Friday, April 5, 2019

Biografi al-Alûsiy


A.    Biografi al-Alûsiy
a.      Riwayat Hidup al-Alûsiy
1.      Kelahiran dan Keluarga al-Alûsiy
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Sana Shihab Al-Din Al-Sayyid Mahmud Al-Afandi Al-Alûsiy Al-Baghdadi. Putra terbesar dari Al-Allamah Al-Sayyid Abdullah Afandi. Yang mana nasabnya dari pihak Bapak akan bersambung ke Husein sedangkan dari pihak Ibu akan bersambung               ke Hasan.[1]
Terdapat perbedaan pendapat para sejarahwan pada penisbahan nama           Al-Alusi, sebagian mereka berpendapat bahwa penisbahan ini diambil dari nama seseorang (ألوس ) yang dijadikan nama suatu daerah di sungai Eufrat yaitu antara kota Abu Kamâl dan Ramadîy,[2] sebagian yang lain berpendapat bahwa penisbahan ini diambil dari nama daerah yang disebut Alusah ( ألوسة ) akan tetapi Al-Zarkaliy berpendapat dalam kitab  al A’lam” merupakan penisbahan kepada suatu tempat di Sungai Eufrat yang dijadikan tempat pelarian oleh nenek moyang keluarga ini ketika Tatar menyerang Baghdad.[3]
Beliau lahir dari keluarga besar yang terpelajar Beliau dilahirkan pada hari Jumat tanggal 14 Sya’ban tahun 1217 H/1802 M, di dekat daerah Kurkh, Baghdad, Irak.[4] Beliau seorang ulama Irak yang pernah menjabat mufti Baghdad, maha guru, pemikir, ahli ilmu agama dan ahli berpolemik. Keluarga besar al-Alûsiy merupakan keluarga terpelajar di Baghdad pada abad ke-19. Nama Al-Alûsiy berasal dari kata Alus, suatu tempat di tepi barat Sungai Eufrat, yaitu antara kota Abu Kamal dan kota Ramadi[5] dan wafat pada hari Jum’at tanggal 25 Dzul qo’dah 1270 H/1270 M dan dikuburkan didekat kuburan Al-Syaikh Ma’ruf Al-Khurkiy.[6]
2.      Pendidikan
Pada usia mudanya beliau dibimbing oleh orang tuanya sendiri kemudian Syekh Ali Al-Suwaidiy dan syekh Kholid Al-Naqsabandi, dari guru yang terakhir inilah beliau belajar tasawuf. Maka wajar dari uraian sebagian tafsirnya, beliau memasukkan perspektif sufistik sebagai upaya untuk menguak makna batin (esoteris). Beliau sangat kuat hapalannya dan brilian otaknya, beliau mulai aktif belajar dan menulis sejak usia 13 tahun, seakan beliau tidak ada perasaan malas dan bosan dalam belajar sebagaimana pernyataannya:
سهري لتنقيح العلوم ألذ لي      من وصل غانية وطيب عناق
begadangku untuk menghasilkan ilmu ringan bagiku, untuk bertemu dengan Yang Mahakaya dan indahnya pelukan-Nya[7]

