I’JAZ
‘ILMI AL-QUR’AN
A. Pendahuluan
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam yang
diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat jibril untuk
disampaikan dan diajarkan kepada umat manusia. Bila al-Qur’an dihubungkan
dengan konteks kemu’jizatan berarti al-Qur’an adalah kalam Allah yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad yang memiliki kekuatan yang luar biasa yang
tidak dapat ditandingi oleh manusia untuk membuat seperti al-Qur’an bahkan satu
surat sekalipun atau satu ayat pun meski mereka berupaya bekerja sama saling
tolong menolong dalam mewujudkannya.
Hal ini telah terbukti, dimana orang-orang Arab yang
ahli dalam bahasa dan sastra tidak bisa menandingi kehebatan susunan al-Qur’an.
Karena al-Qur’an mengungguli semua yang dilontarkan oleh orang yang meragukan
risalah Nabi Muhammad saw.
Al-Qur’an diantaranya berisi tentang hal-hal yang
gaib, peristiwa-peristiwa yang akan terjadi serta berisi tentang ilmu
pengetahuan yang berguna bagi kehidupan manusia sepanjang masa yang merupakan I’jaz
Ilmi al-Qur’an.
I’jaz ‘Ilmi al-Qur’an merupakan
pesan-pesan, prinsip-prinsip keilmuan serta menjadi inspirasi dan motivasi yang
mendorong manusia untuk berfikir yang menambah keyakinan kepada kebenaran
al-Qur’an serta menjadi bukti bahwa al-Qur’an sebagai kitab pengangan sepanjang
zaman.
B. Pengertian I’Jaz ‘Ilmi Al_Qur’an
Kata mu’jizat terambil dari kata bahasa Arab اعجز (a’jaza) yang berarti “melemahkan atau
menjadikan tidak mampu”. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai Mu’jiz dan
bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam
lawan, maka dia dinamai mu’jizat.[1]. “al-I’jaaz” ialah itsbaatul ‘ajaz” artinya
menetapkan bahwa ia melemahkan lawannya, al-‘ajazu ialah Dhiddhul al-qudrati,
artinya kebalikan dari mampu, yaitu tidak dapat melakukan sesuatu.[2]
Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah swt.
… ßN÷yftãr& ÷br& tbqä.r& @÷WÏB #x»yd É>#{äóø9$# yͺuré'sù nouäöqy ÓÅr& ( … ÇÌÊÈ
Artinya
: “Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat
menguburkan mayat saudaraku ini?”[3](QS.
Al-Maidah:31)
Mu’jizat didefinisikan oleh pakar agama Islam,
antara lain, sebagai suatu hal atau peristiwa luarbiasa yang terjadi melalui
seorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada
yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan yang serupa, namun mereka tidak
mampu melayani tantangan itu.[4]
H. Hasan Zaini menjelaskan bahwa I’jaz (mu’jizat) itu penekanannya
adalah kepada kelemahan orang untuk mendatangkan yang sepertinya, tetapi
tujuannya bukanlah semata-mata untuk melemahkan. Melainkan juga untuk
menampakkan kebenaran kitab itu sendiri dan kebenaran Rasul pembawanya. Hal ini
sudah dimaklumi oleh setiap orang yang berakal, karena memang sejak dahulu
sampai sekarang dan bahkan yang akan datang tidak seorang pun yang sanggup
menandinginya ,[5]
sebagaimana berulang-ulang dijelaskan oleh Allah SWT. dalam firman-Nya. Diantaranya adalah :
@è% ÈûÈõ©9 ÏMyèyJtGô_$# ߧRM}$# `Éfø9$#ur #n?tã br& (#qè?ù't È@÷VÏJÎ/ #x»yd Èb#uäöà)ø9$# w tbqè?ù't ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ öqs9ur c%x. öNåkÝÕ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 #ZÎgsß ÇÑÑÈ
Artinya
: “Katakannlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat
yang serupa dengan Dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi
sebagian yang lain.” [6]
(QS. Al-Isra’ : 88)
Kata “al-‘Ilmiy”
adalah Al-Mukhtashshu bil ‘Ilmi, artinya
mengenai/berdasarkan ilmu pengetahuan.[7]
Hasan Zaini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan I’jaz Ilmi al-Qur’an adalah
:
الاعجاز العلم فهم اخبار القران
الكريم بحقيقة اثباتها العلم التجريي اخير او ثبت عدم امكان ادراكها بالوساءل
البشرية زمن رسول الله صلعم
“Pemberitaan
al-Qur’an al-Karim menurut hakikat, lalu dikuatkan oleh tajribi (eksperimen)
yang baik yang menetapkan bahwa manusia tidak mungkin mendapatkannya dengan
perantara manusia pada masa Rasulullah saw.”
