Monday, May 5, 2014

I’JAZ ‘ILMI AL-QUR’AN


I’JAZ ‘ILMI AL-QUR’AN
A.    Pendahuluan
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat jibril untuk disampaikan dan diajarkan kepada umat manusia. Bila al-Qur’an dihubungkan dengan konteks kemu’jizatan berarti al-Qur’an adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad yang memiliki kekuatan yang luar biasa yang tidak dapat ditandingi oleh manusia untuk membuat seperti al-Qur’an bahkan satu surat sekalipun atau satu ayat pun meski mereka berupaya bekerja sama saling tolong menolong dalam mewujudkannya.
Hal ini telah terbukti, dimana orang-orang Arab yang ahli dalam bahasa dan sastra tidak bisa menandingi kehebatan susunan al-Qur’an. Karena al-Qur’an mengungguli semua yang dilontarkan oleh orang yang meragukan risalah Nabi Muhammad saw.
Al-Qur’an diantaranya berisi tentang hal-hal yang gaib, peristiwa-peristiwa yang akan terjadi serta berisi tentang ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupan manusia sepanjang masa yang merupakan I’jaz Ilmi al-Qur’an.
I’jaz ‘Ilmi al-Qur’an merupakan pesan-pesan, prinsip-prinsip keilmuan serta menjadi inspirasi dan motivasi yang mendorong manusia untuk berfikir yang menambah keyakinan kepada kebenaran al-Qur’an serta menjadi bukti bahwa al-Qur’an sebagai kitab pengangan sepanjang zaman.
 
B.     Pengertian I’Jaz ‘Ilmi Al_Qur’an
Kata mu’jizat terambil dari kata bahasa Arab اعجز  (a’jaza) yang berarti “melemahkan atau menjadikan tidak mampu”. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai Mu’jiz dan bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, maka dia dinamai mu’jizat.[1].  “al-I’jaaz” ialah itsbaatul ‘ajaz” artinya menetapkan bahwa ia melemahkan lawannya, al-‘ajazu ialah Dhiddhul al-qudrati, artinya kebalikan dari mampu, yaitu tidak dapat melakukan sesuatu.[2]
Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah swt.
ßN÷yftãr& ÷br& tbqä.r& Ÿ@÷WÏB #x»yd É>#{äóø9$# yͺuré'sù nouäöqy ÓŁr& ( ÇÌÊÈ  
Artinya : “Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?”[3](QS. Al-Maidah:31)
Mu’jizat didefinisikan oleh pakar agama Islam, antara lain, sebagai suatu hal atau peristiwa luarbiasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan yang serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu.[4]
H. Hasan Zaini menjelaskan bahwa  I’jaz (mu’jizat) itu penekanannya adalah kepada kelemahan orang untuk mendatangkan yang sepertinya, tetapi tujuannya bukanlah semata-mata untuk melemahkan. Melainkan juga untuk menampakkan kebenaran kitab itu sendiri dan kebenaran Rasul pembawanya. Hal ini sudah dimaklumi oleh setiap orang yang berakal, karena memang sejak dahulu sampai sekarang dan bahkan yang akan datang tidak seorang pun yang sanggup menandinginya ,[5] sebagaimana berulang-ulang dijelaskan oleh Allah SWT.  dalam firman-Nya. Diantaranya adalah :
