Monday, March 4, 2019

ISTILAH-ISTILAH PEREMPUAN DALAM AL-QUR’AN


ISTILAH-ISTILAH PEREMPUAN DALAM AL-QUR’AN


A.    Istilah-istilah yang Dipakai Al-Qur’an untuk Menyebutkan Perempuan
Ada beberapa istilah yang digunakan al-Qur’an untuk menyebutkan perempuan, yaitu al nisa’, al untsa, al mar’ah, al zawj, al umm, al bint, dan al ukht.
Berikut penjelasan arti dari istilah – istilah tersebut, jumlah ayat dan contoh pemakaiannya dalam al-Qur’an:
1.      Al-Nisa’.
Kata al-nisa’ adalah bentuk jama’dari kata al-mar’ah berarti perempuan yang sudah matang atau dewasa, berbeda dengan kata al-untsa berarti jenis kelamin perempuan secara umum, dari yang masih bayi sampai yang sudah berusia lanjut. Kata al-nisa’  berarti jender perempuan, sepadan dengan kata al-rijal yang berarti jender laki-laki. Padanannya dalam bahasa Inggris adalah woman, lawan dari kata man. Kata ini selain berati jender perempuan juga berarti isteri (al-zawj).[1]
Kata al-nisa’ dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak 59 kali, dalam 16 surat dan 53 ayat dengan berbagai bentuk dalam al-Qur’an[2] dengan kecendrungan pengertian dan maksud sebagai berikut:
a.       Al-Nisa’ dalam arti jender perempuan seperti QS. al Nisa’ [4]: 7
A%y`Ìh=Ïj9 Ò=ŠÅÁtR $£JÏiB x8ts? Èb#t$Î!ºuqø9$# tbqç/tø%F{$#ur Ïä!$|¡ÏiY=Ï9ur Ò=ŠÅÁtR $£JÏiB x8ts? Èb#t$Î!ºuqø9$# šcqç/tø%F{$#ur $£JÏB ¨@s% çm÷ZÏB ÷rr& uŽèYx. 4 $Y7ŠÅÁtR $ZÊrãøÿ¨B ÇÐÈ
Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang Telah ditetapkan.

b.      Al-Nisa’ dalam arti isteri-isteri seperti QS. al-Baqarah [2]: 223
öNä.ät!$|¡ÎS Ó^öym öNä3©9 (#qè?ù'sù öNä3rOöym 4¯Tr& ÷Läê÷¥Ï© ( (#qãBÏds%ur ö/ä3Å¡àÿRL{ 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# (#þqßJn=ôã$#ur Nà6¯Rr& çnqà)»n=B 3 ̍Ïe±o0ur šúüÏZÏB÷sßJø9$# ÇËËÌÈ
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.

Penggunaan kata al- Nisa’ lebih terbatas dari pada penggunaan kata al-Rijal. Kata al-Rijal bisa berarti jender laki-laki, orang, menunjuk kepada pengertian Nabi atau Rasul, tokoh masyarakat, dan budak. Sedangkan kata al-Nisa’ hanya digunakan dalam arti perempuan dan isteri-isteri. Pada umumnya kata al-Nisa’ di dalam al-Qur’an digunakan untuk perempuan yang sudah berkeluarga, seperti perempuan yang sudah nikah (QS. al-Nisa’[4]: 24). Sebagaimana halnya kata al-Imra’ah tidak pernah digunakan untuk
perempuan di bawah umur. Bahkan kedua kata ini lebih banyak digunakan di dalam kaitan tugas reproduksi perempuan.[3]
           
2.      Al- Untsa
            Kata al-untsa berasal dari kata annatsa yang berarti “lemas, lembek (tidak keras), halus”. Kata al- unts pada umumnya mengacu pada faktor biologis. Juga digunakan untuk jenis lain selain manusia seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan. Padanannya dalam bahasa inggris adalah female artinya perempuan atau betina[4]. Penggunaan kata al- unts dalam al-Qur’an terulang sebanyak 29 kali, 17 surat dan 26 ayat dengan berbagai bentuk dengan berbagai bentuk,[5] Seperti firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran [3]: 36
$£Jn=sù $pk÷Jyè|Êur ôMs9$s% Éb>u ÎoTÎ) !$pkçJ÷è|Êur 4Ós\Ré& ª!$#ur ÞOn=÷ær& $yJÎ/ ôMyè|Êur }§øŠs9ur ãx.©%!$# 4Ós\RW{$%x. ( ÎoTÎ)ur $pkçJø£Jy zOtƒötB þÎoTÎ)ur $ydäŠÏãé& šÎ/ $ygtG­ƒÍhèŒur z`ÏB Ç`»sÜø¤±9$# ÉOŠÅ_§9$# ÇÌÏÈ
Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, Sesunguhnya Aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya Aku Telah menamai dia Maryam dan Aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk."


