Salah satu cara
untuk memelihara toleransi antarumat beragama adalah mengetahui titik temu
antar agama tersebut. Al-Qur`an pada dasarnya telah memerintahkan kepada
manusia untuk mencari persamaan-persamaan atau titik temu agama lain sehingga
dapat dijadikan sebagai landasan hidup rukun dan damai dalam suatu masyarakat.
Menurut M. Quraish Shihab, ada satu surat di dalam al-Qur`an yang menyebutkan
tempat-tempat suci di mana ajaran agama terbesar yang dikenal umat manusia
pertama kali muncul secara berdampingan. Surat tersebut adalah surat al-Thin.[3]
ÈûüÏnG9$#ur
ÈbqçG÷¨9$#ur
ÇÊÈ ÍqèÛur
tûüÏZÅ
ÇËÈ #x»ydur
Ï$s#t7ø9$#
ÂúüÏBF{$#
ÇÌÈ
Demi buah Tin dan buah Zaitun, dan demi bukit Sinai dan
demi kota Mekah ini yang aman
Menurut M.
Quraish Shihab, beberapa pakar al-Qur`an menyebutkan bahwa al-Tin
adalah pohon suci di mana Buddha pertama kali menerima wahyu, al-Zaitun
adalah gunung dekat al-Quds di mana Isa AS. menerima wahyu dan dari sana pula
dia diangkat ke sisi Tuhan, sedangkan Thur al-Sinin adalah tempat
Musa AS. menerima Taurat dan bercakap-cakap dengan Tuhan, dan hadza al-Balad
al-Amin adalah tempat Nabi Muhammad SAW. pertama kali menerima wahyu.[4] Jika pendapat ini benar, maka menurut M.
Quraish Shihab melalui ayat pertama sampai ketiga ini adalah sumpah Allah SWT.
dengan tempat-tempat para nabi menerima tuntunan Ilahi, yakni para nabi yang
memepunyai pengaruh dan pengikut terbesar dalam masyarakat, yakni pengikut
Islam, Kristen, Yahudi, dan Buddha.[5]
Selain pada Q.S.
al-Thin, serjana Islam seperti Zuhairi Misrawi dalam bukunya al-Qur’an Kitab
Toleransi juga menjelaskan tentang kesatuan dalam tauhid melalui Q.S. Al-Baqarah
ayat 213.[6]
tb%x.
â¨$¨Z9$#
Zp¨Bé&
ZoyÏnºur
y]yèt7sù
ª!$#
z`¿ÍhÎ;¨Y9$#
úïÌÏe±u;ãB
tûïÍÉYãBur
tAtRr&ur
ãNßgyètB
|=»tGÅ3ø9$#
Èd,ysø9$$Î/
zNä3ósuÏ9
tû÷üt/
Ĩ$¨Z9$#
$yJÏù
(#qàÿn=tF÷z$#
ÏmÏù
4
$tBur
y#n=tG÷z$#
ÏmÏù
wÎ)
tûïÏ%©!$#
çnqè?ré&
.`ÏB
Ï÷èt/
$tB
ÞOßgø?uä!%y`
àM»oYÉit6ø9$#
$Jøót/
óOßgoY÷t/
(
yygsù
ª!$#
úïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
$yJÏ9
(#qàÿn=tF÷z$#
ÏmÏù
z`ÏB
Èd,ysø9$#
¾ÏmÏRøÎ*Î/
3
ª!$#ur
Ïôgt
`tB
âä!$t±o
4n<Î)
:ÞºuÅÀ
?LìÉ)tGó¡B
ÇËÊÌÈ
Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul
perselisihan), Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan
Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di
antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih
tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab,
Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena
dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang
beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan
kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya
kepada jalan yang lurus.
Menurut M.
Quraish Shihab, manusia dahulunya adalah satu, yaitu satu umat dalam
kepercayaan tauhid, tetapi setelah itu tidak lagi demikian kerena umat banyak
berselisih. Menurutnya ada juga ulama yang berpendapat bahwa dari dulu hingga
kini manusia adalah satu umat. Allah SWT. menciptakan mereka sejak dahulu
hingga kini hanya dapat hidup jika saling membantu satu sama lainnya.[7]
Dapat
disimpulkan bahwa, menurut M. Qurasih Shihab tidak seharusnya manusia saling
membenci dan mencaci umat dan agama lain, karena pada dasarnya manusia
dahulunya adalah satu dalam ketauhidan, hendaknya manusia saling tolong
menolong dan menghargai agama lain untuk mencapai kehidupan yang bahagia.
[1] Setelah mengumpulkan seluruh ayat-ayat yang dianggap tentang toleransi,
maka penulis mengklasifikasikannya dalam sebuah sub bab dengan tema Prisnsip-Prinsip
Toleransi yang dijelaskan berdasarkan klasifikasi M. Qurasih Shihab.
[2] Tema ini dapat dilihat dalam buku M. Quraish
Shihab, Lentera al-Qur`an Kisah dan Hikmah Kehidupan, ( Jakarta:
Penertbit Mizan, 2008), hal. 369
No comments:
Post a Comment