@è% ÈûÈõ©9 ÏMyèyJtGô_$# ߧRM}$# `Éfø9$#ur #n?tã br& (#qè?ù'tƒ È@÷VÏJÎ/ #x»yd Èb#uäöà)ø9$# Ÿw tbqè?ù'tƒ ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ öqs9ur šc%x. öNåkÝÕ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 #ZŽÎgsß ÇÑÑÈ  
Artinya : “Katakannlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” [6] (QS. Al-Isra’ : 88)
Kata “al-‘Ilmiy”  adalah Al-Mukhtashshu bil ‘Ilmi, artinya mengenai/berdasarkan ilmu pengetahuan.[7] Hasan Zaini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan I’jaz Ilmi al-Qur’an adalah :
الاعجاز العلم فهم اخبار القران الكريم بحقيقة اثباتها العلم التجريي اخير او ثبت عدم امكان ادراكها بالوساءل البشرية زمن رسول الله صلعم
“Pemberitaan al-Qur’an al-Karim menurut hakikat, lalu dikuatkan oleh tajribi (eksperimen) yang baik yang menetapkan bahwa manusia tidak mungkin mendapatkannya dengan perantara manusia pada masa Rasulullah saw.”
Dengan demikian, yang dimaksud dengan “I’jaz Ilmi al-Qur’an”  adalah pemberitaan al-Qur’an  sebagai kitab suci tentang hakikat sesuatu yang dapat dibuktikan oleh ilmu eksperimental yang pada saat itu belum tercapai oleh manusia karena keterbatan sarana. Hal ini merupakan bukti yang menjelaskan kebenaran Nabi Muhammad SAW. sebagai seorang Rasul tentang apa yang diwahyukan Allah SWT. Dengan menampakkan kelemahan orang-orang kafir  Quraisy untuk menghadapi mu’jizatnya yang abadi[8], yaitu al-Qur’anul karim.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT.
÷bÎ) uqèd žwÎ) ֍ø.ÏŒ tûüÏHs>»yèù=Ïj9 ÇÑÐÈ   £`ßJn=÷ètGs9ur ¼çnr't7tR y÷èt/ ¥úüÏm ÇÑÑÈ  
Artinya : “Al-qur’an ini tidak lain hanya peringatan bagi semesta alam. Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui  (kebenaran ) berita al-Qur’an setelah beberapa waktu lagi.” [9] (QS. Shaad : 87-88)
Èe@ä3Ïj9 :*t7tR @s)tGó¡B 4 t$ôqyur tbqßJn=÷ès? ÇÏÐÈ  
Artinya : “Untuk setiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya  dan kelak kamu akan mengetahui.” [10](QS. Al-An’am : 67)
Ayat   tersebut di atas mengisyaratkan bahwa Allah menhendaki menjadikan setiap berita dalam waktu tertentu akan menjadi nyata. Kebenaran berita-berita Al-Qur’an ada yang terlaksana di dunia seperti kebenaran janji Allah kepada orang-orang mukmin bahwa mereka akan menang dalam peperangan dengan kaum musyrikin, dan ada yang  terlaksana di akhirat seperti kebenaran janji Allah tentang balasan atau perhitungan yang akan dilaksanakan kepada manusia.
Ibnu Jarir ath-Thabari berpendapat, bahwa setip berita itu pada waktu terjadi, yaitu kepastian ketika berita itu menjadi pasti, dan batas proses itu agar kebenaran dan kesalahannya menjadi nyata dan begitu pula kebohongan dan kebathilannya.