3.      Al-Mar’ah/ al-Imra’ah
Kata al-mar’ah / al-imra’ah berasal dari kata mar’ berarti “baik, bermanfaat”. Dari kata ini lahirlah kata al-mar’ah  yang berarti perempuan dan al-mar’ berarti laki-laki. Kata al- mar’ah dalam al-Qur’an terulang sebanyak 24 kali dalam 15 surat dan 25 ayat dalam berbagai bentuk.[6] Yang selalu diartikan dengan isteri ( al-zaujah), seperti isteri Fir’aun dalam QS. al-Qashash  [28]: 9.
Ms9$s%ur ßNr&tøB$# šcöqtãöÏù ßN§è% &û÷ütã Ík< y7s9ur ( Ÿw çnqè=çFø)s? #Ó|¤tã br& !$oYyèxÿZtƒ ÷rr& ¼çnxÏ­GtR #V$s!ur öNèdur Ÿw šcrããèô±o ÇÒÈ
Dan berkatalah isteri Fir'aun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. janganlah kamu membunuhnya, Mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak", sedang mereka tiada menyadari.


4.      Al-Zawjah (isteri)
      Kata Al-Zawjah sama dengan al-Zawj berasal dari kata zâja-yazûju-zawjan, secara etimologi berarti “menaburkan, menghasut”. Dalam penggunaannya kata al-zawuj biasa diartikan dengan setiap pasangan dari sesuatu yang berpasang-pasangan, laki-laki atau perempuan, jantan atau betina bagi hewan. Dalam kitab-kitab fiqh, isteri disebut zawjah dan suami disebut zawj. Ahli nahw menganggap kata alzawj mempunyai dua arti, yaitu arti muzakkar dan arti muannats.[7] Dalam al-Qur’an kata al-zawj terulang sebanyak 81 kali dalam 39 surat dan 66 ayat dalam berbagai bentuknya. [8]Seperti QS.  Al-A’raf [7]: 19
PyŠ$t«¯»tƒur ô`ä3ó$# |MRr& y7ã_÷ryur sp¨Yyfø9$# Ÿxä3sù ô`ÏB ß]øym $yJçFø¤Ï© Ÿwur $t/tø)s? ÍnÉ»yd notyf¤±9$# $tRqä3tFsù z`ÏB tûüÏHÍ>»©à9$# ÇÊÒÈ

(dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim."


5.       Al-umm (ibu)
      Kata al-Umm berasal dari bahasa Arab amma –yaummu-umman berarti ”bermaksud, menuju, bergerak”. Bentuk jama’nya adalah al-Ummaat al-Ummahaat. Kata al- Umm menurut bahasa berarti “segala sesuatu yang menjadi sumber terujudnya sesuatu, membina,  memperbaiki, dan memulainya disebut ibu”.[9] Dalam al-Qur’an kata al-Umm terulang sebanyak 34 kali dalam berbagai bentuknya pada 22 surat dan 31 ayat,[10] misalnya dalam QS. Al-Qashash [28]: 7
!$uZøŠym÷rr&ur #n<Î) ÏdQé& #ÓyqãB ÷br& ÏmÏèÅÊör& ( #sŒÎ*sù ÏMøÿÅz Ïmøn=tã ÏmŠÉ)ø9r'sù Îû ÉdOuŠø9$# Ÿwur Îû$sƒrB Ÿwur þÎTtøtrB ( $¯RÎ) çnrŠ!#u Å7øs9Î) çnqè=Ïæ%y`ur šÆÏB šúüÎ=yößJø9$# ÇÐÈ    

Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, Karena Sesungguhnya kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari para rasul.