Dengan demikian, yang dimaksud dengan “I’jaz Ilmi al-Qur’an” adalah pemberitaan al-Qur’an sebagai kitab suci tentang hakikat sesuatu
yang dapat dibuktikan oleh ilmu eksperimental yang pada saat itu belum tercapai
oleh manusia karena keterbatan sarana. Hal ini merupakan bukti yang menjelaskan
kebenaran Nabi Muhammad SAW. sebagai seorang Rasul tentang apa yang diwahyukan
Allah SWT. Dengan menampakkan kelemahan orang-orang kafir Quraisy untuk menghadapi mu’jizatnya yang
abadi[8],
yaitu al-Qur’anul karim.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT.
÷bÎ) uqèd wÎ) Öø.Ï tûüÏHs>»yèù=Ïj9 ÇÑÐÈ £`ßJn=÷ètGs9ur ¼çnr't7tR y÷èt/ ¥úüÏm ÇÑÑÈ
Artinya
: “Al-qur’an ini tidak lain hanya peringatan bagi semesta alam. Dan
sesungguhnya kamu akan mengetahui
(kebenaran ) berita al-Qur’an setelah beberapa waktu lagi.” [9]
(QS. Shaad : 87-88)
Èe@ä3Ïj9 :*t7tR @s)tGó¡B 4 t$ôqyur tbqßJn=÷ès? ÇÏÐÈ
Artinya
: “Untuk setiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu)
terjadinya dan kelak kamu akan
mengetahui.” [10](QS.
Al-An’am : 67)
Ayat tersebut
di atas mengisyaratkan bahwa Allah menhendaki menjadikan setiap berita dalam
waktu tertentu akan menjadi nyata. Kebenaran berita-berita Al-Qur’an ada yang
terlaksana di dunia seperti kebenaran janji Allah kepada orang-orang mukmin
bahwa mereka akan menang dalam peperangan dengan kaum musyrikin, dan ada yang terlaksana di akhirat seperti kebenaran janji
Allah tentang balasan atau perhitungan yang akan dilaksanakan kepada manusia.
Ibnu Jarir ath-Thabari berpendapat, bahwa setip
berita itu pada waktu terjadi, yaitu kepastian ketika berita itu menjadi pasti,
dan batas proses itu agar kebenaran dan kesalahannya menjadi nyata dan begitu
pula kebohongan dan kebathilannya.
C. Pesan-Pesan tentang Prinsip-Prinsip Keilmuan dan
Motivasi Berfikir dalam Al-Qur’an
Pandangan al-Qur’an
tentang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diketahui
prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu yang pertama kali diterima oleh nabi Muhammad
SAW, yaitu surat al-Alaq ayat 1-5 :
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Artinya
: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.”[11]
M. Quraish Shihab menjelaskan, wahyu pertama ini
tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena al-Qur’an menghendaki membaca
apa saja selama membaca tersebut bismirobbika
dalam arti bermamfaat bagi manusia. Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dan
dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu. Bacalah alam dan tanda-tanda zama,
sejarah maupun diri sendiri yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Jadi,
objek perintah iqra’ mencakup
segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.[12]
Pengulangan perintah membaca para wahyu pertama
bukan sekedar menunjukkan bahwa kecakapan membaca itu akan diperoleh kecuali
dengan mengulang-ulang bacaan tersebut, tetapi hal ini mengisyaratkan bahwa
mengulang bacaan bismirobbika (demi
Allah) akan menghasilkan wawasan baru.