C.    Pesan-Pesan tentang Prinsip-Prinsip Keilmuan dan Motivasi Berfikir dalam Al-Qur’an
Pandangan al-Qur’an  tentang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu yang pertama kali diterima oleh nabi Muhammad SAW, yaitu surat al-Alaq ayat 1-5 :
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”[11]

M. Quraish Shihab menjelaskan, wahyu pertama ini tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena al-Qur’an menghendaki membaca apa saja selama membaca tersebut bismirobbika dalam arti bermamfaat bagi manusia. Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dan dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu. Bacalah alam dan tanda-tanda zama, sejarah maupun diri sendiri yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Jadi, objek perintah iqra’  mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.[12]
Pengulangan perintah membaca para wahyu pertama bukan sekedar menunjukkan bahwa kecakapan membaca itu akan diperoleh kecuali dengan mengulang-ulang bacaan tersebut, tetapi hal ini mengisyaratkan bahwa mengulang bacaan bismirobbika (demi Allah) akan menghasilkan wawasan baru.
Selanjutnya wahyu pertama mengisyaratkan bahwa ada dua cara perolehan dan pengembangan ilmu yaitu Allah mengajar manusia dengan perantra pena yang telah diketahui manusia lain sebelumnya, dan mengajarkan manusia (tanpa pena) yang belum diketahuinya. Cara pertama adalah mengajarkan dengan alat atau atas dasar usaha manusia. Cara kedua adalah tanpa alat dan tanpa usaha manusia. Walaupun berbeda, keduanya berasal dari satu sumber, yaitu Allah SWT. [13]
A.Chaerudji Abd.Chalik menjelaskan, “ diantara kemu’jizatan al-qur’an adalah terdapatnya beberapa ayat yang sesuai atau sejalan dengan ilmu pengetahuan yang telah dikemukakan oleh ilmuan-ilmuan dizaman modern sekarang ini. Hal ini menunjukkan bahwa al_Quran itu betul-betul wahyu dari Allah dan bukan ciptaan Muhammad SAW. yang diduga oleh kaum orentalis selama ini.[14]
Al-Qur’an sebagai petunjuk dalam kehidupan umat sangat menekankan kepentingan ilmu pengetahuan. alQur’an memberikan pertanyaan yang merupakan ujian kepada masyarakat, seperti firmanNYA
÷LäêRr'¯»yd ÏäIwàs¯»yd óOçFôfyf»ym $yJŠÏù Nä3s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ zNÎ=sù šcq`!$ysè? $yJŠÏù }§øŠs9 Nä3s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ 4 ª!$#ur ãNn=÷ètƒ óOçFRr&ur Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÏÏÈ  
Artinya: “Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah membantah tentang hal yang kamu ketahui, Maka kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui? Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” [15] (QS. Ali Imran: 66)
Hasan Zaini menjelaskan, ayat di atas merupakan kritikan terhadap umat yang berbicara atau membantah sesuatu persoalan tanpa adanya data objektif lagi ilmiah yang berkaitan dengan persoalan tersebut. Ayat-ayat semacam inilah yang kemudian membentuk iklim baru dalam masyarakat yang dapat mendorong kemajuan ilmu pengetahuan.[16]
M. Quraish Shihab menyebutkan “Mewujudkan iklim ilmu pengetahuan jauh lebih penting dari pada menemuan teori ilmiah, karena tanpa wujudnya iklim ilmu pengetahuan, para ahli yang menemukan teori tersebut akan mengalami nasib seperti Galileo yang menjadi korban dari hasil penemuannya.[17]
Al-Qur’an juga telah mendorong manusia seluruhnya untuk mempergunakan akal pikirannya serta menambah ilmu pengetahuannya sebisa mungkin. Kemudian juga menjadikan observasi atas alam semesta sebagai alat untuk percaya kepada setiap penemuan baru atau teori ilmiah, sehingga mereka dapat mencarikan dalilnya dalam al-Qur’an untuk dibenarkan atau dibantahnya.[18] Dengan demikian, kemu’jizatan al-Qur’an bukan terletak dalam cakupan teori-teori ilmiah, tetapi memotivasi manusia untuk selalu berfikir menggunakan nalar.[19]
Pandangan terhadap persoalan-persoalan ilmiah silih berganti, bukan saja dalam lapangan pembahasan satu ilmu saja, tetapi terutama juga dalam teori-teori setiap cabgan ilmu pengetahuan. Misalnya, dahulu segala sesuatu diterangkan dalam konsep materi (istilah-istilah kebendaan) sampai-sampai manusiapun hendak dikategorikan dalam konsep itu. Tetapi sekarang kita dapati psikologi yang membahas mengenai jiwa, budi dan semangat, dan lain-lain telah mengambil tempat tersendiri dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Hasan Zaini berkesimpulan bahwa ilmu pengetahuan hanya melihat dan menilik, bukan menetapkan. Ia melukiskan fakta-fakta, objek-objek dan fenomena-fenomena yang delihat dengan mata seorang ilmuan yang secara kodrat mempunyai sifat pelupa dan keliru, sehingga apa yang dikatakan oleh ilmuan sebagai suatu yang benar (kebenaran ilmiah) sebenarnya hanya merupakan suatu hal yang relative dan mengandung arti yang sangat terbatas.[20]
Perlu juga difahami sebagaimana yang di jelaskan oleh M. Qurash Shihab, ia menyebutkan: “ Ada sekian kebenaran ilmiah yang dipaparkan oleh al-Qur’an, tetapi tujuan pemaparan ayat-ayat tersebut adalah untuk menunjukkan kebesaran Tuhan dan ke-Esa-anNya, serta mendorong manusia seluruhnya untuk mengadakan observasi dan  penelitian demi lebih menguatkan iman dan kepercayaan kepadaNYA.[21]