6.       Al-Bint (anak perempuan)
      Kata al-Bint berasal dari akar kata bana-yabni-bina’ berarti ”membangun, membina, menyusun, dan membuat pondasi”. Dari akar kata tersebut lahirlah kata bint (anak perempuan), yang sewazan dengan fi’lun. Jama’nya adalah banat, yang secara khusus menunjuk kepada anak-anak perempuan. Kata al banat dalam  al-Qur’an terulang sebanyak 19 kali  dalam 11 surat dan 14 ayat dalam berbagai bentuk,[11] seperti dalam QS. al-Ahzab [33]: 59.
$pkšr'¯»tƒ ÓÉ<¨Z9$# @è% y7Å_ºurøX{ y7Ï?$uZt/ur Ïä!$|¡ÎSur tûüÏZÏB÷sßJø9$# šúüÏRôム£`ÍköŽn=tã `ÏB £`ÎgÎ6Î6»n=y_ 4 y7Ï9ºsŒ #oT÷Šr& br& z`øùt÷èムŸxsù tûøïsŒ÷sム3 šc%x.ur ª!$# #Yqàÿxî $VJŠÏm§ ÇÎÒÈ
Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.



7.       Al-Ukht (saudara perempuan)
      Kata al-Ukht  artinya saudari jamaknya adalah akhawât, sama dengan al-akh artinya saudara, bentuk jama’nya adalah ikhwah, ukhwah, ikhwan dan akha’. Kata ukht terulang dalam al-Qur’an sebanyak 13 kali dalam 8 surat dan 11 ayat dalam berbagai bentuk,[12] Diantaranya adalah, QS. Maryam [19]: 28
|M÷zé'¯»tƒ tbr㍻yd $tB tb%x. Ï8qç/r& r&tøB$# &äöqy $tBur ôMtR%x. Å7Bé& $|Éót/ ÇËÑÈ

Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina",

Dari beberapa istilah yang digunakan Al-Qur’an untuk menyebut perempuan dapat diketahui bahwa al Nisa’/ al Mar’ah umumnya digunakan al-Qur’an untuk perempuan yang sudah dewasa khususnya yang sudah kawin. Dan lebih banyak berarti isteri. Al Untsa digunakan jika yang hendak diungkap perempuan dari segi biologis. Al zawj yang berarti pasangan, ahli fiqih menyebut istilah zawjah untuk isteri, sedangkan ahli nahwu mengartikan al zawj dengan suami atau isteri. Al Umm bentuk jamaknya ummahat yang berarti ibu. Al Bint yang sewazan dengan fi’lun yang secara khusus berarti anak perempuan. Dan al Ukht yang berarti saudari sama dengan al akh yang berarti saudara.