Selanjutnya wahyu pertama mengisyaratkan bahwa ada
dua cara perolehan dan pengembangan ilmu yaitu Allah mengajar manusia dengan
perantra pena yang telah diketahui manusia lain sebelumnya, dan mengajarkan
manusia (tanpa pena) yang belum diketahuinya. Cara pertama adalah mengajarkan
dengan alat atau atas dasar usaha manusia. Cara kedua adalah tanpa alat dan
tanpa usaha manusia. Walaupun berbeda, keduanya berasal dari satu sumber, yaitu
Allah SWT. [13]
A.Chaerudji Abd.Chalik menjelaskan, “ diantara
kemu’jizatan al-qur’an adalah terdapatnya beberapa ayat yang sesuai atau
sejalan dengan ilmu pengetahuan yang telah dikemukakan oleh ilmuan-ilmuan
dizaman modern sekarang ini. Hal ini menunjukkan bahwa al_Quran itu betul-betul
wahyu dari Allah dan bukan ciptaan Muhammad SAW. yang diduga oleh kaum
orentalis selama ini.[14]
Al-Qur’an sebagai petunjuk dalam kehidupan umat sangat
menekankan kepentingan ilmu pengetahuan. alQur’an memberikan pertanyaan yang
merupakan ujian kepada masyarakat, seperti firmanNYA
÷LäêRr'¯»yd ÏäIwàs¯»yd óOçFôfyf»ym $yJÏù Nä3s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ zNÎ=sù cq`!$ysè? $yJÏù }§øs9 Nä3s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ 4 ª!$#ur ãNn=÷èt óOçFRr&ur w tbqßJn=÷ès? ÇÏÏÈ
Artinya:
“Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah membantah tentang hal yang
kamu ketahui, Maka kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu
ketahui? Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” [15]
(QS. Ali Imran: 66)
Hasan Zaini menjelaskan, ayat di atas merupakan
kritikan terhadap umat yang berbicara atau membantah sesuatu persoalan tanpa
adanya data objektif lagi ilmiah yang berkaitan dengan persoalan tersebut.
Ayat-ayat semacam inilah yang kemudian membentuk iklim baru dalam masyarakat
yang dapat mendorong kemajuan ilmu pengetahuan.[16]
M. Quraish Shihab menyebutkan “Mewujudkan iklim ilmu
pengetahuan jauh lebih penting dari pada menemuan teori ilmiah, karena tanpa
wujudnya iklim ilmu pengetahuan, para ahli yang menemukan teori tersebut akan
mengalami nasib seperti Galileo yang menjadi korban dari hasil penemuannya.[17]
Al-Qur’an juga telah mendorong manusia seluruhnya
untuk mempergunakan akal pikirannya serta menambah ilmu pengetahuannya sebisa
mungkin. Kemudian juga menjadikan observasi atas alam semesta sebagai alat
untuk percaya kepada setiap penemuan baru atau teori ilmiah, sehingga mereka
dapat mencarikan dalilnya dalam al-Qur’an untuk dibenarkan atau dibantahnya.[18]
Dengan demikian, kemu’jizatan al-Qur’an bukan terletak dalam cakupan
teori-teori ilmiah, tetapi memotivasi manusia untuk selalu berfikir menggunakan
nalar.[19]
Pandangan
terhadap persoalan-persoalan ilmiah silih berganti, bukan saja dalam lapangan
pembahasan satu ilmu saja, tetapi terutama juga dalam teori-teori setiap cabgan
ilmu pengetahuan. Misalnya, dahulu segala sesuatu diterangkan dalam konsep
materi (istilah-istilah kebendaan) sampai-sampai manusiapun hendak
dikategorikan dalam konsep itu. Tetapi sekarang kita dapati psikologi yang
membahas mengenai jiwa, budi dan semangat, dan lain-lain telah mengambil tempat
tersendiri dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Hasan Zaini berkesimpulan bahwa ilmu pengetahuan
hanya melihat dan menilik, bukan menetapkan. Ia melukiskan fakta-fakta,
objek-objek dan fenomena-fenomena yang delihat dengan mata seorang ilmuan yang
secara kodrat mempunyai sifat pelupa dan keliru, sehingga apa yang dikatakan
oleh ilmuan sebagai suatu yang benar (kebenaran ilmiah) sebenarnya hanya
merupakan suatu hal yang relative dan mengandung arti yang sangat terbatas.[20]
Perlu juga difahami sebagaimana yang di jelaskan
oleh M. Qurash Shihab, ia menyebutkan: “ Ada sekian kebenaran ilmiah yang