D.    Mu’jizat Ilmiah Sebagai Bukti Al-Qur’an Sebagai Pegangan  Sepanjang Zaman
Alqur’an banyak mengandung isyarat-isyarat ilmiah, bahkan fakta-fakta ilmiah yang bersifat I’jaz petunjuk dan pengangan umat sepanjang zaman. Dalam bukunya “Mu’jizat al-Qur’an M. Qurash Shihab menyebutkan beberapa isyarat-isyarat ilmiah yang dipaparkan dalam al-Qur’an,[22] yaitu:
1.      Ihwal Reproduksi Manusia
Al-Qur’an berbicara panjang lebar tentang menusia, dan salah satu yang diuraikannya adalah tentang reproduksi manusia, serta tahap-tahap yang dilaluinya hingga tercipta sebagai manusia ciptaan Tuhan yang lain dari yang lain. Diantaranya ayat yang berbicara tentang sperma (mani), yaitu:
Ü=|¡øtsr& ß`»|¡RM}$# br& x8uŽøIム´ß ÇÌÏÈ   óOs9r& à7tƒ ZpxÿôÜçR `ÏiB %cÓÍ_¨B 4Óo_ôJムÇÌÐÈ   §NèO tb%x. Zps)n=tæ t,n=yÜsù 3§q|¡sù ÇÌÑÈ   Ÿ@yèpgmú çm÷ZÏB Èû÷üy_÷r¨9$# tx.©%!$# #Ós\RW{$#ur ÇÌÒÈ   
Artinya :” Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? Bukankah Dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan.”[23](QS. Al-Qiyamah:36-39)
Selanjutnya, dalam ayat lain juga terdapat isyarat-isyarat tentang peranan sperma dalam menentukan jenis kelamin anak, misalnya firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 223, sebagai berikut:
öNä.ät!$|¡ÎS Ó^öym öNä3©9 (#qè?ù'sù öNä3rOöym 4¯Tr& ÷Läê÷¥Ï© ( (#qãBÏds%ur ö/ä3Å¡àÿRL{ 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# (#þqßJn=ôã$#ur Nà6¯Rr& çnqà)»n=B 3 ̍Ïe±o0ur šúüÏZÏB÷sßJø9$# ÇËËÌÈ  
Artinya : Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.[24](QR. Al-Baqarah:223)

2.      Ihwal Kejadian Alam Semesta
Al-Qur’an juga mengisyaratkan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan melalui firmanNya dalam surat Al-Anbiya’ ayat 30:
óOs9urr& ttƒ tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%Ÿ2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( Ÿxsùr& tbqãZÏB÷sムÇÌÉÈ  
Artinya: Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?[25]
Al-Qur’an tidak menjelaskan bagaimana terjadinya pemisahan itu, namun apa yang dikemukakan di atas tentang keterpaduan alam semesta kemudian pemisahannya  dibenarkan oleh observasi para ilmuan.
Observasi Edwin P. Hubble (1889-1953) melalui teropong bintang raksasa pada tahun 1929 menunjukkan adanya pemuaian alam semesta. Ini berarti bahwa alam semesta berekspansi (sejalan dengan surat Adz-Dzariyat ayat 47) bukannya statis seperti anggapanEinstein (1879-1955).[26]
Menurut Fisikawan Rusia George Gamow (1904-1968), ekspansi itu melahirkan sekitar seratus miliar galaksi yang masing-masing rata-rata memiliki seratus miliar bintang. Tetapi sebelumnya, bila ditarik kebelakang semuanya merupakan satu gumpalan yang terdiri dari neutron. Gumpalan itulah yang meledak dan yang dikenal dengan istilah Big Bang.[27]