B.     Nama Perempuan yang Disebutkan Secara Eksplisit dan Inplisit dalam Al-Qur’an
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa tokoh wanita dalam al-Qur’an pada umumnya tidak dipanggil atau disebut dengan namanya yang jelas, tetapi ditampilkan dalam bentuk idhafah, yang menunjuk pada tokoh dan peran tertentu, misalnya imra’ah Fir’aun (QS. al Tahrim [66]: 11), zawj Adam (QS. al Baqarah [2]: 35, ukht Harun (QS. Maryam [19]: 28), umm Musa (QS. al Qashsh [28]: 7), nisa’ al nabi (QS. al Ahzab [33]: 32), imrah Ibrahim (QS. al Zariyat [51]: 29,) ukht Musa (QS. al Qashash [28]: 11), banât Luth (QS. Hud [11]: 78), ibnat Imran (QS. al Tahrim [66]: 120, imrah Imran (QS.ali Imram [3]: 35), imrah al Aziz (QS. Yusuf [12]: 30), imrah Abi Lahab ( QS. al Lahab [111]: 4), Imratay Syu’aib (QS. al Qashash [28]: 23) dan perempuan-perempuan Mesir (QS. Yusuf [12]: 30).
Al-Qur’an menyebut atau memanggil perempuan dengan istilah-istilah tersebut, tidak dengan namanya yang jelas tentu ada tujuan atau hikmah tertentu yang hendak dicapai. Ada beberapa hikmah dari sapaan kepada perempuan ini yaitu, satu, sebutan ini adalah suatu keistimewaan budaya yang penting yang memperlihatkan penghormatan kepada para wanita, prinsip umumnya bahwa wanita harus disapa secara terhormat, dimaksudkan untuk mereka yang membaca al-Qur’an di masa yang berbeda. Dua, penyebutan perempuan dengan identitas atau simbol juga dimaksudkan agar para mufassir selalu mengkaji dan mendalami istilah tersebut disetiap priode, sehingga penafsirannya selalu cocok dan aktual di sepanjang zaman. Tiga hikmah yang lain adalah, karena tabiat perempuan itu pemalu, maka namanyapun disembunyikan dengan menyebutkan nama suaminya seperti, isteri Nabi Nuh, isteri  Nabi Ibrahim, isteri pembesar Mesir.
Satu-satunya nama perempuan yang disebut secara jelas dalam al-Qur’an adalah Maryam binti ‘Imran, ibunda Nabi Isa AS. Maryam artinya adalah wanita yang taat beribadah. Nama Maryam disebutkan dalam al-Qur’an secara jelas sebanyak 34 kali dan tersebar dalam 12 surat,[13] bahkan sebuah surat menggunakan nama Maryam. Kisah-kisah perempuan dalam al-Qur’an yang disebutkan secara langsung maupun tidak langsung secara khusus membicarakan jenis-jenis perempuan berdasarkan amalnya. Kadang-kadang al-Qur’an menunjuk nama yang jelas jika perempuan yang dilukiskannya adalah perempuan ideal, untuk melukiskan perempuan yang tidak baik al-Qur’an tidak pernah menyebut namanya secara langsung. Berikut disebutkan tokoh-tokoh perempuan yang ada dalam al-Qur’an yang disebutkan secara simbolik, yaitu:
Pertama, Istri Fir’aun (QS. al-Tahrim [66]: 11)
šUuŽŸÑur ª!$# WxsVtB šúïÏ%©#Ïj9 (#qãZtB#uä |Nr&tøB$# šcöqtãöÏù øŒÎ) ôMs9$s% Éb>u Èûøó$# Í< x8yYÏã $\F÷t/ Îû Ïp¨Yyfø9$# ÓÍ_ÅngwUur `ÏB šcöqtãöÏù ¾Ï&Î#yJtãur ÓÍ_ÅngwUur šÆÏB ÏQöqs)ø9$# šúüÏJÎ=»©à9$# ÇÊÊÈ 
dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.