3.      Karir Al-Alûsiy 
Al-Alûsiy pernah menjabat sebagai Mufti Baghdad. Ia memiliki pengetahuan yang luas baik dalam bidang ‘aqli maupun naqli. Al-Alûsiy juga seorang mahaguru, pemikir dan ahli berpolemik. Pada tahun 1248 H beliau diangkat sebagai mufti hanafiyah setelah sebulan sebelumnya diangkat menjadi wali wakaf di Madrasah    al-Marjaniyah, namun kemudian pada tahun 1263 H beliau melepaskan jabatan dan lebih memilih menyibukkan diri untuk menafsirkan al-Quran. Setelah karya tersebut selesai, lalu pergi ke Konstantinopel pada tahun 1267 H dan memperlihatkan karyanya kepada Sultan ‘Abdul Majid Khan dan menunjukkan tafsirnya. Ternyata mendapatkan apresiasi dari Sultan.[8]Kemudian ia tinggal disana  beberapa lama dan akhirnya kembali ke Baghdad pada tahun 1269.[9]
b.      Karya-karya al-Alûsiy dan Pemikirannya
Sejak lama Al-Alûsiy ingin menuangkan buah pikirannya ke dalam sebuah kitab. Namun karena merasa belum mampu dan kurangnya kesempatan, keinginan tersebut belum dapat terwujud. Hingga pada suatu Malam Jum’at di bulan Rajab tahun 1252 H.  beliau bermimpi diperintah Allah SWT untuk melipat langit dan bumi. Kemudian (masih dalam keadaan mimpi) beliau mengangkat satu tangan ke arah langit dan satu tangan ke tempat mata air, kemudian beliau terbangun. Setelah dicari, ternyata tafsir mimpi beliau adalah bahwa beliau diperintah mengarang sebuah kitab tafsir. Maka mulailah beliau mengarang pada tanggal 16 Sya’ban 1252 H, pada waktu beliau berusia 34 tahun pada zaman pemerintahan Sultan Mahmud Khan bin Sulthan Abdul Hamid Khan.[10]
Setelah kitab ini selesai disusun, beliau mendapat kesulitan dalam memberikan nama yang sesuai. Akhirnya beliau melaporkan hal ini kepada Perdana Menteri Ali Ridha Pasha. Secara sepontan beliau memberinya nama  Ruh al-Ma’ani Fi Tafsir al-Qur’an     al-Azhim wa al Sab’ al-Masani.[11]
Secara akademis, Al-Alûsiy relatif sangat produktif. Tidaklah berlebihan jika      Al-Alûsiy dijuluki dengan hujjatul Udaba’ sebagai rujukan para ulama pada zamannya. Keilmuannya dapat terlihat dari karya-karyanya antara lain:
Al-Alûsiy meninggalkan banyak karya-karya yang berharga, diantaranya:
1.      Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al Quran al-‘Azhim wa al Sab’u al-Masani
2.      Al-Ajwibah al ‘Iraqiyyah ‘an al As’ilah al Iraniyyah
3.      Nahju al Salamah ila Mabahis al Imamah
4.      Hasyiyah Syarh al Qithri
5.      Al Ajwibah al ‘Iraqiyyah ‘an al As’ilah al Lahuriyyah
6.      Al Nafahat al Qudsiyyah fi Radd ‘ala al Imamiyyah
7.      Syarhu al Burhan fi Itha’ati al Sulthan
8.      Nasywah al Syumul fi al Safar ila Islambul
9.      Nasywah al Madam fi al ‘Audah ila Madinah al Salam
10.  Syajarah al Azhar wa Nuwar al Azhar
11.  Daqa’iq al Tafsir
12.  Safarah al Dzad li Safarah al Jihad
13.  Bulughu al Maram min Hilli Kalami ibn ‘Ishsham
14.  Syarhu sullam al ‘Uruj
15.  Muqaddimat al Alusi[12]


[1] Jibril Muhammad Sa’id (selanjutnya disebut Jibril Muhammad), Madkhal ila Manâhij al-Mufasirîn (Kairo: Muasasah Jamal al-Tiba’ah wa al- I’lam, tth) h. 215
[2] Shalah  Abd fattah Al-Khalidiy (selanjutnya disebut Al-Khalidiy), Ta’rif al-Darisin bi Manhij                 al-Mufassirin,(Dimasq : Dar al-Qalam,2002), h.459 
[3] Kota ini merupakan salah satu pusat kebudayaan  dan pereadaban Islam di samping Basrah, Damaskus, Jundisapur, Cordova dan Granada. Tokoh-tokoh intelektual banyak bermunculan disini. Diantaranya adalah Al-Kindiy, Al-farabi, Ibn Sina, Al-Ghazali, Abu Hanifah, Syafi’i, Ahmad bin Hanbal, dan lain-lain. 
66Hamim Ilyas, Studi Kitab Tafsir (Jogjakarta:Teras, 2004), h. 153
[5]Hafiz Basuki, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hove, 1993), jilid V h. 130.
[6] Muhammad Husein al-Dzahabi, al-Tafsir wa al-Mufassir, (Kairo : Dar al-Hadits, 2005)h. 300
[7]  Muhammad Husein al-Dzahabi. Op.cit.h. 353
[8] Ibid, h. 301
[9]Al-Khalidiy, op.cit,h. 495
[10] Al-Khalidiy ,Ibid, h.301
[11]Ibid, h.302-303
[12] Muhammad Ali Iyazi, al-Mufasirun Hayatuhum wa Manhajuhum (Teheran : Mua’sasah        al-Tiba’ah wa al-Masyur Mizarah al-Sakofah wa Irsyad al-Islami, 1313 H.), h. 481

No comments:

Post a Comment