3.      Ihwal Pemisahan Dua Laut
Tentang hal ini  al-Qur’an mengisyaratkan dalam surat al-Furqan ayat 53:
uqèdur Ï%©!$# ylttB Ç`÷ƒtóst7ø9$# #x»yd Ò>õtã ÔN#tèù #x»ydur ìxù=ÏB Ól%y`é& Ÿ@yèy_ur $yJåks]÷t/ %Y{yöt/ #\ôfÏmur #Yqàføt¤C ÇÎÌÈ  
Artinya: “Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”
 Secara sepintas ada yang berpendapat bahwa pemisah yang terdapat dalam ayat tersebut adalah diciptakannya oleh Allah laut lebih besar dan banyak airnya dari sungai, dan pada saat yang sama di lokasi-lokasi pertemuan laut dan sugai itu, laut diciptakan dalam posisi yang lebih rendah dari sungai, sehingga ia tidak dapat bercampur dengan air sungai, sedangkan air sungai karena lebih sedikit dibandingkan dengan air laut, maka walaupun posisinya lebih tinggi namun ia tidak dapat menjadikan air laut itu tawar dan segar.
Pendapat ini kemudian ditinjau kembali, khususnya setelah kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh manusia dalam bidang ilmu kelautan. Pada tahun 1873, para pakar ilmu kelautan dengan menggunakan kapal “Challenger” (kapal berkebangsaan Inggris), menemukan perbedaan cirri-ciri laut dari segi kadar garam, temperature, jenis ikan/ binatang, dan sebagainya. Namun demikian pertanyaan yang tetap muncul adalah mengapa air tersebut didak bercampur dan menyatu?
Jawabannya baru ditemukan pada tahun 1984, setelah penelitian yang lebih seksama menyangkut samudera. Rupanya perbedaan-perbedaan yang mendasar yang disebutkan di atas menjadikan setiap jenis air berkelompok dengan sendirinya dalam bentu tertentu terpisah dari jenis yang lain, betapapun ia mengalir jauh.gambar-gambar dari ruang angkasa pada akhir abad ke- 20 ini menunjukkan dengan sangat jelas adanya batasan-batasan air di Laut Tengah yang panas dan sangat asin, dan Samudera Atlantik yang temperature airnya lebih dingin serta kadar garamnya lebih rendah. Batas-batas itu juga terlihat di Laut Merah dan Teluk Eden.
Muhammad Ibrahim As-Sumaih-guru besar pada fakultas Sains, jurusan Ilmu Kelautan Universitas Qatar- dalam penelitian yang dilakukan di Teluk Oman dan Tluk Persia (1984-1988), melalui sebuah kapal peneliti, menemukan perbedaan rinci dengan angka-angka dan gambar-gambar pada kedua teluk tersebut. Penelitiannya menemukan adanya daerah antara kedua teluk tersebut yang dinamai mixed water area atau daerah barzakh (dalam istilah al-Qur’an surat al-Furqan ayat 53). Hasil penelitiannya juga menemukan ada dua tingkat air pada are tersebut. Pertama, tingkat permukaan yang bersumber dari Teluk Oman, dan kedua, tingkat bahwa yang bersumber dari Teluk Persia. Adapun area yang jauh dari mixed water area itu, tingkat airnya seragam.
Garis pemisah atau barzakh  yang memisahkan kedua tingkat pada mixed water area tersebut berupa daya tarik stabil (gravitational stability) yang terdapat pada kedua tingkat tersebut sehingga menghalangi percampuran dan pembaurannya. Garis pemisah tersebut terdapat pada kedalaman 10 hingga 50 meter, kalau pertemuan air itu secara horizontal.