Allah SWT mencontohkan istri yang beriman yang memohonkan keselamatan kepada Allah SWT, dan supaya dibangunkan rumah di surga, dia juga bermohon agar terbebas dari perbuatan fir’aun yang kejam. Dengan keimanannya dia mampu berpaling dari kenikmatan dan kemewahan hidup sebagai permaisuri raja di istana yang megah, dia tetap berharap ridha dan pertolongan Rabb-Nya.[14]
Kedua, Ummu Musa. Musa dilahirkan pada waktu Fir’aun sedang membantai semua bayi laki-laki Yahudi. Allah memutuskan bahwa bayi ini akan mengisi jabatan kenabian, hal ini diabadikan dalam QS. al-Qashash [28]: 7-13. Makna yang terpenting dari ayat tersebut adalah al-Qur’an menyatakan bahwa ibu Musa menerima wahyu dengan maksud bahwa ia telah melakukan komunikasi ilahiyah dengan Allah.[15]
Ketiga, istri Nuh As dan Istri Luth As, dalam QS. al Tahrim [66]: 10 dan QS. al A’raf [7]: 83 disebutkan pengkhianatan yang dilakukan oleh istri nabi Nuh as dan istri nabi Luth as adalah dalam bidang dakwah bukan penyelewengan seksual. Status kerasulan dan kenabian suami mereka tidak dapat melindungi mereka dari azab api neraka.[16]
Dari tiga kisah perempuan di atas dapat diketahui bahwa seorang istri raja yang kejam, mampu mempertahankan keimanannya, berpaling dari kemewahan dan kemegahan duniawi dan selalu berharap ridho dengan pertolongan Allah di dunia dan akhirat.
Dan juga kisah  mengenai naluri dan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, yang sangat khawatir tentang keselamatan anaknya dari pembantaian bayi laki-laki.
Selanjutnya kisah dua orang perempuan yang berkhianat kepada suaminya yang hidup dibawah naungan dua orang hamba Allah shaleh yaitu istri Nuh as, istri Luth as. Namun pangkat kenabian dan kerasulan suami mereka tidak dapat melindungi dari azab Allah.
Pembahasan dalam bab kedua dapat dianalisa bahwa pembicaraan al-Qur’an tentang perempuan ada yang jelas menyebut nama dan ada yang berbentuk istilah-istilah. Satu-satunya nama perempuan yang disebut secara jelas dalam al-Qur’an adalah Maryam Putri Imran. Sebutan al-Qur’an untuk perempuan yang berbentuk istilah-istilah adalah al- Nisa’, al-Unsa, al-Mar’ah, al-Zaujah, al-Umm, al-Bint, dan al-Ukht. Kata ­al-Nisa’ dalam al-qur’an diartikan perempuan yang sudah dewasa, pada umumnya diungkapkan al-Qur’an dalam konteks pembicaraan tentang perkawinan, hubungan suami-istri, perceraian, pewarisan dan aurat atau kesopanan.
Sebagaimana kata al-Nisa’, kata al-Mar’ah juga digunakan untuk perempuan yang sudah dewasa atau Isteri, keduanya lebih berorientasi kepada reproduksi perempuan. Kata al-Untsa biasanya diartikan dengan jenis kelamin perempuan mulai dari bayi sampai lanjut usia, tidak punya makna selain yang mengacu kepada faktor biologis. Sedangkan al zawj bisa diartikan dengan sesuatu yang berpasang-pasangan seperti manusia (laki-laki dan perempuan atau suami dan isteri) ataupun hewan (jantan dan betina) dan lain-lain.
Al Umm  jama’nya adalah al ummahât yang berarti segala sesuatu yang menjadi sumber terwujudnya sesuatu, membina, memperbaiki dan memulainya disebut ibu. Kata Al Umm lebih banyak dihubungkan dengan tanggung jawab reproduksi dan pembinaan internal rumah tangga. Sedangakan al ummahât pada umumnya digunakan untuk pengertian ibu-ibu, juga untuk menyebut isteri-isteri nabi sebagai ibu kehormatan. Al Bint  jama’nya al banât artinya secara khusus menunjuk kepada anak-anak perempuan. Al ukht jama’nya akhawât yang berarti saudara perempuan.
Dilihat dari segi jumlah identitas yang digunakan untuk perempuan yang sudah berkeluarga atau sebagai isteri lebih banyak dari pada identitas perempuan sebagai gender atau perempuan yang belum berkeluarga, hal ini menunjukkan bahwa al-Qur’an lebih banyak membicarakan masalah-masalah perempuan yang sudah berkeluarga dari perempuan yang belum berkeluarga. Dan ternyata masalah yang dialami oleh perempuan yang sudah berkeluarga lebih banyak bila dibandingkan dengan masalah yang dialami oleh perempuan yang belum berkeluarga.