dipaparkan oleh al-Qur’an, tetapi tujuan pemaparan ayat-ayat tersebut adalah
untuk menunjukkan kebesaran Tuhan dan ke-Esa-anNya, serta mendorong manusia
seluruhnya untuk mengadakan observasi dan
penelitian demi lebih menguatkan iman dan kepercayaan kepadaNYA.[21]
D. Mu’jizat Ilmiah Sebagai Bukti Al-Qur’an Sebagai Pegangan Sepanjang Zaman
Alqur’an banyak mengandung isyarat-isyarat ilmiah,
bahkan fakta-fakta ilmiah yang bersifat I’jaz petunjuk dan pengangan umat
sepanjang zaman. Dalam bukunya “Mu’jizat al-Qur’an M. Qurash Shihab menyebutkan
beberapa isyarat-isyarat ilmiah yang dipaparkan dalam al-Qur’an,[22]
yaitu:
1. Ihwal
Reproduksi Manusia
Al-Qur’an
berbicara panjang lebar tentang menusia, dan salah satu yang diuraikannya
adalah tentang reproduksi manusia, serta tahap-tahap yang dilaluinya hingga
tercipta sebagai manusia ciptaan Tuhan yang lain dari yang lain. Diantaranya
ayat yang berbicara tentang sperma (mani), yaitu:
Ü=|¡øtsr& ß`»|¡RM}$# br& x8uøIã ´ß ÇÌÏÈ óOs9r& à7t ZpxÿôÜçR `ÏiB %cÓÍ_¨B 4Óo_ôJã ÇÌÐÈ §NèO tb%x. Zps)n=tæ t,n=yÜsù 3§q|¡sù ÇÌÑÈ @yèpgmú çm÷ZÏB Èû÷üy_÷r¨9$# tx.©%!$# #Ós\RW{$#ur ÇÌÒÈ
Artinya
:” Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggung jawaban)? Bukankah Dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke
dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah
menciptakannya, dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan daripadanya
sepasang: laki-laki dan perempuan.”[23](QS.
Al-Qiyamah:36-39)
Selanjutnya,
dalam ayat lain juga terdapat isyarat-isyarat tentang peranan sperma dalam
menentukan jenis kelamin anak, misalnya firman Allah dalam surat al-Baqarah
ayat 223, sebagai berikut:
öNä.ät!$|¡ÎS Ó^öym öNä3©9 (#qè?ù'sù öNä3rOöym 4¯Tr& ÷Läê÷¥Ï© (
(#qãBÏds%ur ö/ä3Å¡àÿRL{ 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# (#þqßJn=ôã$#ur Nà6¯Rr& çnqà)»n=B 3
ÌÏe±o0ur úüÏZÏB÷sßJø9$# ÇËËÌÈ
Artinya
: Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka
datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan
kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira
orang-orang yang beriman.[24](QR.
Al-Baqarah:223)
2. Ihwal
Kejadian Alam Semesta
Al-Qur’an
juga mengisyaratkan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan
melalui firmanNya dalam surat Al-Anbiya’ ayat 30:
óOs9urr& tt tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( xsùr& tbqãZÏB÷sã ÇÌÉÈ
Artinya:
Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah
mereka tiada juga beriman?[25]
Al-Qur’an
tidak menjelaskan bagaimana terjadinya pemisahan itu, namun apa yang
dikemukakan di atas tentang keterpaduan alam semesta kemudian pemisahannya dibenarkan oleh observasi para ilmuan.
Observasi
Edwin P. Hubble (1889-1953) melalui teropong bintang raksasa pada tahun 1929
menunjukkan adanya pemuaian alam semesta. Ini berarti bahwa alam semesta
berekspansi (sejalan dengan surat Adz-Dzariyat ayat 47) bukannya statis seperti
anggapanEinstein (1879-1955).[26]
Menurut
Fisikawan Rusia George Gamow (1904-1968), ekspansi itu melahirkan sekitar
seratus miliar galaksi yang masing-masing rata-rata memiliki seratus miliar
bintang. Tetapi sebelumnya, bila ditarik kebelakang semuanya merupakan satu
gumpalan yang terdiri dari neutron. Gumpalan itulah yang meledak dan yang
dikenal dengan istilah Big Bang.[27]
3. Ihwal
Pemisahan Dua Laut
Tentang
hal ini al-Qur’an mengisyaratkan dalam
surat al-Furqan ayat 53:
uqèdur Ï%©!$# ylttB Ç`÷tóst7ø9$# #x»yd Ò>õtã ÔN#tèù #x»ydur ìxù=ÏB Ól%y`é& @yèy_ur $yJåks]÷t/ %Y{yöt/ #\ôfÏmur #Yqàføt¤C ÇÎÌÈ
Artinya:
“Dan
Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar
lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya
dinding dan batas yang menghalangi.”