4.      Ihwal Awan dan Proses Terjadinya Hujan
Di dalam Al-Qur’an surat an-Nur ayat 43 Allah SWT. berfirman:
óOs9r& ts? ¨br& ©!$# ÓÅe÷ム$\/$ptxž §NèO ß#Ïj9xsム¼çmuZ÷t/ §NèO ¼ã&é#yèøgs $YB%x.â uŽtIsù šXôŠtqø9$# ßlãøƒs ô`ÏB ¾Ï&Î#»n=Åz ãAÍit\ãƒur z`ÏB Ïä!$uK¡¡9$# `ÏB 5A$t7Å_ $pkŽÏù .`ÏB 7Štt/ Ü=ŠÅÁãŠsù ¾ÏmÎ/ `tB âä!$t±o ¼çmèùÎŽóÇtƒur `tã `¨B âä!$t±o ( ߊ%s3tƒ $uZy ¾ÏmÏ%öt/ Ü=ydõtƒ ̍»|Áö/F{$$Î/ ÇÍÌÈ  
Artinya: “Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkan penglihatan. “(QS. An-Nur: 43)
Proses turunnya hujan dimulai dari pembentukan awan tebal karena adanya dorongan angin sedikit demi sedikit. Para ilmuan menjelaskan bahwa awan tebal mermula dari dorongan angin yang menggiring kawanan awan kecil menuju ke convergence zone (daerah pusat pertemuan awan). Pergerakan bagian-bagian awan ini menyebabkan bertambahnya jumlah uap air dalam perjalananya terutama di sekitar  convergence zone itu.
Ayat di atas juga menginformasikan bahwa angin berfungsi mengumpulkan bagian-bagian awan tersebut. Dalam ayat lain dijelaskan:
$uZù=yör&ur yx»tƒÌh9$# yxÏ%ºuqs9 $uZø9tRr'sù z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB çnqßJä3»oYøŠs)ór'sù !$tBur óOçFRr& ¼çms9 tûüÏRÌ»sƒ¿2 ÇËËÈ  
Artinya: Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.(QS. Al-Hijr: 22)
Kata mengumpulkan  dalam ayat an-Nur di atas sama maksudnya dan ditafsirkan caranya oleh kata mengawinkan dalan ayat al-Hijr ini. Itu berarti bahwa ada awan positif dan awan negative yang digabung oleh angin sehingga menurunkan hujan, tanpa keberadaan keduanya hujan tidak dapat turun.
Dalam ayat an-Nur di atas juga diinformasikan bahwa butiran-butiran es turun dari langit. Buturan-butiran itu yang menjadi sebab terjadinya kilat. Para ilmuan menjelaskan bahwa, dalam kondisi arus udara yang sangat tinggi dan membumbung di dalam awan yang mengandung hujan, dan sebgai akibat perbedaan kecepatan titik embun sangat dingin dan butiran-butiran embun (es) maka terjadilah tabrakan yang mengakibatkan berubahnya titik yang sangat dingin itu menjadi es (salju) yang menutupi butiran-butiran embun (es) yang terus membesar hingga beratnyapun bertambah dan tidak mampu terbawa oleh arus puncak, sehingga jatuh menimpa siapa dan apa pun yang ada di permukaan bumi, dima ia jatuh.  


5.      Ihwal Gunung
Firman Allah dalam al-Qur’an surat an-Naml ayat 88:
ts?ur tA$t7Ågø:$# $pkâ:|¡øtrB ZoyÏB%y` }Édur ßJs? §tB É>$ys¡¡9$# 4 yì÷Yß¹ «!$# üÏ%©!$# z`s)ø?r& ¨@ä. >äóÓx« 4 ¼çm¯RÎ) 7ŽÎ7yz $yJÎ/ šcqè=yèøÿs? ÇÑÑÈ  
Artinya: Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka Dia tetap di tempatnya, Padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dari hasil rekaman satelit diperoleh bukti bahwa Jazirah Arab beserta gunung-gunungnya bergerak mendekati Irak beberapa sentimeter setiap tahunnya. Sebelumnya sekitar lima juta tahun yang lalu Jazirah Arab bergerak memisahkan diri dari Afrika dan membentuk Laut Merah. Sekitar daerah Somalia sepanjang pantai Timur ke selatan saat ini berada dalam proses pemisahan yang lamban dan telah membentuk  “Lembah Belah” yang membujur keselatan melalui deretan Danau Afrika. M. Quraish Shihab menyimpulkan “itulah yang dimaksud oleh ayat di atas dengan berjalannya gunung-gunung sebagaimana berjalannya awan.

