌÈ     
Demi buah Tin dan buah Zaitun, dan demi bukit Sinai dan demi kota Mekah ini yang aman

Menurut M. Quraish Shihab, beberapa pakar al-Qur`an menyebutkan bahwa al-Tin adalah pohon suci di mana Buddha pertama kali menerima wahyu, al-Zaitun adalah gunung dekat al-Quds di mana Isa AS. menerima wahyu dan dari sana pula dia diangkat ke sisi Tuhan, sedangkan Thur al-Sinin adalah tempat Musa AS. menerima Taurat dan bercakap-cakap dengan Tuhan, dan hadza al-Balad al-Amin adalah tempat Nabi Muhammad SAW. pertama kali menerima wahyu.[4] Jika pendapat ini benar, maka menurut M. Quraish Shihab melalui ayat pertama sampai ketiga ini adalah sumpah Allah SWT. dengan tempat-tempat para nabi menerima tuntunan Ilahi, yakni para nabi yang memepunyai pengaruh dan pengikut terbesar dalam masyarakat, yakni pengikut Islam, Kristen, Yahudi, dan Buddha.[5]
Selain pada Q.S. al-Thin, serjana Islam seperti Zuhairi Misrawi dalam bukunya al-Qur’an Kitab Toleransi juga menjelaskan tentang kesatuan dalam tauhid melalui Q.S. Al-Baqarah ayat 213.[6]
tb%x. â¨$¨Z9$# Zp¨Bé& ZoyÏnºur y]yèt7sù ª!$# z`¿ÍhŠÎ;¨Y9$# šúï̍Ïe±u;ãB tûïÍÉYãBur tAtRr&ur ãNßgyètB |=»tGÅ3ø9$# Èd,ysø9$$Î/ zNä3ósuŠÏ9 tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# $yJŠÏù (#qàÿn=tF÷z$# ÏmŠÏù 4 $tBur y#n=tG÷z$# ÏmŠÏù žwÎ) tûïÏ%©!$# çnqè?ré& .`ÏB Ï÷èt/ $tB ÞOßgø?uä!%y` àM»oYÉit6ø9$# $JŠøót/ óOßgoY÷t/ ( yygsù ª!$# šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä $yJÏ9 (#qàÿn=tF÷z$# ÏmŠÏù z`ÏB Èd,ysø9$# ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ 3 ª!$#ur Ïôgtƒ `tB âä!$t±o 4n<Î) :ÞºuŽÅÀ ?LìÉ)tGó¡B ÇËÊÌÈ       
Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.

Menurut M. Quraish Shihab, manusia dahulunya adalah satu, yaitu satu umat dalam kepercayaan tauhid, tetapi setelah itu tidak lagi demikian kerena umat banyak berselisih. Menurutnya ada juga ulama yang berpendapat bahwa dari dulu hingga kini manusia adalah satu umat. Allah SWT. menciptakan mereka sejak dahulu hingga kini hanya dapat hidup jika saling membantu satu sama lainnya.[7]
Dapat disimpulkan bahwa, menurut M. Qurasih Shihab tidak seharusnya manusia saling membenci dan mencaci umat dan agama lain, karena pada dasarnya manusia dahulunya adalah satu dalam ketauhidan, hendaknya manusia saling tolong menolong dan menghargai agama lain untuk mencapai kehidupan yang bahagia.



[1] Setelah mengumpulkan seluruh ayat-ayat yang dianggap tentang toleransi, maka penulis mengklasifikasikannya dalam sebuah sub bab dengan tema Prisnsip-Prinsip Toleransi yang dijelaskan berdasarkan klasifikasi M. Qurasih Shihab.
[2] Tema ini dapat dilihat dalam buku M. Quraish Shihab, Lentera al-Qur`an Kisah dan Hikmah Kehidupan, ( Jakarta: Penertbit Mizan, 2008), hal. 369  
[3] M. Quraish Shihab, Lentera al-Qur`an, ibid., hal. 369
[4] M. Quraish Shihab, Lentera al-Qur`an, ibid
[5] M. Quraish Shihab, al-Misbah, op, cit., Vol 15, hal. 374
[6] Zuhairi al-Mishrâwi, al-Qur’an Kitab Toleransi, op, cit., hal 245
[7] M. Quraish Shihab, al-Misbah, op, cit., Vol 1, hal. 455

No comments:

Post a Comment