Secara sepintas ada yang berpendapat bahwa
pemisah yang terdapat dalam ayat tersebut adalah diciptakannya oleh Allah laut
lebih besar dan banyak airnya dari sungai, dan pada saat yang sama di
lokasi-lokasi pertemuan laut dan sugai itu, laut diciptakan dalam posisi yang
lebih rendah dari sungai, sehingga ia tidak dapat bercampur dengan air sungai,
sedangkan air sungai karena lebih sedikit dibandingkan dengan air laut, maka
walaupun posisinya lebih tinggi namun ia tidak dapat menjadikan air laut itu
tawar dan segar.
Pendapat
ini kemudian ditinjau kembali, khususnya setelah kemajuan-kemajuan yang telah
dicapai oleh manusia dalam bidang ilmu kelautan. Pada tahun 1873, para pakar
ilmu kelautan dengan menggunakan kapal “Challenger” (kapal berkebangsaan
Inggris), menemukan perbedaan cirri-ciri laut dari segi kadar garam,
temperature, jenis ikan/ binatang, dan sebagainya. Namun demikian pertanyaan
yang tetap muncul adalah mengapa air tersebut didak bercampur dan menyatu?
Jawabannya
baru ditemukan pada tahun 1984, setelah penelitian yang lebih seksama
menyangkut samudera. Rupanya perbedaan-perbedaan yang mendasar yang disebutkan
di atas menjadikan setiap jenis air berkelompok dengan sendirinya dalam bentu
tertentu terpisah dari jenis yang lain, betapapun ia mengalir jauh.gambar-gambar
dari ruang angkasa pada akhir abad ke- 20 ini menunjukkan dengan sangat jelas
adanya batasan-batasan air di Laut Tengah yang panas dan sangat asin, dan
Samudera Atlantik yang temperature airnya lebih dingin serta kadar garamnya
lebih rendah. Batas-batas itu juga terlihat di Laut Merah dan Teluk Eden.
Muhammad
Ibrahim As-Sumaih-guru besar pada fakultas Sains, jurusan Ilmu Kelautan
Universitas Qatar- dalam penelitian yang dilakukan di Teluk Oman dan Tluk
Persia (1984-1988), melalui sebuah kapal peneliti, menemukan perbedaan rinci
dengan angka-angka dan gambar-gambar pada kedua teluk tersebut. Penelitiannya
menemukan adanya daerah antara kedua teluk tersebut yang dinamai mixed water
area atau daerah barzakh (dalam istilah al-Qur’an surat al-Furqan ayat
53). Hasil penelitiannya juga menemukan ada dua tingkat air pada are tersebut. Pertama,
tingkat permukaan yang bersumber dari Teluk Oman, dan kedua, tingkat
bahwa yang bersumber dari Teluk Persia. Adapun area yang jauh dari mixed
water area itu, tingkat airnya seragam.
Garis
pemisah atau barzakh yang
memisahkan kedua tingkat pada mixed water area tersebut berupa daya
tarik stabil (gravitational stability) yang terdapat pada kedua tingkat
tersebut sehingga menghalangi percampuran dan pembaurannya. Garis pemisah
tersebut terdapat pada kedalaman 10 hingga 50 meter, kalau pertemuan air itu
secara horizontal.
4. Ihwal
Awan dan Proses Terjadinya Hujan
Di
dalam Al-Qur’an surat an-Nur ayat 43 Allah SWT. berfirman:
óOs9r& ts? ¨br& ©!$# ÓÅe÷ã $\/$ptx §NèO ß#Ïj9xsã ¼çmuZ÷t/ §NèO ¼ã&é#yèøgs $YB%x.â utIsù Xôtqø9$# ßlãøs ô`ÏB ¾Ï&Î#»n=Åz ãAÍit\ãur z`ÏB Ïä!$uK¡¡9$# `ÏB 5A$t7Å_ $pkÏù .`ÏB 7tt/ Ü=ÅÁãsù ¾ÏmÎ/ `tB âä!$t±o ¼çmèùÎóÇtur `tã `¨B âä!$t±o ( ß%s3t $uZy ¾ÏmÏ%öt/ Ü=ydõt Ì»|Áö/F{$$Î/ ÇÍÌÈ
Artinya:
“Tidaklah
kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara
(bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, Maka kelihatanlah
olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan
(butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti)
gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan
kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkan penglihatan. “(QS.
An-Nur: 43)
Proses
turunnya hujan dimulai dari pembentukan awan tebal karena adanya dorongan angin
sedikit demi sedikit. Para ilmuan menjelaskan bahwa awan tebal mermula dari
dorongan angin yang menggiring kawanan awan kecil menuju ke convergence zone
(daerah pusat pertemuan awan). Pergerakan bagian-bagian awan ini
menyebabkan bertambahnya jumlah uap air dalam perjalananya terutama di sekitar convergence zone itu.