6.      Ihwal Pohon Hijau (tumbuh-tumbuhan)
Ï%©!$# Ÿ@yèy_ /ä3s9 z`ÏiB ̍yf¤±9$# ÎŽ|Ø÷zF{$# #Y$tR !#sŒÎ*sù OçFRr& çm÷ZÏiB tbrßÏ%qè? ÇÑÉÈ  
Artinya: Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, Maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu". (QS. Yasin:80)
Yang dimaksud dengan kata الشجر الاخضر pada ayat di atas adalah “Zat hijau daun” atau yang dikenal dengan nama Cholorofhiyll. Allah menjadikan dari pohon yang hijau suatu energy.
Dalam plasma sel tumbuh-tumbuhan terdapat zat yang dinamai chromatophone (pembawa zat warna). Bentuk dan warnanya adalah kunig, merah, jingga, dan hijau. Yang terpenting adalah yang hijau yang dikenal dengan nama Cholorofhiyll (dari bahasa Yunani yang berarti “zat hijau daun”).
Cholorofhiyll terdiri dari ikatan zat-zat karbon, hydrogen, nitrogen dan magnesium. Aktifitasa utama Cholorofhiyl adalah menjelmakan zat organik dari zaat organik sederhana dengan bantuan sinar matahari. Proses ini disebut photosinthesis  yakni menggunakan sintesis dengan photon (cahaya). Jelasnya Cholorofhiyl mengubah tenaga radiasi matahari menjadi tenaga kimiawi melalui proses photosinthesis  atau dengan kata lain menyimpan tenaga matahari dalam tumbuh-tumbuhan berupa makanan dan bahan bakar yang nantinya akan muncul sebagai api atau tenaga kalori sewaktu terjadi pembakaran. Proses inilah yang disebut respirasi atau menurut istilah Al-Quran فاذا انتم منه توقدون   (maka secara serta merta tanpa camput tangan dari kamu, kamu dapat menyalakan api)
Peruses photosinthesis  ini ditemukan oleh seorang sarjana Belanda J. Ingenhousz, pada akhir abad ke 18 M dan diisyaratkan oleh al-Qur’an pada abad ke 7. Dimana Nabi Muhammad saw mengetahui hal itu? Tidak ada jawaban yang tepat kecuali berkata itulah informasi Allah antara lain untuk menjadi bukti kebenaran al-Qur’an.

7.      Ihwal kalender syamsiah dan Qamariah
Al-Qur’an juga mengisyaratkan tentang perbedaan perhitungan Syamsiah dan Qamariah yaitu ketika Allah menguraikan kisah Ashhab al-Kahfi (sekelompok pemuda yang berlindung ke sebuah gua). Menurut al-Qur’an:
(#qèWÎ6s9ur Îû óOÎgÏÿôgx. y]»n=rO 7ps($ÏB šúüÏZÅ (#rߊ#yŠø$#ur $Yèó¡Î@ ÇËÎÈ  
Artinya: dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). (QS. Al-Kahfi: 25)
Penambahan Sembilan tahun ini adalh akibat perbedaan penganggalan Syamsiah dan Qamariah. Penanggalan Syamsiah yang dikenal dengan Gregorian Calender yang baru ditemukan pada abad ke-16 itu, berselisih sekitar sebelas hari dengan penanggalan Qamariah, sehingga penambahan Sembilan tahun yang disebut oleh ayat di atas adalah hasil perkalian 300 tahun x 11 hari = 3.300 hari atau sekitar Sembilan tahun lamanya.
Selain yang disebut di atas masih terdapat sederetan isyarat-isyarat ilmiah al-Qur’an yang ditemukan oleh para pakar, yang tidak mungkin dapat dirinci keseluruhannya di makalah ini. Isyarat-isyarat ilmiah tersebut antara lain berkenaan dengan:
a.       Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan (QS Yunus: 5 dan Nuh : 16)
b.      Kurangnya oksigen pada ketinggian, dapat menyesakkan nafas (QS. Al-An’am: 125).
c.       Perbedaan sidik jari manusia (QS. Al-Quyamah :4)
d.      Aroma dan bau manusia berbeda-beda (QS. Yusuf : 94)
e.       Masa menyusui ideal dan masa kehamilan minimal (QS. Al-Baqarah: 233 dan al-Ahqaf: 15)
f.       Adanya apa yang dinamai nurani (superego) dan bawah sadar manusia (QS. Al-Qiyamah ; 14-15)
g.      Yang merasakan nyeri dalam kulit (QS. An-Nisa’: 56)
h.      Ihwal air (QS. Al-Anbiyaa: 30 dan An-Nur: 45)
i.        Fenomena-fenomena berpasang-pasangan (QS. Yasin: 36)
j.        Fase pertumbuhan janin (QS. Al-Mukminun: 12-14, dan lain-lain)
k.      Hewan dan burung memiliki karakter berkelompok (QS. Al-An’am: 38)
l.        Sarana transfortasi (QS. An-Nahl: 8)
m.    Ihwal galaksi (QS. Al-Waqi’ah: 75-76), dan lain-lain
Demikianlah sekelumit dari isyarat-isyarat ilmiah yang sungguh menakjubkan dan mengagumkan, yang telah diimformasilkan dalam al-Qur’an sebagai “I’jaz ‘ilmi Al-Qur’an”, untuk menjadi bukti bahwa kitab suci al-Qur’an bersumber dari Allah swt. yang Maha Mengetahui dan salah satu bukti kebenaran bahwa al-Qur’an merupakan mu’jizat yang paling besar.