[1] Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender, (Jakarata: Paramadina),  th. 2001,  h. 159
[2]  Muhammad Fuad Abdul Baqii, Mu’jam li al Mufahras li al Faazi al-Qur’an al Karim, (Kairo: Dâr al Hadis), th. 1991, h.871, selanjtunya disebut Abdul Baqii. Ayat-ayatnya adalah: QS.  12: 30,50, QS. 2: 222,231,232,235,236,2,223,187,226, QS. 3: 14, 42,61, QS. 4: 1,3,4,7,11,19,22,24,32,34,43,75,97,127,129,176,15,23, QS. 5:6, QS. 7: 81,141,128, QS. 24:60,31, QS. 27: 55,33,30,32,52,59,55, QS. 48: 25, QS. 49: 11, QS. 65: 1,4, QS. 14: 6, QS. 28: 4, QS. 40: 25, QS. 58: 2,3
[3]  Nasaruddin, op cit., h. 164
[4]  Ibid,
[5]  Abdul Baqii, op cit., h. 118-119, ayat-ayatnya adalah QS. 2: 178, QS. 3: 36,195, QS. 4: 124,  11, 176, QS. 13: 8, QS. 16: 57,97, QS. 35: 11, QS. 40: 40, QS. 41:47, QS. 49: 13, QS. 53: 21, 27,45, QS. 75: 39, QS. 92: 3, QS. 6: 143,144, QS. 17: 40, QS. 37: 150, QS. 42: 49, 50, QS. 43: 19
[6] Ibid,  h. 838, ayat-ayatnya adalah QS. 3: 35, 40, QS. 4: 12,128, QS. 12: 30, 51,21, QS. 27: 23,57, QS. 28: 9, 23, QS. 33: 50, QS. 66: 10,11, QS. 11: 81, 71, QS. 29: 33, 32, QS. 7: 83, QS. 15: 60, QS. 51: 29, QS. 111: 4, QS. 19: 5,8, QS. 2: 282
[7] Nasaruddin, op cit., h. 174
[8]  Abdul Baqii, op cit., h. 422-423, ayat-ayatnya adalah QS. 33: 37, 52,6,53,28,59,50,4, QS. 44: 54, QS. 52: 2, QS. 42: 11,50, QS. 81: 7, QS. 4: 20,1,12, QS. 22: 5, QS. 26: 7, 166, QS. 60: 11, QS. 2: 35,230,102,25,234,240,232, QS. 7: 18, 189, QS. 20: 117, 53, QS. 21: 90, QS. 39: 6, QS. 58: 1, QS. 55: 52, QS. 11: 40, QS. 13: 3, 38,23, QS. 40: 8, QS. 15: 88, QS. 23: 27,6, QS. 51: 49, QS. 53: 45, QS. 75: 39, QS. 3: 15, QS. 38: 58, QS. 6: 143, 139, QS. 16:72, QS. 30: 21, QS. 35: 11, QS. 56: 7, QS. 66: 5, 3,1, QS. 78: 8, QS. 36: 36,56, QS. 43: 12,70, QS. 9: 24, QS. 24: 6, QS.37: 22, QS. 25: 74
[9] Nasaruddin, op cit., h. 185
[10] Abdul Baqii, op cit., h. 101-102, ayat-ayatnya adalah QS. 3: 7, QS. 6: 92, QS. 7: 150, QS. 13: 39, QS. 20: 94, 38,40, QS. 28: 7,10,13, 59, QS. 42: 7, QS. 43: 4, QS. 19: 28, QS. 4: 11, 23, QS. 5: 17, 75,116, QS. 23: 59, QS. 31: 14, QS. 46: 15, QS. 80: 35, QS. 101: 9, QS. 16: 78, QS,24: 61, QS. 33: 4,6, QS. 39: 6,QS. 53: 32, QS. 58: 2
[11] Ibid,  h.176, ayat-ayatnya adalah QS. 66: 12, QS. 28: 27, QS. 4: 23, QS. 6: 100, QS. 16: 57, QS. 33: 50,59, QS. 37: 149, 150, QS. 43: 16, QS. 52: 39, QS. 11: 79,78, QS. 15: 71
[12] Ibid, h. 31, ayat-ayatnya adalah QS. 4: 12,23,176, QS. 19: 28, QS. 20: 40, QS. 28: 11, QS. 7: 38, QS. 43: 48, QS. 24: 61,31, QS. 33: 55
[13] Muhammad Fuad Abdul Baqii, Mu’jam li al Mufahras li al Faazi al-Qur’an al Karim, (Kairo: Dâr al Hadis), th. 1991, h. 839. Ayat-ayatnya adalah QS.2: 78,253, QS.3: 36,37,42,43,44,45, QS.4: 156,157,171, QS. 5: 17,17,46,72,75,78,110,112,114,116, QS. 9: 31, QS. 19: 16,27,34, QS. 23:50, QS.33: 7, QS.43: 7, QS.57: 27, QS.61: 6,14, QS.66: 12

[14] Sayyid Quthb, Fi Zilal al Qur’an, Penj. As’ad Yasin dkk, (Jakarta: Gema Insani Press), tahun 2004, jilid 2, h. 328
[15]  Amina Wadud, Qur’an menurut Perempuan, penj. Abdullah Ali, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta), th.  2001, h. 85
[16]  Sayyid Quthb, loc cit.

No comments:

Post a Comment