Ayat
di atas juga menginformasikan bahwa angin berfungsi mengumpulkan bagian-bagian
awan tersebut. Dalam ayat lain dijelaskan:
$uZù=yör&ur yx»tÌh9$# yxÏ%ºuqs9 $uZø9tRr'sù z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB çnqßJä3»oYøs)ór'sù !$tBur óOçFRr& ¼çms9 tûüÏRÌ»s¿2 ÇËËÈ
Artinya: Dan Kami
telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan
hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali
bukanlah kamu yang menyimpannya.(QS. Al-Hijr: 22)
Kata mengumpulkan dalam ayat an-Nur di atas sama maksudnya dan
ditafsirkan caranya oleh kata mengawinkan dalan ayat al-Hijr ini. Itu
berarti bahwa ada awan positif dan awan negative yang digabung oleh angin
sehingga menurunkan hujan, tanpa keberadaan keduanya hujan tidak dapat turun.
Dalam ayat an-Nur di atas juga
diinformasikan bahwa butiran-butiran es turun dari langit. Buturan-butiran itu
yang menjadi sebab terjadinya kilat. Para ilmuan menjelaskan bahwa, dalam
kondisi arus udara yang sangat tinggi dan membumbung di dalam awan yang
mengandung hujan, dan sebgai akibat perbedaan kecepatan titik embun sangat
dingin dan butiran-butiran embun (es) maka terjadilah tabrakan yang
mengakibatkan berubahnya titik yang sangat dingin itu menjadi es (salju) yang
menutupi butiran-butiran embun (es) yang terus membesar hingga beratnyapun
bertambah dan tidak mampu terbawa oleh arus puncak, sehingga jatuh menimpa
siapa dan apa pun yang ada di permukaan bumi, dima ia jatuh.
5. Ihwal
Gunung
Firman
Allah dalam al-Qur’an surat an-Naml ayat 88:
ts?ur tA$t7Ågø:$# $pkâ:|¡øtrB ZoyÏB%y` }Édur ßJs? §tB É>$ys¡¡9$# 4 yì÷Yß¹ «!$# üÏ%©!$# z`s)ø?r& ¨@ä. >äóÓx« 4 ¼çm¯RÎ) 7Î7yz $yJÎ/ cqè=yèøÿs? ÇÑÑÈ
Artinya:
Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka Dia tetap di tempatnya,
Padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang
membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.
Dari
hasil rekaman satelit diperoleh bukti bahwa Jazirah Arab beserta
gunung-gunungnya bergerak mendekati Irak beberapa sentimeter setiap tahunnya.
Sebelumnya sekitar lima juta tahun yang lalu Jazirah Arab bergerak memisahkan
diri dari Afrika dan membentuk Laut Merah. Sekitar daerah Somalia sepanjang
pantai Timur ke selatan saat ini berada dalam proses pemisahan yang lamban dan
telah membentuk “Lembah Belah” yang
membujur keselatan melalui deretan Danau Afrika. M. Quraish Shihab menyimpulkan
“itulah yang dimaksud oleh ayat di atas dengan berjalannya gunung-gunung
sebagaimana berjalannya awan.
6. Ihwal
Pohon Hijau (tumbuh-tumbuhan)
Ï%©!$# @yèy_ /ä3s9 z`ÏiB Ìyf¤±9$# Î|Ø÷zF{$# #Y$tR !#sÎ*sù OçFRr& çm÷ZÏiB tbrßÏ%qè? ÇÑÉÈ
Artinya:
Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, Maka tiba-tiba
kamu nyalakan (api) dari kayu itu". (QS. Yasin:80)
Yang
dimaksud dengan kata الشجر الاخضر pada ayat di
atas adalah
“Zat hijau daun” atau yang dikenal dengan nama Cholorofhiyll. Allah
menjadikan dari pohon yang hijau suatu energy.
Dalam
plasma sel tumbuh-tumbuhan terdapat zat yang dinamai chromatophone
(pembawa zat warna). Bentuk dan warnanya adalah kunig, merah, jingga, dan
hijau. Yang terpenting adalah yang hijau yang dikenal dengan nama Cholorofhiyll
(dari bahasa Yunani yang berarti “zat hijau daun”).