E.     Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa I’jaz ‘Ilmi al-Qur’an adalah pemberitaan al-Qur’an  sebagai kitab suci tentang hakikat sesuatu yang dapat dibuktikan oleh ilmu eksperimental yang pada saat itu belum tercapai oleh manusai karena keterbatan sarana. Hal ini merupakan bukti yang menjelaskan kebenaran Nabi Muhammad SAW. sebagai seorang Rasul tentang apa yang diwahyukan Allah SWT.
Al-Qur’an banyak memberikan isyarat-isyarat, pesan-pesan, prinsip-prinsip keilmuan serta motovasi dan dorongan untuk berfikir dan memahami segala sesuatu yangada di alam semesta ini kepada manusia.
Semua teori ilmiah dimulai dengan asumsi dan hipotesis serta tunduk kepada eksperimen hingga terbukti keyakinan kepada kebenaran dan tampak jelas kesalahannya. Semua kaedah ilmu pengetahuan merupakan manifestasi dari pemikiran valid yang diajukan dalam al-Qur’an. Teori Ilmiah yang telah tetap dan mantab kebenarannya tidak ada yang bertentangan dengan al-Qur’an. Inilah salah satu bukti kebenaran bahwa al-Qur’an merupakan mu’jizat yang paling besar dan menjadi pengangan yang paling tepat dalam kehidupan ini sepanjang zaman









DAFTAR PUSTAKA

A.W Munawwir, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlegkap, Surabaya: Pustaka Progresif, 1997. Edisi kedua, cit ke- 14
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, 1984),
Masykur, Kahar,Pokok-Pokok ‘Ulumul Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta, 1992, Cet. Ke-1
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1999, Cet. Ke-XIX
_______________, Mu’jizat Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1998
_______________, Wawasan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1998, cet. Ke-VIII
Zaini, Hasan, Raudatul Hasanah, Ulumul Qur’an, Batusangkar: STAIN Batusangkar Press, 2010, cet ke-1








[1]M. Quraish Shihab, Mu’jizat Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1998), h. 23
[2] Kahar Masykur,Pokok-Pokok ‘Ulumul Qur’an,(Jakarta: Rineka Cipta, 1992) Cet. Ke-1, h. 142
[3] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, 1984), h. 164
[4] M. Quraish Shihab. Loc.cit
[5] Hasan Zaini, Raudatul Hasanah, Ulumul Qur’an, (Batusangkar: STAIN Batusangkar Press, 2010) cet ke-1, h. 186
[6] Departemen Agama RI, Op.cit, h. 437
[7] A.W Munawwir, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlegkap, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997). Edisi kedua, cit ke- 14, h. 966
[8] Hasan Zaini, Ulumul Qur’an, Op.cit, h. 186
[9] Departemen Agama RI, Op.cit, h. 742
[10] Ibid, h. 197
[11] Ibid, h. 1079
[12]M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1998), cet. Ke-VIII, h. 433
[13]Ibid, h. 434
[14] Hasan Zaini, Ulumul Qur’an, Op.cit, h. 189
[15] Departemen Agama RI, Op.cit, h. 86
[16]Hasan Zaini, Op.cit, h. 44
[17]M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1999) Cet. Ke-XIX, h. 44
[18]Ibid
[19] Hasan Zaini, Op.cit, h. 190
[20] Ibid
[21] M. Qurash Shihab, Op.cit, h. 51
[22] Ibid, h. 62
[23] Departeman Agama,Op.cit, h. 1000
[24] Ibid, h.54
[25] Ibid, h. 499
[26] Qurash Shihab, Mu’jizat Al-Qur’an, Op.cit. h. 171-172
[27] Ibid

2 comments:

  1. Syukran di atas perkongsian ilmu. Anda memudahkan saya menyiapkan tugasan yang diamanahkan. Tq

    ReplyDelete
  2. Subhanallah, sangat bermanfaat. tapi, afwan, koq font bahasa Arabnya rusaknya... apa laptop sy yg bermasalah hihihi...

    ReplyDelete