Cholorofhiyll
terdiri
dari ikatan zat-zat karbon, hydrogen, nitrogen dan magnesium. Aktifitasa utama Cholorofhiyl
adalah menjelmakan zat organik dari zaat organik sederhana dengan bantuan
sinar matahari. Proses ini disebut photosinthesis yakni menggunakan sintesis dengan photon
(cahaya). Jelasnya Cholorofhiyl mengubah tenaga radiasi matahari menjadi
tenaga kimiawi melalui proses photosinthesis atau dengan kata lain menyimpan tenaga
matahari dalam tumbuh-tumbuhan berupa makanan dan bahan bakar yang nantinya
akan muncul sebagai api atau tenaga kalori sewaktu terjadi pembakaran. Proses
inilah yang disebut respirasi atau menurut istilah Al-Quran فاذا انتم منه توقدون (maka secara serta merta tanpa camput tangan
dari kamu, kamu dapat menyalakan api)
Peruses
photosinthesis ini ditemukan oleh
seorang sarjana Belanda J. Ingenhousz, pada akhir abad ke 18 M dan diisyaratkan
oleh al-Qur’an pada abad ke 7. Dimana Nabi Muhammad saw mengetahui hal itu? Tidak
ada jawaban yang tepat kecuali berkata itulah informasi Allah antara lain untuk
menjadi bukti kebenaran al-Qur’an.
7. Ihwal
kalender syamsiah dan Qamariah
Al-Qur’an
juga mengisyaratkan tentang perbedaan perhitungan Syamsiah dan Qamariah yaitu
ketika Allah menguraikan kisah Ashhab al-Kahfi (sekelompok pemuda yang
berlindung ke sebuah gua). Menurut al-Qur’an:
(#qèWÎ6s9ur Îû óOÎgÏÿôgx. y]»n=rO 7ps($ÏB úüÏZÅ (#rß#yø$#ur $Yèó¡Î@ ÇËÎÈ
Artinya:
dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan
tahun (lagi). (QS. Al-Kahfi: 25)
Penambahan
Sembilan tahun ini adalh akibat perbedaan penganggalan Syamsiah dan Qamariah.
Penanggalan Syamsiah yang dikenal dengan Gregorian Calender yang baru ditemukan
pada abad ke-16 itu, berselisih sekitar sebelas hari dengan penanggalan
Qamariah, sehingga penambahan Sembilan tahun yang disebut oleh ayat di atas
adalah hasil perkalian 300 tahun x 11 hari = 3.300 hari atau sekitar Sembilan
tahun lamanya.
Selain
yang disebut di atas masih terdapat sederetan isyarat-isyarat ilmiah al-Qur’an
yang ditemukan oleh para pakar, yang tidak mungkin dapat dirinci keseluruhannya
di makalah ini. Isyarat-isyarat ilmiah tersebut antara lain berkenaan dengan:
a. Cahaya
matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan (QS Yunus:
5 dan Nuh : 16)
b. Kurangnya
oksigen pada ketinggian, dapat menyesakkan nafas (QS. Al-An’am: 125).
c. Perbedaan
sidik jari manusia (QS. Al-Quyamah :4)
d. Aroma
dan bau manusia berbeda-beda (QS. Yusuf : 94)
e. Masa
menyusui ideal dan masa kehamilan minimal (QS. Al-Baqarah: 233 dan al-Ahqaf:
15)
f. Adanya
apa yang dinamai nurani (superego) dan bawah sadar manusia (QS.
Al-Qiyamah ; 14-15)
g. Yang
merasakan nyeri dalam kulit (QS. An-Nisa’: 56)
h. Ihwal
air (QS. Al-Anbiyaa: 30 dan An-Nur: 45)
i.
Fenomena-fenomena
berpasang-pasangan (QS. Yasin: 36)
j.
Fase pertumbuhan
janin (QS. Al-Mukminun: 12-14, dan lain-lain)
k. Hewan
dan burung memiliki karakter berkelompok (QS. Al-An’am: 38)
l.
Sarana
transfortasi (QS. An-Nahl: 8)
m. Ihwal
galaksi (QS. Al-Waqi’ah: 75-76), dan lain-lain
Demikianlah sekelumit dari isyarat-isyarat ilmiah
yang sungguh menakjubkan dan mengagumkan, yang telah diimformasilkan dalam
al-Qur’an sebagai “I’jaz ‘ilmi Al-Qur’an”, untuk menjadi bukti bahwa
kitab suci al-Qur’an bersumber dari Allah swt. yang Maha Mengetahui dan salah
satu bukti kebenaran bahwa al-Qur’an merupakan mu’jizat yang paling besar.
E. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa I’jaz ‘Ilmi al-Qur’an adalah pemberitaan al-Qur’an sebagai kitab suci tentang hakikat sesuatu
yang dapat dibuktikan oleh ilmu eksperimental yang pada saat itu belum tercapai
oleh manusai karena keterbatan sarana. Hal ini merupakan bukti yang menjelaskan
kebenaran Nabi Muhammad SAW. sebagai seorang Rasul tentang apa yang diwahyukan
Allah SWT.
Al-Qur’an banyak memberikan isyarat-isyarat,
pesan-pesan, prinsip-prinsip keilmuan serta motovasi dan dorongan untuk
berfikir dan memahami segala sesuatu yangada di alam semesta ini kepada
manusia.
Semua teori
ilmiah dimulai dengan asumsi dan hipotesis serta tunduk kepada eksperimen
hingga terbukti keyakinan kepada kebenaran dan tampak jelas kesalahannya. Semua
kaedah ilmu pengetahuan merupakan manifestasi dari pemikiran valid yang
diajukan dalam al-Qur’an. Teori Ilmiah yang telah tetap dan mantab kebenarannya
tidak ada yang bertentangan dengan al-Qur’an. Inilah salah satu bukti kebenaran
bahwa al-Qur’an merupakan mu’jizat yang paling besar dan menjadi pengangan yang
paling tepat dalam kehidupan ini sepanjang zaman
DAFTAR
PUSTAKA
A.W Munawwir, Kamus
Al-Munawir Arab-Indonesia Terlegkap, Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.
Edisi kedua, cit ke- 14
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, 1984),
Masykur, Kahar,Pokok-Pokok ‘Ulumul Qur’an,
Jakarta: Rineka Cipta, 1992, Cet. Ke-1
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung:
Mizan, 1999, Cet. Ke-XIX
_______________, Mu’jizat Al-Qur’an, Bandung:
Mizan, 1998
_______________, Wawasan Al-Qur’an, Bandung:
Mizan, 1998, cet. Ke-VIII
Zaini, Hasan, Raudatul Hasanah, Ulumul Qur’an, Batusangkar: STAIN Batusangkar Press, 2010, cet ke-1
[1]M. Quraish Shihab, Mu’jizat
Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1998), h. 23
[2] Kahar Masykur,Pokok-Pokok
‘Ulumul Qur’an,(Jakarta: Rineka Cipta, 1992) Cet. Ke-1, h. 142
[3] Departemen Agama RI, Al-Qur’an
dan Terjemahnya,(Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah/Pentafsir
Al-Qur’an, 1984), h. 164
[4] M. Quraish Shihab. Loc.cit
[5] Hasan Zaini, Raudatul Hasanah, Ulumul Qur’an, (Batusangkar: STAIN
Batusangkar Press, 2010) cet ke-1, h. 186
[6] Departemen Agama RI, Op.cit, h.
437
[7] A.W Munawwir, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlegkap, (Surabaya:
Pustaka Progresif, 1997). Edisi kedua, cit ke- 14, h. 966
[8] Hasan Zaini, Ulumul Qur’an, Op.cit, h. 186
[9] Departemen Agama RI, Op.cit,
h. 742
[10] Ibid, h. 197
[11] Ibid, h. 1079
[12]M. Quraish Shihab, Wawasan
Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1998), cet. Ke-VIII, h. 433
[13]Ibid, h. 434
[14] Hasan Zaini, Ulumul Qur’an, Op.cit, h. 189
[15] Departemen Agama RI, Op.cit,
h. 86
[16]Hasan Zaini, Op.cit, h. 44
[17]M. Quraish Shihab, Membumikan
Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1999) Cet. Ke-XIX, h. 44
[18]Ibid
[19] Hasan Zaini, Op.cit, h.
190
[20] Ibid
[21] M. Qurash Shihab, Op.cit,
h. 51
[22] Ibid, h. 62
[23] Departeman Agama,Op.cit,
h. 1000
[24] Ibid, h.54
[25] Ibid, h. 499
[26] Qurash Shihab, Mu’jizat
Al-Qur’an, Op.cit. h. 171-172
[27] Ibid
Syukran di atas perkongsian ilmu. Anda memudahkan saya menyiapkan tugasan yang diamanahkan. Tq
ReplyDeleteSubhanallah, sangat bermanfaat. tapi, afwan, koq font bahasa Arabnya rusaknya... apa laptop sy yg bermasalah hihihi...
ReplyDelete